Puisi: Nanti, Nantikanlah! (Karya Walujati)

Puisi "Nanti, Nantikanlah!" karya Walujati memadukan metafora alam dengan pesan-pesan kehidupan manusia. Melalui gambaran rumput kering yang ....
Nanti, Nantikanlah!

Rumput kering kemuning
terhampar luas.
Gemetar tampak hawa panas
atas padang sunyi.
Ah, Rumput, akarmu jangan turut mengering;
jangan mati kaku di tanah terbaring
Nanti, nantikanlah
dengan sabar dan tabah
Sampai hujan turun membasahi bumi.

Sumber: Seserpih Pinang Sepucuk Sirih (1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Nanti, Nantikanlah!" karya Walujati adalah suatu karya yang memaparkan ketidakpastian dan harapan dengan metafora dari alam.

Metafora Alam dan Kehidupan Manusia: Puisi ini menggunakan metafora alam, khususnya melalui gambaran rumput kering dan hawa panas. Rumput yang kering dan terhampar luas dapat diartikan sebagai kesulitan atau kemunduran dalam hidup manusia. Seiringnya dengan itu, harapan dan kehidupan yang tampak seperti terhenti atau sulit berkembang.

Emosi dan Atmosfer yang Dicirikan: Dengan menggunakan kata-kata seperti "Gemetar," dan "Ah," puisi ini menciptakan atmosfer emosional yang kuat. Emosi tersebut mencirikan perasaan ketidakpastian dan kegelisahan yang mungkin dirasakan oleh seseorang ketika menghadapi tantangan dalam hidup.

Pesannya tentang Sabar dan Ketabahan: Pernyataan "Nanti, nantikanlah dengan sabar dan tabah" merupakan inti pesan dari puisi ini. Penyair mengajak pembaca untuk bersikap sabar dan tabah dalam menghadapi kesulitan, seperti yang dilambangkan oleh rumput yang kering. Harapan akan datangnya hujan menjadi simbol pemulihan dan keberlanjutan kehidupan.

Penggunaan Bahasa yang Simpel dan Kuat: Penyair menggunakan bahasa yang sederhana tetapi kuat, memungkinkan pembaca untuk merasakan dan memahami pesan yang ingin disampaikan. Metafora alam yang digunakan memberikan daya pikat dan kekuatan kepada puisi.

Simetri dan Ritme yang Membangun Atmosfer: Puisi ini memiliki simetri yang kuat, baik dalam tata letak maupun struktur kalimatnya. Ritme yang dihasilkan oleh penggunaan kata-kata dan pernyataan menciptakan suatu aliran yang membangun atmosfer sesuai dengan perasaan yang ingin disampaikan.

Puisi "Nanti, Nantikanlah!" karya Walujati adalah karya yang memadukan metafora alam dengan pesan-pesan kehidupan manusia. Melalui gambaran rumput kering yang gemetar di bawah hawa panas, puisi ini mengekspresikan perasaan ketidakpastian dan harapan atas masa depan, sambil mengajak pembaca untuk bersikap sabar dan tabah.

Walujati
Puisi: Nanti, Nantikanlah!
Karya: Walujati

Biodata Walujati:
  • Walujati lahir pada tanggal 5 Desember 1924 di Sukabumi.
  • Nama sebelum menikah Louise Walujati Hatmoharsoio.
  • Nama setelah menikah Walujati Supangat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.