Sumber: Horison (Agustus, 1984)
Analisis Puisi:
Puisi "Mengekalkan Mimpi" karya Kriapur adalah karya yang menggugah dan reflektif, mengeksplorasi tema harapan, kenangan, serta ketidakpastian dalam kehidupan. Dengan penggunaan bahasa yang puitis dan simbolisme yang kuat, Kriapur menciptakan gambaran mendalam tentang bagaimana kita mengekalkan mimpi dan mengatasi realitas yang sering kali menyakitkan.
Mengubah Arah Mimpi
Puisi ini dimulai dengan ungkapan "Merubah arah mimpi," yang mencerminkan usaha penulis untuk memfokuskan kembali tujuan dan harapannya. Frasa ini mengisyaratkan bahwa mimpi bukanlah sesuatu yang statis; sebaliknya, mereka dapat berubah seiring waktu dan pengalaman. Mimpi yang diibaratkan sebagai "kisah-kisah mawar" menambahkan elemen keindahan dan kerapuhan. Mawar, dengan durinya, menjadi simbol dari harapan yang indah tetapi juga dapat melukai. Dengan demikian, penulis menegaskan bahwa mengekalkan mimpi adalah tugas yang kompleks dan penuh tantangan.
Alam sebagai Simbol Perubahan
"Menjadi tugas musim sepanjang langit" mengindikasikan bahwa perjalanan untuk mengekalkan mimpi terkait erat dengan siklus alam. Musim yang berganti membawa perubahan yang tak terhindarkan dalam kehidupan, dan langit yang luas memberikan latar belakang untuk perjalanan ini. Kriapur melanjutkan dengan gambaran kabut yang selalu meruah, "seperti sungai-sungai sehabis hujan." Di sini, penulis menggambarkan betapa melimpahnya emosi dan pengalaman yang muncul setelah peristiwa signifikan, menciptakan rasa deras dan penuh energi. Sungai-sungai yang mengalir membawa "bayang-bayang matahari ke lain harapan," menunjukkan bahwa meskipun ada kesedihan, ada juga kemungkinan baru dan harapan yang muncul dari pengalaman tersebut.
Waktu dan Kepedihan
Selanjutnya, penulis menyoroti peran waktu dalam kehidupan dengan pernyataan "waktu yang menciptakan pisau-pisau untuk kepedihan." Di sini, waktu bukan hanya pengukur, tetapi juga alat yang memotong dan membentuk pengalaman kita. "Pisau-pisau" tersebut menjadi simbol dari luka yang ditimbulkan oleh pengalaman hidup, baik secara fisik maupun emosional. Dengan "berkilat sunyi dan menjanjikan pujaan," Kriapur menciptakan nuansa paradoks di mana kesunyian dapat menjadi sumber keindahan dan pujian, tetapi juga membawa rasa sakit dan kehilangan.
Ketidakpastian dan Pengkhianatan
Bagian berikutnya dari puisi ini menyoroti angin yang "terkumpul bersama badai" yang muncul dari laut. Ini mencerminkan ketidakpastian yang sering kali menyertai harapan dan mimpi. Badai di sini menjadi simbol dari tantangan dan kesulitan yang datang, sementara "di pantai leher yang saling berbelit, adalah pengkhianatan." Frasa ini menunjukkan bagaimana harapan dan impian dapat terjebak dalam kebingungan dan kesulitan, menciptakan rasa pengkhianatan terhadap apa yang kita inginkan atau harapkan.
Puisi "Mengekalkan Mimpi" karya Kriapur adalah sebuah refleksi mendalam tentang perjalanan harapan, kenangan, dan ketidakpastian dalam kehidupan. Melalui imaji yang kuat dan simbolisme yang kaya, penulis menggambarkan bagaimana mimpi dapat berubah seiring waktu dan bagaimana kita berjuang untuk mengekalkannya. Kriapur berhasil menciptakan suasana yang menggugah emosi, mendorong pembaca untuk merenungkan perjalanan hidup mereka sendiri dan bagaimana mereka berinteraksi dengan harapan dan kesedihan. Puisi ini menunjukkan bahwa meskipun kita menghadapi luka dan pengkhianatan, ada kekuatan dalam perjalanan untuk mengekalkan mimpi dan menemukan harapan di balik segala kesulitan.
Karya: Kriapur
Biodata Kriapur:
- Kriapur (akronim dari Kristianto Agus Purnomo) lahir pada tahun 1959 di Solo.
- Kriapur meninggal dunia pada tanggal 17 Februari 1987 dalam sebuah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Batang, Pekalongan, Jawa tengah.