Belakangan ini di salah satu media sosial sedang ramai masalah parenting, ada seorang anak yang sudah menjadi mahasiswa tetapi masih diawasi dengan ketat. Bahkan tidak diberikan ruang privasi di dalam kamarnya sendiri, dia diawasi oleh orang tuanya 24 jam dalam sehari. Dalam video klarifikasi orang tuanya, mereka menyebutnya sebagai keterbukaan dalam keluarga, tetapi apakah baik masih menyetir anak yang sudah bisa dibilang sebagai orang dewasa?
Sikap orang tua yang sangat ketat seperti itu malah didukung oleh sesama orang tua dengan alasan kasih sayang. Memang tidak ada salahnya membimbing dan mengawasi anak sebagai orang tua, tetapi ada baiknya memberikan sedikit ruang kebebasan untuk seorang anak agar dia bisa berkembang dan memahami kemampuannya sendiri.
Dengan kekangan yang diberikan oleh orang tua seorang anak akan susah berkembang dan kemampuannya akan terhambat di satu titik saja. Ketika diberikan sedikit ruang untuk bergerak maka anak bisa mengeksplorasi hal-hal yang menarik untuknya, tetapi tetap dengan kesadaran diri untuk tidak melewati batas.
Pengawasan orang tua yang berlebihan dapat membuat anak mereka mengalami banyak masalah ketika tidak berada di dekat mereka. Seperti contohnya kemampuan sosial yang sangat buruk, hal ini biasanya disebabkan oleh pembatasan orang tua mereka untuk bermain keluar rumah bahkan ada orang tua yang melarang anak mereka untuk mengikuti kegiatan sekolah yang tidak ada hubungannya dengan materi pelajaran.
Pembatasan tersebut nantinya akan berdampak ketika anak mereka mulai masuk ke dalam lingkungan masyarakat. Mereka tidak akan bisa mengikuti perkembangan yang ada di sekitar mereka karena sudah terbiasa di lingkungan monoton yang banyak pembatasnya.
Hal ini terjadi pada salah satu orang di sekitar saya, dia sudah cukup berumur tetapi pola pikir dan sikapnya tidak mencerminkan orang dewasa. Sifat kekanak-kanakan yang selalu ingin dituruti dan dianggap benar merupakan pengaruh dari kekangan orang tuanya sejak kecil, kegiatannya dari kecil selalu diatur oleh orang tuanya. Dia bahkan dilarang untuk mengikuti kegiatan pramuka karena orang tuanya menilai bahwa kegiatan pramuka itu terlalu berat untuk anaknya. Padahal esensi dari kegiatan tersebut adalah melatih mental dan fisik anak-anak sekolah agar siap berbaur di masyarakat nantinya.
Kemampuan bersosialisasi orang ini bisa dibilang sangat rendah, dia sangat jarang pergi keluar rumah dengan tujuan menemui seseorang secara khusus. Bahkan bisa dibilang dia tidak memiliki teman seumuran untuk diajak mengobrol sehari-harinya. Walaupun memiliki nilai yang sangat baik di sekolah, tetapi dengan pengalamannya yang sangat minim dia kesusahan untuk menerapkan teori dalam pikirannya ke kegiatan yang akan dilakukannya. Kehidupannya hanya berputar-putar di situ saja, tidak ada perkembangan ataupun penurunan dan bahkan mungkin tidak ada pembelajaran yang bisa dipelajarinya lagi karena kekangan dari orang tuanya untuk membatasi kegiatan dia.
Memang setiap orang tua pasti selalu ingin menjaga anaknya dengan segenap hati, tetapi lebih baik jika mereka juga memikirkan masalah yang akan terjadi ke depannya. Pemikiran-pemikiran orang yang tidak bisa berkembang malah membatasi anaknya hingga tidak bisa berbuat apapun ketika sudah tinggal di masyarakat yang lebih luas. Relasi merupakan senjata terkuat pada masa ini, apa jadinya jika orang tua malah merebut kesempatan seorang anak untuk mengasah kemampuannya dalam bersosialisasi? Yang ada hanyalah kehidupan monoton tanpa perkembangan dan hilangnya kesempatan individu tersebut untuk mempelajari hal-hal baru.
Tidak ada salahnya membatasi anak, tapi sadarilah bahwa seorang anak juga memerlukan tantangan bahkan kegagalan untuk berkembang. Kesalahan dan kegagalan bisa membuat seseorang bertumbuh menjadi lebih baik, dengan adanya kesadaran diri untuk berbenah maka orang tersebut bisa membuka lebih banyak kemungkinan dalam hidupnya. Kehidupan yang lebih baik juga akan mendatangkan tantangan yang lebih besar, dengan kemampuan yang sudah diasah orang yang memiliki pemikiran dewasa akan lebih mudah untuk berpikir jernih dan menciptakan peluang dalam setiap tindakannya. Tidak ada sesuatu yang lebih penting dari pengalaman di dunia ini, pengalaman akan menempa seseorang hingga menjadi sosok yang penting bagi orang-orang di sekitarnya.
Pengalaman tidak hanya mempengaruhi kemampuan seseorang, tetapi juga dapat mempengaruhi sifat dan mental seseorang. Mereka yang sudah terbiasa jatuh dan bangun akan memiliki mental yang kuat, dan mereka yang memiliki pengalaman lebih banyak cenderung bisa berpikir lebih jernih karena adanya kesiapan mental mereka untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Keegoisan seseorang akan semakin berkurang ketika mereka mengerti pentingnya mengalah dalam kehidupan bermasyarakat.
Pada akhirnya kekhawatiran orang tua adalah sesuatu yang diharapkan oleh seorang anak, tetapi kekhawatiran yang berlebihan hanya akan menghambat kemajuan dalam kehidupan anak mereka. Biarkan seorang anak mengenali dirinya sendiri dan hanya koreksi ketika mereka melakukan hal yang berlebihan, hal ini tidak hanya demi sang anak tetapi juga demi keharmonisan dalam keluarga.
Biodata Penulis:
Andre Saputra lahir pada tanggal 4 April 2006. Lelaki yang berdomisili di Surakarta ini aktif sebagai mahasiswa, program studi Informatika, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.