Puisi: Soliloqui (Karya Kriapur)

Puisi "Soliloqui" karya Kriapur menyampaikan refleksi tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan kehidupan dan apa yang terjadi ketika ...
Soliloqui

akhirnya akupun tahu
bahwa daging dan asap
akan terlempar dalam gelap

tapi apakah makna senyap?

banyak di antara kita telah mengatakannya:
senyap adalah bencana bagi cinta
adalah duri bagi angin
dan bunga-bunga

dan akhirnya dapat kutangkap
nafas batu dalam hening batinku
paling benar adalah diam
dan tahu akan saatnya
paling nyata adalah langkah
dan tahu dimana berhentinya

di dunia sudah tiada lagi persoalan
ketika matahari membelah ombak
kehidupan

Solo, 1981

Sumber: Horison (Februari, 1982)

Analisis Puisi:

Puisi "Soliloqui" karya Kriapur adalah sebuah karya puitis yang menggugah pemikiran dan perasaan mengenai eksistensi, cinta, dan makna dalam keheningan. Melalui lirik yang sederhana namun mendalam, Kriapur menyampaikan refleksi tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan kehidupan dan apa yang terjadi ketika keheningan mengambil alih.

Pembukaan yang Reflektif

Puisi ini diawali dengan pernyataan yang kuat: "akhirnya akupun tahu bahwa daging dan asap akan terlempar dalam gelap." Ungkapan ini mencerminkan kesadaran akan kerapuhan dan ketidakpastian dalam hidup. Daging dan asap melambangkan elemen fisik dan sementara dari kehidupan, yang pada akhirnya akan hilang dalam kegelapan. Kegelapan di sini dapat diinterpretasikan sebagai kematian atau akhir dari segala sesuatu, menekankan sifat sementara dari keberadaan kita.

Pertanyaan tentang Senyap

Kriapur kemudian mempertanyakan makna "senyap." Dengan bertanya, "tapi apakah makna senyap?" dia menggugah pembaca untuk merenungkan kedalaman keheningan dan dampaknya terhadap kehidupan dan cinta. Dalam bait berikutnya, ia mengutip pendapat banyak orang: "senyap adalah bencana bagi cinta, adalah duri bagi angin dan bunga-bunga." Pernyataan ini menyoroti bahwa keheningan bisa menjadi tantangan, terutama dalam konteks hubungan emosional. Cinta membutuhkan komunikasi, dan ketika senyap, cinta bisa terancam.

Penerimaan dalam Keheningan

Meskipun mengakui tantangan yang dihadirkan oleh keheningan, Kriapur menemukan makna dalam diam. "Nafas batu dalam hening batinku" menggambarkan kedalaman perasaan yang dapat ditemukan dalam keheningan. Dengan menyatakan "paling benar adalah diam," dia mengisyaratkan bahwa keheningan juga bisa menjadi sumber kebijaksanaan dan pemahaman. Dalam keheningan, kita dapat menemukan jati diri dan memahami kapan kita perlu bergerak maju dan kapan kita perlu berhenti.

Penutup yang Memukau

Puisi diakhiri dengan refleksi tentang dunia yang bebas dari persoalan ketika "matahari membelah ombak." Ungkapan ini menyiratkan bahwa dalam kesederhanaan dan keindahan alam, kita dapat menemukan kedamaian dan kejelasan. Dengan demikian, Kriapur mengajak pembaca untuk menyadari bahwa meskipun kehidupan dipenuhi dengan tantangan dan keheningan, ada keindahan yang dapat ditemukan jika kita meluangkan waktu untuk merenungkan dan memahami makna di baliknya.

Puisi "Soliloqui" karya Kriapur merupakan eksplorasi yang mendalam tentang kehidupan, cinta, dan keheningan. Melalui kata-kata yang puitis dan reflektif, Kriapur mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara keheningan dan makna eksistensi. Dalam dunia yang sering kali bising dan penuh gejolak, puisi ini mengingatkan kita untuk menemukan kedamaian dalam diam dan memahami betapa pentingnya momen-momen reflektif dalam perjalanan hidup kita.

Puisi: Soliloqui
Puisi: Soliloqui
Karya: Kriapur

Biodata Kriapur:
  • Kriapur (akronim dari Kristianto Agus Purnomo) lahir pada tahun 1959 di Solo.
  • Kriapur meninggal dunia pada tanggal 17 Februari 1987 dalam sebuah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Batang, Pekalongan, Jawa tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.