Sebenarnya Perempuan atau Laki-Laki yang Lebih Sulit untuk Membaca Peta?

Ada sebuah stigma bahwa perempuan lebih kesulitan dalam kemampuannya untuk membaca maps dibanding dengan laki-laki.

Apakah kalian pernah berada dalam situasi seperti ini? Kalau pernah, kalian berada di posisi yang menyetir atau yang menunjukkan arah? Peristiwa seperti ini, mungkin kerap terjadi pada semua orang saat berada di perjalanan. Tapi uniknya, ada sebuah stigma bahwa perempuan lebih kesulitan dalam kemampuannya untuk membaca maps dibanding dengan laki-laki. Menurut kalian, benarkah dengan adanya stigma seperti itu?

Why Men Don't Listen And Women Can't Read Maps

Sebelumnya, kita mengenal dahulu apa arti peta dan membaca. Peta adalah gambaran permukaan bumi yang ditampilkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital yang tampil di layar komputer. Pemetaan digital adalah proses suatu kumpulan data dikompilasi dan diformat menjadi gambar digital. Fungsi utama dari teknologi ini adalah untuk menghasilkan peta yang memberikan representasi akurat dari daerah tertentu, merinci jalan utama dan tempat menarik lainnya, sedangkan membaca merupakan suatu kegiatan membaca yang membuat mata bergerak ke sana ke mari dengan cepat.

Kemampuan Otak Membaca Peta

Sebelum kita mengungkap benar atau tidaknya, mari kita bahas terlebih dahulu tentang kemampuan yang kita gunakan ketika ingin menemukan rute lewat peta. Sebenarnya apakah iya ada kemampuan khusus cuman untuk membaca peta? Dan nyatanya memang ada ya, kemampuan ini disebut kemampuan spasial.

Kemampuan spasial adalah kemampuan manusia untuk membayangkan di dalam pikiran berbagai bentuk benda, dimensinya, koordinat, proporsi, sampai gerakannya. Misalnya, ketika kalian diberi arahan, “belok ke kanan di gang yang ada di samping rumah berwarna hijau”, kemampuan spasial kamu akan menafsirkan instruksi tersebut. Ada petunjuk, yakni “gang”, “belok kanan”, “rumah hijau”. Objek tersebut menjadi penanda agar kalian mengetahui di mana jalan yang dimaksud dengan benar. Nah, seperti itulah kemampuan spasial bekerja, dengan itu kalian dapat membayangkan di dalam pikiran berbagai bentuk.

Contoh lainnya adalah, misal kita sedang mencari lokasi dari maps di smartphone kita. Kita akan fokus pada petunjuk-petunjuk seperti arah panah, tempat unik yang bisa menjadi penanda atau patokan, dan objek tertentu lainnya. Kemudian, otak kita akan memprosesnya untuk tahu arah mana yang harus ditempuh, titik-titik mana saja yang harus diberi arahan baik belok, berhenti, lurus, dan lain-lain. Maka dari itu, kadang kita butuh waktu untuk membaca maps di smartphone kita.

Menurut Allan dan Barbara Pease, pasangan yang menulis buku best seller “Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps” telah ada “ribuan” studi ilmiah terdokumentasi dan riset pemindaian otak yang mengkonfirmasi bahwa laki-laki memiliki area otak tertentu, yakni lobus parietal atau parietal lobe yang didedikasikan untuk kemampuan spasial. Selain itu, disebutkan pula bahwa area lobus parietal yang dimiliki laki-laki, secara signifikan lebih besar dibanding yang dimiliki oleh perempuan.

Faktor Perbedaan Jumlah Hormon

Pada dasarnya, perbedaan jenis kelamin sama sekali tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang. Namun, seperti yang kita sudah bahas di atas tadi, ada perbedaan dalam kemampuan spasial, dengan alasan fisik. Selain itu, mungkin ada faktor lain yang menyebabkan perempuan lebih kesulitan dalam membaca maps.

Beberapa peneliti menyimpulkan bahwa laki-laki lebih cenderung mengambil beberapa jalan pintas pada sebuah rute, dan lebih mengandalkan arah mata angin. Hasil uji dari aktivitas otak juga menunjukkan adanya perbedaan pada bagian yang memproses, di antara otak laki-laki dan perempuan.

Hormon testosteron memiliki peran, laki-laki yang memproduksi lebih banyak testosteron dinilai lebih efektif dengan kemampuan spasial. Lalu, sebagai data pendukung, dilakukan pula percobaan dengan menambahkan hormon testosteron bagi perempuan. Dari percobaan tersebut, hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan navigasi pada perempuan yang diberi tambahan hormon testosteron.

Selain hal tersebut, pada faktor yang berbeda, hormon estrogen yang diproduksi perempuan juga mampu menekan kemampuan spasial. Maka bisa disimpulkan, semakin feminim seorang perempuan, maka akan berpengaruh dengan kemampuannya dalam menavigasi atau membaca peta. Itulah tadi penjelasan mengenai kenapa perempuan lebih sulit dalam membaca peta atau maps. Kalau kalian mungkin sering nyasar karena salah ambil jalan, atau istilahnya “buta arah”, jangan minder dan menyalakan diri sendiri ketika sedang mengalami hal tersebut.

Daftar Pustaka:

  • Pease, Barbara, Allan (1998). Why Men Don't Listen and Women Can't Read Maps. New York: Ufuk Publishing House.

Biodata Penulis:

Nugroho Vicko Saputro lahir pada tanggal 14 April 2006 di Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.