Ospek (singkatan dari "orientasi siswa baru"), walaupun sekarang namanya diganti menjadi PKKMB atau pengenalan kehidupan kampus bagi mahasiswa baru, merupakan tradisi yang telah lama menjadi bagian penting dalam kehidupan mahasiswa di perguruan tinggi. Dari awalnya sebagai acara yang sederhana dan tradisional, ospek telah mengalami transformasi signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Dalam artikel ini saya akan membahas sedikit transformasi ospek dari tradisi menuju inovasi, serta dampak positif dan negatif yang muncul dari perubahan ini.
Sebelumnya, ospek di banyak perguruan tinggi di Indonesia masih banyak yang berpandang pada tradisi yang kental dengan unsur-unsur budaya dan kebudayaan lokal. Acara ini biasanya dimulai dengan upacara peresmian, diikuti dengan berbagai kegiatan seperti permainan, lomba, dan pertunjukan seni. Tujuan utama dari ospek adalah untuk membantu mahasiswa baru menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, memperkuat ikatan antar angkatan, serta membangun identitas kampus yang kuat. Dalam konteks ini, ospek berfungsi sebagai tempat untuk memperkenalkan budaya dan tradisi kampus yang unik dan berharga serta untuk menjalin hubungan pertemanan yang lebih erat dan kompak.
Namun, pada beberapa tahun terakhir, ospek telah mengalami transformasi signifikan. Walaupun belum semuanya banyak perguruan tinggi mulai mengembangkan teknologi dan inovasi dalam acara ospek. Dengan kemajuan teknologi, banyak perguruan tinggi mulai menggunakan aplikasi digital untuk mengatur acara ospek. Aplikasi ini memungkinkan mahasiswa untuk mendaftar, memilih kegiatan, dan berinteraksi dengan anggota kampus secara lebih efisien.
Selain itu, ospek modern juga mencakup kegiatan inovatif seperti workshop, seminar, dan pertemuan diskusi. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkaya pengetahuan dan keterampilan mahasiswa, sehingga mereka lebih siap menghadapi tantangan di dunia kerja.
Transformasi ospek menuju inovasi juga melibatkan kolaborasi dengan industri atau sebuah perusahaan. Beberapa perguruan tinggi mulai mengadakan kerja sama dengan industri atau perusahaan untuk membuat ospek lebih relevan. Hal ini membantu mahasiswa untuk lebih siap menghadapi dunia kerja setelah lulus.
Misalnya, sebuah perguruan tinggi mungkin bekerja sama dengan sebuah instansi pemerintah atau industri untuk menyelenggarakan workshop tentang pengembangan pelayanan masyarakat. Dengan demikian, mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mendapatkan pengalaman langsung yang berguna.
Selain itu, ospek modern juga menekankan pentingnya keseimbangan hidup. Dengan semakin meningkatnya kesadaran akan kesehatan dan kebugaran, banyak ospek modern juga menambahkan kegiatan olahraga dan wellness. Hal ini membantu mahasiswa untuk menjaga kesehatan fisik dan mental, sehingga mereka dapat lebih produktif dan bahagia. Contohnya, sebuah perguruan tinggi mungkin menyelenggarakan acara jogging bersama atau yoga di lapangan kampus. Dengan demikian, ospek tidak hanya fokus pada kegiatan akademik, tetapi juga pada kebutuhan keseimbangan hidup.
Dalam beberapa tahun terakhir, transformasi ospek menuju inovasi telah menunjukkan beberapa implikasi positif yang signifikan. Pertama, peningkatan keterlibatan mahasiswa merupakan salah satu hasil yang paling menonjol. Dengan adanya kegiatan inovatif, mahasiswa lebih terlibat dalam acara ospek. Hal ini memperkuat ikatan antar angkatan dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya partisipasi aktif dalam kegiatan kampus.
Misalnya, sebuah perguruan tinggi mungkin memiliki program yang memungkinkan mahasiswa untuk mengusulkan kegiatan baru yang ingin mereka lakukan. Dengan demikian, mahasiswa merasa lebih dihargai dan memiliki peran yang lebih signifikan dalam acara ospek.
Sepertinya enak ya kalau ospek di zaman sekarang seperti yang saya sebutkan tadi. Walaupun ada tapi tidak semua perguruan tinggi mulai melakukan transformasi dari tradisi menjadi inovasi. Masih banyak perguruan tinggi yang menerapkan tradisi kuno mereka untuk ospek di era digital ini karena mereka nggak inovasi alias copy ospek tahun sebelumnya. Saya juga beberapa bulan yang lalu baru saja merasakan ospek di sebuah perguruan tinggi. Mungkin saya tidak akan menyebutkan perguruan tinggi mana yang saya bahas ini. Karena ini kali pertama saya masuk ke perguruan tinggi, bayangan yang terlintas di pikiran tentang ospek hanya sebuah pengenalan lingkungan kampus dan menambah perkenalan pada teman-teman baru. Tapi semua itu nggak ada yang sesuai dengan apa yang dipikirkan sebelumnya.
Di hari pertama saat melaksanakan pra-ospek saja sudah memberi kesan buruk. Gimana nggak buruk, baru datang aja kita diteriaki karena kita masuk lingkungan kampus dengan mesin motor menyala. Lah terus harusnya gimana? Di situ saya juga bingung dan akhirnya semua matiin mesin dan dorong motor buat sampai ke parkiran. Oh ya sebelumnya juga sudah diinfokan untuk membawa makanan yang sudah ditetapkan sama panitia, salah satunya kita disuruh untuk membawa roti 10 biji dan air mineral 1,5 liter 2 biji. Setelah dari parkiran motor kita dibentak suruh lari buat absen di ruangan transit masing-masing. Setelah absen kita disuruh untuk mengumpulkan HP ke panitia. Ospek di sini semua di-handle sama kakak tingkat 2 yang bisa dibilang mereka banyak yang seumuran sama saya. HP dikumpulkan dan lampu tiba-tiba dimatikan.
Masuk salah satu panitia sambil banting pintu, bacain peraturan ospek dengan nada keras dan tempo yang cepat. Waktu sarapan saja kita cuma dikasih roti yang kita bawa tadi masing-masing 1 dan air mineral 1,5 liter buat 11 orang gantian, dan harus habis dalam waktu 3 menit. Dah selesai makan kita semua disuruh buat kumpul di gor, dan semua dibentak karena katanya lama. Ya, walaupun ospeknya nggak kaya militer tapi lebih ke nyerang mental aja si panitia, atau kalau saya bilangnya mereka gila hormat. Padahal ini perguruan tinggi bukan militer, ngapain ada acara teriak-teriak sama makan cepat-cepat.
Karena sebelumnya saya pikir pasti nanti ospeknya ya tentang pengenalan lingkungan kampus, bukan malah kaya gini. Bacain tugas aja lampu gor dimatiin terus pakai nada tinggi dan tempo yang super cepat.
Besoknya pada ngumpulin tugas tapi ditolak karena katanya tugasnya bukan itu. Pokoknya nyari kesalahan banget. Suruh buat co card aja ujung-ujungnya dilubangin, katanya nggak ada yang sesuai aturan. Dan kita selama 6 hari terus ngulangin hal itu nggak ada serunya sama sekali. Isinya cuma tugas dan tugas, dan tugasnya pun disuruh catat nama, Instagram, alamat, sama tanggal lahir semua dosen, panitia, sama 100 teman.
Dan setelah ospek 6 hari itu masih belum selesai. Kita mahasiswa baru juga jadi bahan proker buat semua organisasi dan unit kegiatan. Dan tradisi bentak-bentak sama gila hormatnya yang melebihi dosen itu juga masih terus berlanjut. Lagi-lagi kita diisolasi dari dunia luar karena HP kita semua juga dikumpulin biar mereka aman karena kita nggak bisa ngerekam perlakuan mereka ke kita.
Walaupun di akhir acara para panitia aslinya baik-baik banget dan mereka friendly banget karena mereka juga profesional. Tapi di sini maksud yang saya bahas itu lebih ke “ini tu pengenalan lingkungan kampus buat mahasiswa baru, bukan buat bentak-bentak dan spam tugas,” jadi buat apa gitu. Di sini seharusnya kita bukan diajarkan melatih mental, tapi lebih ke pemikiran yang inovasi. Ospek itu juga bermanfaat tapi nggak dengan peraturannya yang aneh-aneh.
Mungkin yang saya bahas di awal tadi bisa menjadi inovasi buat ospek di tahun selanjutnya yang lebih inovatif dan kreatif, sehingga di setiap tahun memiliki ciri khas ospek tersendiri. Tradisi yang penting juga harus dipertahankan tapi lihat juga manfaatnya. Karena kita dituntut buat berpikir dan bertindak inovatif seiring perkembangan zaman untuk ke depannya, bukan untuk meneruskan tradisi yang sama.
Biodata Penulis:Muhammad Daffa Afraizel lahir pada tanggal 9 Agustus 2005