Sifat Boros yang Berlindung di Balik Kata Self-Reward

Self-reward dapat menjadi hal yang bermanfaat untuk merayakan pencapaian dan menghilangkan stres, tetapi jika dilakukan dengan baik dan tidak ...

Di kehidupan modern yang semakin rumit ini, banyak orang menerapkan self-reward sebagai cara untuk memanjakan diri sendiri. Hal ini biasa dianggap sebagai perayaan atau penghargaan atas tercapainya suatu hal dan sebagai cara untuk mengurangi stres. Namun di balik istilah self-reward terdapat potensi pengeluaran berlebihan yang bisa memberi dampak negatif pada keuangan pribadi.

Yuk kita bahas beberapa jebakan dan menawarkan alternatif yang lebih baik dalam self-reward.

Apa yang Dimaksud Self-reward?

Self-reward yaitu tindakan memberi hadiah kepada diri sendiri karna telah melakukan tujuan atau tugas. Hadiah yang diberikan bisa apa saja, mulai dari pengeluaran kecil sampai besar. Seperti membeli makanan kesukaan hingga liburan atau membeli sesuatu yang baru.

Sifat Boros yang Berlindung di Balik Kata Self-Reward

Menghargai diri sendiri adalah hal yang normal tetapi jika dilakukan berlebihan bisa berbahaya. Kebiasaan memberikan self-rewaard kepada diri sendiri jika tidak terkendali bisa menjadi hal yang merugikan.

Mengapa Self-reward Bisa Menjadi Masalah?

  1. Pengeluaran tidak Direncanakan: Ketika self-reward menjadi kebiasaan yang sering dilakukan, maka kita dengan mudah mengeluarkan uang setiap pencapaian. Jika hal ini dilakukan terus menerus maka bisa terjadi masalah perekonomian.
  2. Pandangan yang Salah: Seiring berjalannya waktu, self-reward bisa membuat kamu beranggapan bahwa kamu berhak menghabiskan uang tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.
  3. Membentuk Kebiasaan Buruk: Ketika setiap pencapaian harus diikuti dengan pengeluaran, hal ini bisa berbahaya karna membuat kita percaya bahwa ini adalah cara menghargai diri sendiri

Mengenali Jebakan Self-reward

  1. Mengabaikan Anggaran: Hal ini merupakan tanda utama jika kamu mulai mengabaikan anggaran yang ditentukan untuk self-reward. 
  2. Membandingkan Diri dengan Orang Lain: Ketika melihat teman atau rekan kerja memperlakukan diri mereka dengan hal yang menyenangkan, hal ini bisa membuat kamu menjadi tertekan dan ingin melakukan hal yang sama. Perbandingan seperti ini bisa membuat keputusan pengeluaran keuangan yang buruk.
  3. Menerapkan Standar yang tidak Realistis: Ketika self-reward menjadi cara utama untuk merayakan pencapaian, hal ini bisa menetapkan kamu berekspektasi pada hal yang tidak realistis yang bisa mendorong untuk membeli hadiah yang lebih besar dan lebih mahal dari waktu ke waktu.

Alternatif yang Baik dalam Self-reward

  1. Hadiah Non-material: Alih-alih memberi barang, kamu bisa mempertimbangkan untuk memberi self-reward dengan pengalaman. Seperti menghabiskan waktu dengan orang tersayang, menjelajahi tempat baru atau memanjakan diri dengan hobi. Hal ini bisa memberi kepuasan yang lebih dari pada membeli sesuatu
  2. Membangun Kebiasaan Positif: Merayakan pencapaian dengan cara sederhana seperti membuat catatan tentang pencapaian atau hanya bersantai dengan secangkir teh hangat
  3. Menentukan Anggaran untuk Self-reward: Jika lebih memilih untuk membeli sesuatu, pastikan ditentukan dengan anggaran yang jelas, dengan cara ini kamu bisa menikmati reward tanpa merasa bersalah karna mengeluarkan uang berlebihan
  4. Fokus pada Kesehatan Mental dan Emosional: Dari pada mengeluarkan uang untuk membeli barang, lebih baik mempertimbangkan untuk berinvestasi pada kesehatan seperti mediasi, olahraga, atau kegiatan lainnya. Hal tersebut merupakan cara untuk memberi hadiah kepada diri sendiri tanpa menguras keuangan.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa self-reward dapat menjadi hal yang bermanfaat untuk merayakan pencapaian dan menghilangkan stres, tetapi jika dilakukan dengan baik dan tidak berlebihan. Jika melakukan self-reward harus berhati-hati karena bisa membuat pengeluaran keuangan tidak baik. Dengan tetap waspada dan merencanakannya dengan matang, kamu bisa menikmatinya tanpa mengganggu kesehatan finansial.

Mari berusaha untuk menghargai diri menjadi motivator positif bukan sumber pemborosan. Dengan melakukan hal yang bijak, kita bisa merayakan pencapaian tanpa mengorbankan stabilitas keuangan.

Biodata Penulis:

Avril Wafa Rahmawati, lahir pada tanggal 18 April 2006 di Cilacap, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta, jurusan Keperawatan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.