Puisi: Pesan Seorang Ayah (Karya Rizal De Loesie)

Puisi "Pesan Seorang Ayah" menjadi pengingat bahwa di balik kekuatan dan ketegaran seorang ayah, terdapat cinta yang tulus, yang tidak akan pernah ...

Pesan Seorang Ayah

Dalam hening yang sufi
aku duduk, menunggu bayang-bayang,
mendengar detak waktu yang pelan,
seperti napas anak-anakku,
yang tak tahu bahwa dunia ini
adalah labirin teka-teki

Pagi menyapa dengan sinar lembut,
aku terbangun dari mimpi yang sama,
menghitung harapan dalam secangkir kopi,
berusaha merangkai kata demi kata,
untuk memberi mereka kekuatan,
seperti embun yang menyegarkan daun

Anak-anakku,
dalam pelukan senja yang bergetar,
aku ingin kalian tahu,
bahwa setiap tetes keringatku,
adalah doa yang tak terucap,
seperti rindu yang terpendam,
menanti saatnya mekar

Di sini, di antara derai hujan,
aku adalah pohon yang berakar kuat,
bertahan di tengah badai,
meski angin mengoyak harapan,
aku tetap tegar,
karena kau adalah cahaya di ujung jalan

Kalian adalah bintang di langitku,
secerah impian yang tak pernah padam,
aku akan mengumpulkan setiap sinar,
meski terjatuh, meski terluka,
akan kujadikan pelangi,
setiap kali hujan mereda

Tugas ini, oh, bukan sekadar tanggung jawab,
tapi jembatan yang menghubungkan jiwa,
aku menapaki setiap langkah,
berharap kau menemukan jalanmu,
menari di antara bintang-bintang,
tanpa rasa takut

Dan ketika senja datang,
dengan warna merah jingga yang membara,
aku akan tetap di sini,
menyaksikan perjalananmu,
dari jauh, dalam diam,
dengan segenap cinta yang tak bertepi

Karena kebahagiaanmu,
adalah nada dalam lagu hidupku,
dan meski semua ini tak pernah selesai,
aku akan terus melangkah,
dalam hening yang tak pernah sepi,
menjadi ayah,
menjadi cahaya,
untuk perjalanan yang panjang ini

Bandung, Oktober 2024

Analisis Puisi:

Puisi "Pesan Seorang Ayah" karya Rizal De Loesie menggambarkan kasih sayang seorang ayah yang begitu dalam dan penuh perenungan terhadap anak-anaknya. Rizal De Loesie, dengan lirik-lirik puitisnya, menyampaikan perasaan dan pesan-pesan yang sarat akan nasihat, harapan, dan keinginan agar anak-anaknya tumbuh kuat di tengah kerasnya kehidupan. Dengan bahasa yang lembut namun sarat makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungi peran seorang ayah dalam kehidupan anak-anaknya.

Keheningan dan Kontemplasi

Pada awal puisi, terdapat suasana hening yang digambarkan dengan kalimat, "Dalam hening yang sufi / aku duduk, menunggu bayang-bayang." Keheningan ini mencerminkan momen introspeksi seorang ayah, saat ia merenungkan kehidupan dan masa depan anak-anaknya. "Detak waktu yang pelan" menggambarkan betapa sang ayah menyadari bahwa waktu terus berjalan, seiring dengan tumbuhnya anak-anaknya yang belum mengetahui kompleksitas kehidupan—"labirin teka-teki." Ini menunjukkan bahwa bagi seorang ayah, kehidupan adalah teka-teki yang rumit, dan ia ingin membekali anak-anaknya dengan kebijaksanaan.

Harapan dan Ketulusan

Bait kedua dari puisi menggambarkan sang ayah yang bangun di pagi hari, "menghitung harapan dalam secangkir kopi." Ini menunjukkan bagaimana harapan dan impian bagi anak-anaknya selalu menjadi bagian dari kesehariannya. Ia merangkai kata-kata untuk memberi kekuatan kepada anak-anaknya, seperti embun yang menyegarkan daun. Metafora ini menggambarkan kasih sayang sang ayah yang ingin menyegarkan dan memberikan semangat kepada anak-anaknya, seolah-olah embun yang memberi kehidupan pada tanaman.

Pengorbanan yang Tanpa Batas

Di baris-baris seperti "bahwa setiap tetes keringatku, / adalah doa yang tak terucap," terlihat betapa besar pengorbanan yang diberikan sang ayah. Setiap usaha dan kerja keras yang dilakukan adalah bentuk cinta yang tulus untuk anak-anaknya. Meskipun mungkin kata-kata itu tidak terucap secara langsung, tetapi ada keinginan yang kuat agar anak-anaknya merasakan doa dan dukungan yang terus mengalir dari seorang ayah. Penggambaran ini mengingatkan kita bahwa banyak perasaan dan cinta yang sering kali tersembunyi di balik tindakan.

Keteguhan dan Ketabahan

Ayah dalam puisi ini diibaratkan sebagai "pohon yang berakar kuat," yang mampu bertahan di tengah badai dan menghadapi segala rintangan. "Meski angin mengoyak harapan, / aku tetap tegar" adalah ungkapan dari ketabahan seorang ayah yang meski mengalami banyak tantangan, tetap berdiri kokoh demi anak-anaknya. Kehadirannya menjadi perlindungan dan sumber kekuatan, bahkan saat ia menghadapi kegagalan atau kesedihan. Ini mencerminkan bahwa cinta seorang ayah tidak akan pernah pudar, meskipun menghadapi berbagai cobaan.

Peran Ayah sebagai Pembimbing

Rizal De Loesie menggambarkan peran ayah sebagai "jembatan yang menghubungkan jiwa," yang artinya ia adalah penghubung antara kehidupan anak-anaknya dengan masa depan. Sang ayah berharap anak-anaknya dapat menemukan jalan mereka sendiri, "menari di antara bintang-bintang, / tanpa rasa takut." Ini menandakan bahwa meskipun sang ayah ingin melindungi, ia juga memahami pentingnya memberikan kebebasan agar anak-anaknya dapat tumbuh dan menggapai impian mereka. Harapannya adalah agar anak-anaknya mampu mengeksplorasi kehidupan tanpa dibayangi oleh rasa takut.

Kebahagiaan Anak sebagai Kebahagiaan Ayah

Penutup puisi ini mencerminkan kebanggaan dan cinta yang mendalam dari seorang ayah, "Karena kebahagiaanmu, / adalah nada dalam lagu hidupku." Ayah tidak hanya menjalani perannya dengan rasa tanggung jawab, tetapi juga dengan cinta yang tanpa syarat. Ia menyaksikan dari jauh, dengan bangga, ketika anak-anaknya melangkah dalam kehidupan. Kehadiran senja sebagai metafora akhir kehidupan menunjukkan bahwa meskipun waktu terus berjalan, cinta sang ayah akan tetap ada sampai akhir hayatnya.

Puisi "Pesan Seorang Ayah" karya Rizal De Loesie adalah gambaran indah tentang cinta, ketulusan, dan pengorbanan seorang ayah kepada anak-anaknya. Puisi ini mengajarkan kita tentang pentingnya memahami peran seorang ayah, yang meskipun sering kali tidak diungkapkan dengan kata-kata, namun selalu hadir dalam setiap usaha, doa, dan harapannya bagi masa depan anak-anaknya. Puisi ini menjadi pengingat bahwa di balik kekuatan dan ketegaran seorang ayah, terdapat cinta yang tulus, yang tidak akan pernah pudar meski waktu terus berlalu.

Puisi Pesan Seorang Ayah
Puisi: Pesan Seorang Ayah
Karya: Rizal De Loesie

Biodata Rizal De Loesie:
  • Rizal De Loesie (nama pena dari Drs. Yufrizal, M.M) adalah seorang ASN Pemerintah Kota Bandung. Penulis puisi, cerpen dan artikel pendidikan. Telah menerbitkan beberapa buku puisi solo dan puisi antologi bersama, serta cerita pendek.
© Sepenuhnya. All rights reserved.