Puisi: Telah Kutangkap Laut (Karya Kriapur)

Puisi "Telah Kutangkap Laut" karya Kriapur menyajikan eksplorasi mendalam tentang pengalaman, kehilangan, dan pencarian makna hidup.
Telah Kutangkap Laut

Telah kutangkap degup laut, kukenal
Rupa ombak dan karang
Dan telah kubongkar langit,
Kupegang sukma bulan dan segala
Penghuni langit berbintang
Tapi hanya sosok angin kubawa dalam dekapan luka
Lalu sirna dari duka ke duka

Telah kurambah jejak di mata bunga,
Mengarungi gelombang malam dan luas mimpi
Tapi hanya tangan kesiasiaan
Yang menghadang dan mengguratkan kekosongan
Dengan darah bianglala

Solo, 1981

Sumber: Horison (Februari, 1982)

Analisis Puisi:

Puisi "Telah Kutangkap Laut" karya Kriapur menyajikan eksplorasi mendalam tentang pengalaman, kehilangan, dan pencarian makna hidup. Melalui gambaran laut, langit, dan elemen alam lainnya, Kriapur menciptakan narasi yang kuat mengenai perjalanan batin dan dampak emosional yang ditinggalkan oleh pengalaman hidup.

Menggali Kedalaman Laut

Puisi dibuka dengan pernyataan "Telah kutangkap degup laut, kukenal rupa ombak dan karang." Di sini, laut berfungsi sebagai simbol dari kehidupan yang dinamis dan penuh misteri. Dengan menyebutkan "degup laut," Kriapur menciptakan kesan bahwa laut memiliki ritme dan kehidupan sendiri, mengingatkan kita akan kekuatan alam dan bagaimana ia mempengaruhi kita. "Rupa ombak dan karang" menggambarkan detail yang hidup tentang laut, menunjukkan bahwa penulis telah berusaha memahami dan mengenali semua aspek dari lingkungan sekitarnya.

Penyelaman ke dalam Langit dan Bulan

Kriapur melanjutkan dengan "Dan telah kubongkar langit, kupegang sukma bulan dan segala penghuni langit berbintang." Kalimat ini mencerminkan pencarian penulis untuk menemukan makna yang lebih dalam. Dengan "membongkar langit," Kriapur menandakan usaha untuk memahami apa yang ada di atas dan di luar jangkauan kita. "Sukma bulan" dan "penghuni langit berbintang" menunjukkan pencarian spiritual yang lebih dalam, di mana penulis berusaha menangkap esensi dari keindahan dan misteri yang mengelilinginya.

Keberadaan Angin dan Luka

Namun, penulis mengungkapkan, "Tapi hanya sosok angin kubawa dalam dekapan luka." Meskipun telah melakukan pencarian yang mendalam, yang ditemukan hanyalah "sosok angin"—sebuah simbol dari ketidakpastian dan kekosongan. Angin yang dihadapi mencerminkan perasaan kehilangan dan ketidakpastian yang melanda. "Dekapan luka" menunjukkan bahwa pencarian ini tidak hanya fisik tetapi juga emosional, di mana penulis membawa bekas luka dari perjalanan hidupnya.

Jejak di Mata Bunga dan Kekosongan

Bait selanjutnya, "Telah kurambah jejak di mata bunga, mengarungi gelombang malam dan luas mimpi," menggambarkan perjalanan penulis melalui keindahan alam. "Mata bunga" dapat diartikan sebagai simbol dari keindahan dan harapan, sementara "gelombang malam" dan "luas mimpi" menunjukkan perjalanan yang rumit dan kadang-kadang gelap. Namun, penulis merasakan bahwa "hanya tangan kesiasiaan yang menghadang dan mengguratkan kekosongan." Kalimat ini menggambarkan bahwa meskipun ada usaha untuk menjelajahi keindahan dan harapan, ada juga perasaan sia-sia yang menghalangi pencapaian tujuan.

Simbolisme Darah Bianglala

Di akhir puisi, Kriapur menyebutkan "dengan darah bianglala." Penggunaan istilah "darah bianglala" menggambarkan bahwa meskipun keindahan (bianglala) ada, ia juga membawa rasa sakit dan luka. Ini mencerminkan dualitas kehidupan, di mana keindahan sering kali disertai oleh penderitaan. Penyebutan "darah" menambah kedalaman emosional, menunjukkan bahwa pencarian makna tidak selalu membawa hasil yang diinginkan, tetapi sering kali meninggalkan bekas yang mendalam.

Puisi "Telah Kutangkap Laut" karya Kriapur adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan emosional dan pencarian makna dalam hidup. Melalui simbolisme laut, langit, dan elemen alam lainnya, Kriapur mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pengalaman hidup, kehilangan, dan keindahan yang menyertainya. Karya ini menunjukkan bahwa meskipun pencarian mungkin tidak selalu membuahkan hasil yang diharapkan, perjalanan itu sendiri adalah bagian penting dari pengalaman manusia. Dalam menghadapi ketidakpastian dan kesakitan, kita diajak untuk tetap mencari makna dan memahami keindahan yang ada di sekitar kita, meskipun mungkin tidak selalu bisa dijangkau.

Puisi: Telah Kutangkap Laut
Puisi: Telah Kutangkap Laut
Karya: Kriapur

Biodata Kriapur:
  • Kriapur (akronim dari Kristianto Agus Purnomo) lahir pada tahun 1959 di Solo.
  • Kriapur meninggal dunia pada tanggal 17 Februari 1987 dalam sebuah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Batang, Pekalongan, Jawa tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.