Saat Kepala Sekolah Melewati Batas: Antara Pendidikan dan Kekerasan

Kepala sekolah adalah simbol moralnya sekolah, karena jika tidak ada kepala sekolah, maka sekolah tidak akan berjalan dengan teratur.

Baru-baru ini dihebohkan dengan adanya kepala sekolah yang memukul siswanya di lingkungan sekolah. Insiden ini terjadi di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro (Sitaro), Sulawesi Utara. Kejadian ini mengejutkan masyarakat setelah seorang siswa Sekolah Dasar dilaporkan mendapatkan perlakuan kasar (dipukul dan dibentak) oleh kepala sekolahnya, dan kejadian tersebut menjadi viral di Media Sosial.

Kasus tersebut memicu berbagai reaksi negatif dari publik. Laporan tersebut menyebutkan bahwa kepala sekolah bertindak demikian karena frustasi terhadap siswa yang sering kali absen tidak masuk kelas pembelajaran. Tindakan kepala sekolah terhadap siswanya sangat tidak baik karena dapat mempengaruhi mental anak tersebut. Kekerasan fisik maupun verbal dalam lingkungan pendidikan sering kali muncul, oleh sebab itu masalah ini menunjukan bahwa kekerasan itu bersifat sistemik dari sisi struktural.

Saat Kepala Sekolah Melewati Batas

Pelajar semestinya menjalani proses pendidikan formal di suatu sekolah atau universitas, dengan tujuan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang dibutuhkan untuk pengembangan diri dan kehidupan di masa depan. Pelajar bisa berasal dari berbagai tingkatan pendidikan, mulai dari tingkat dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi. Seorang pelajar tidak hanya terfokus pada akademik, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial, emosional, dan karakter melalui berbagai aktivitas di dalam maupun di luar sekolah. Dalam konteks pelajar juga bisa merujuk pada seseorang yang terus belajar sepanjang hidupnya.

Seorang pelajar seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak oleh seorang guru, pada saat itu siswa sedang mengalami masa pertumbuhan. Siswa tersebut tidak dapat mengembangkan bakat atau kemampuan yang dimilikinya, sehingga mengakibatkan kurangnya semangat dan kedisiplinan dalam belajar. Adapun tindakan yang dilakukan kepala sekolah untuk siswanya sangat diperlukan.

Dengan beberapa alasan mengapa masalah tersebut sangat mempengaruhi mental anak, di antaranya sebagai berikut ini:

1. Melanggar Prinsip Pendidikan

Pendidikan tidak hanya tentang pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan moral siswa. Kepala sekolah seharusnya mengedepankan pendekatan yang mendidik dan membangun, bukan dengan kekerasan. Memukul siswa tidak akan menyelesaikan masalah, melainkan hanya akan menanamkan rasa takut dan kebencian siswa, bukan menanamkan rasa hormat siswa kepada kepala sekolah. 

2. Dampak Psikologis pada Siswa

Anak yang dipukul, terutama oleh figur seperti kepala sekolah itu bisa mengalami trauma psikologis yang mendalam. Trauma tersebut dapat menyebabkan gangguan emosional, rendah diri, hingga gangguan dalam proses pembelajar siswa tersebut. 

3. Melanggar Hukum

Di berbagai banyak negara, termasuk Indonesia, kekerasan fisik terhadap anak dilindungi oleh Undang-Undang. Memukul siswa dapat dianggap sebagai tindak pidana kekerasan terhadap siswa, yang bisa berakibat sanksi hukum terhadap pelaku kekerasan tersebut. Selain itu juga sekolah dapat kehilangan kepercayaan terhadap masyarakat di sekitarnya.

4. Merusak Otoriter Kepala Sekolah

Kepala sekolah adalah simbol moralnya sekolah, karena jika tidak ada kepala sekolah, maka sekolah tidak akan berjalan dengan teratur. Jika kepala sekolah menggunakan kekerasan untuk kedisiplinan, ia justru menghancurkan otoriternya sebagai kepala sekolah. Alih-alih bukan mendapatkan perhatian justru malah mendapatkan kebencian atau pandangan yang buruk dari para siswa dan guru.

Dengan adanya perilaku di atas, kepala sekolah sebagai pemimpin harus mengendalikan emosi dan mencari solusi yang lebih bijak dalam menangani permasalahan. Tindakan memukul siswa itu bukanlah contoh yang baik, tetapi mencerminkan kurangnya kemampuan sosialisme terhadap siswa. Dengan hal ini pihak sekolah harus memberikan evaluasi standar kepemimpinan kepala sekolah agar tidak terjadi hal yang serupa terulang kembali.

Bagaimana tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekerasan yang dilakukan oleh kepala sekolah?

  1. Adanya komunikasi antara orang tua dengan pihak sekolah seperti guru atau staf-staf yang lain untuk keamanan anak-anaknya.
  2. Membentuk lembaga pendidikan anak untuk melindungi hak anak.
  3. Melibatkan aparat penegak hukum jika tindakan yang dilakukan melebihi batas.
  4. Memberikan layanan konseling dari psikolog sekolah untuk membantu memulihkan mental anak.
  5. Memberikan himbauan anti kekerasan di setiap lingkungan sekolah.

Harapan ke depannya agar kepala sekolah berpikir bijak dalam mengambil keputusan dalam mendidik siswanya, agar terhindar dari kekerasan fisik dan mental siswa sehingga proses pembelajaran siswa tidak terganggu oleh tindak kekerasan tersebut. Karena salah satu faktor berkembangnya pelajar yang unggul dan berkualitas itu berasal dari tindakan bagaimana seorang guru itu mengarahkan kepada siswanya untuk menjadikan generasi emas yang berprestasi.

Sofiatun Anisa

Biodata Penulis:

Sofiatun Anisa, lahir pada tanggal 16 November 2006 di Tegal, saat ini sedang menempuh pendidikan S1, Program Studi Pendidikan Agama Islam, di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.