Puisi: Sebuah Potret Senja (Karya Kriapur)

Puisi "Sebuah Potret Senja" karya Kriapur menangkap keindahan alam, perasaan cinta, dan kesan mendalam dari suasana pantai Kuta.
Kuta: Sebuah Potret Senja

pantai Kuta telanjang coklat
terbaring di pinggir matahari barat
cintamu debur ombak lautan
dan serintis angin selatan
hangat mereyapi liburan panjang

para turis menulis kekaguman di pasir
yang selalu lembut berdesir
dan negeri mimpi telah diterjuni
seakan rela mati di peluk tanah Bali

pantai Kuta yang telanjang
telah ditelusur tubuh jiwanya
orang-orang pun tersipu memandang
perempuan pirang tanpa luka

Kuta, 1981

Sumber: Horison (Februari, 1982)

Analisis Puisi:

Puisi "Sebuah Potret Senja" karya Kriapur menangkap keindahan alam, perasaan cinta, dan kesan mendalam dari suasana pantai Kuta. Melalui penggambaran yang kaya akan detail dan nuansa, Kriapur membawa pembaca merasakan pesona senja di Bali, sekaligus mengajak untuk merenung tentang hubungan manusia dengan alam dan cinta.

Keindahan Alam

Puisi ini dibuka dengan penggambaran langsung yang kuat: "pantai Kuta telanjang coklat." Kalimat ini memberikan visualisasi yang jelas tentang keadaan pantai, di mana warna coklat menandakan kealamian dan kesederhanaan. Kriapur melanjutkan dengan "terbaring di pinggir matahari barat," yang menciptakan gambaran indah tentang matahari terbenam, simbol akhir hari yang sering dihubungkan dengan refleksi dan renungan.

Cinta dan Kehangatan

Selanjutnya, Kriapur menyentuh tema cinta dengan ungkapan "cintamu debur ombak lautan." Di sini, debur ombak digambarkan sebagai representasi dari cinta yang mengalir dan dinamis, menciptakan harmoni antara manusia dan alam. "Serintis angin selatan" menambah kesan hangat dan menyegarkan, menciptakan suasana yang mengundang kedamaian. Frasa "hangat mereyapi liburan panjang" mengindikasikan perasaan nyaman yang dibawa oleh cinta dan keindahan alam, menciptakan kenangan yang tak terlupakan.

Refleksi Manusia dan Mimpi

Kriapur kemudian mengalihkan perhatian pada para turis yang "menulis kekaguman di pasir." Ungkapan ini menunjukkan bahwa pengalaman indah di pantai Kuta diabadikan dalam kenangan dan rasa kagum. "Negeri mimpi telah diterjuni" menggambarkan betapa Bali menjadi tempat pelarian dari kenyataan, sebuah lokasi yang menawarkan kebahagiaan dan kedamaian bagi mereka yang mencarinya. Pernyataan "seakan rela mati di peluk tanah Bali" menunjukkan dedikasi dan rasa cinta yang mendalam terhadap tempat tersebut, seolah-olah para pengunjung bersedia meninggalkan segalanya untuk merasakan keindahan dan ketenangan Bali.

Pesona Pantai Kuta dan Simbolisme

Di bait terakhir, Kriapur kembali menekankan karakteristik pantai Kuta: "pantai Kuta yang telanjang telah ditelusur tubuh jiwanya." Pernyataan ini menyiratkan kedalaman pengertian tentang pantai, seolah-olah ia memiliki jiwa dan karakter yang telah dipahami oleh para pengunjung. Ungkapan "perempuan pirang tanpa luka" menciptakan gambaran wanita yang menggambarkan keindahan yang sempurna dan tanpa cela, menunjukkan betapa pantai dan cinta dapat bersatu dalam keindahan yang utuh.

Puisi "Sebuah Potret Senja" karya Kriapur adalah sebuah karya yang indah dan puitis, menggambarkan keindahan pantai Kuta dan perasaan cinta yang mendalam. Melalui penggunaan imaji yang kaya dan bahasa yang menawan, Kriapur mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara manusia, alam, dan cinta. Karya ini mengingatkan kita bahwa keindahan senja di pantai tidak hanya terletak pada visualnya, tetapi juga pada pengalaman emosional dan kenangan yang dihadirkan. Dalam setiap debur ombak dan hembusan angin, terdapat cerita tentang cinta dan keindahan yang abadi.

Puisi: Sebuah Potret Senja
Puisi: Sebuah Potret Senja
Karya: Kriapur

Biodata Kriapur:
  • Kriapur (akronim dari Kristianto Agus Purnomo) lahir pada tahun 1959 di Solo.
  • Kriapur meninggal dunia pada tanggal 17 Februari 1987 dalam sebuah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Batang, Pekalongan, Jawa tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.