Kenangan
Kenangan hadir menggiring hati gundah
Ingatan tentangmu membuatku candu
Dari dadamu yang penuh
Panutan selalu ingin kutiru
Dengan kejam dia merampas milikku
Hingga kau berlalu
Menggenggam satu yang baru
Tinggalkan pernik luka di jiwaku
Kau tetap luka yang kucinta
Bahkan hingga kelak aku menutup mata
Kau yang telah ajarkan, ikhlas tanpa kata-kata
Rokan Hilir, 5 Oktober 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Kenangan" karya Bunda Swanti adalah sebuah karya yang menyentuh perasaan tentang cinta yang menyakitkan dan proses ikhlas dalam menghadapi kehilangan. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh emosi, puisi ini menggambarkan perjalanan batin seorang yang pernah mencintai, merasakan perpisahan yang menyakitkan, tetapi pada akhirnya menemukan keikhlasan dalam diam. Tema kenangan, luka, dan cinta yang masih melekat, meskipun dalam bentuk yang menyakitkan, menjadi inti dari puisi ini.
Kenangan Sebagai Penggugah Perasaan
Dari judulnya, Kenangan, puisi ini sudah mengisyaratkan bahwa ia berfokus pada masa lalu yang memengaruhi perasaan di masa kini. Baris pertama, "Kenangan hadir menggiring hati gundah," langsung membuka suasana emosional. Kenangan tersebut tidak sekadar hadir, tetapi menggiring hati ke arah kegundahan, menggambarkan bahwa masa lalu masih sangat memengaruhi keadaan emosi si penulis. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kenangan mungkin bersifat reflektif, ia masih memiliki kekuatan untuk mempengaruhi suasana hati di masa sekarang.
Cinta yang Membekas Luka
Di bait kedua, "Dengan kejam dia merampas milikku / Hingga kau berlalu," menggambarkan perasaan kehilangan yang mendalam. Sosok yang dulu sangat berarti diambil oleh orang lain, dan ini meninggalkan luka di hati. Penggambaran "pernik luka di jiwaku" menyiratkan bahwa luka yang dirasakan bukan hanya luka besar, tetapi juga luka-luka kecil yang menyakitkan namun terus membekas. Puisi ini memvisualisasikan rasa sakit kehilangan seseorang yang pernah menjadi bagian penting dari kehidupan penulis.
Luka yang Tetap Dicintai
Baris "Kau tetap luka yang kucinta" menjadi inti emosional dari puisi ini. Ada pengakuan bahwa meskipun cinta telah berakhir dalam luka, perasaan cinta tersebut tidak hilang begitu saja. Bahkan dalam kondisi yang menyakitkan, cinta itu masih bertahan. Ini menunjukkan bahwa cinta sejati, meskipun menyakitkan, tetap hadir dalam bentuk kenangan yang tidak bisa dihapus begitu saja. Penulis tidak hanya mencintai sosok yang telah pergi, tetapi juga mencintai luka yang ditinggalkannya, menggambarkan kompleksitas perasaan yang sering muncul dalam cinta.
Ikhlas Tanpa Kata-Kata
Bagian penutup dari puisi ini, "Kau yang telah ajarkan, ikhlas tanpa kata-kata," memberikan kedalaman pada keseluruhan puisi. Meskipun penuh dengan luka dan kehilangan, ada pelajaran besar yang didapatkan, yaitu keikhlasan. Namun, keikhlasan ini bukanlah sesuatu yang diucapkan secara verbal, melainkan dipelajari dalam diam dan melalui pengalaman. Penulis akhirnya mampu menerima kenyataan meskipun tetap menyimpan rasa cinta yang dalam. Proses menerima kepergian seseorang yang sangat dicintai tanpa harus mengucapkan kata-kata ini memberikan nuansa ketenangan dalam puisi yang penuh emosi.
Puisi "Kenangan" karya Bunda Swanti adalah sebuah refleksi mendalam tentang cinta yang terluka dan perjalanan menuju keikhlasan. Melalui bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini menggambarkan bagaimana kenangan masa lalu, meskipun menyakitkan, dapat menjadi bagian penting dalam pembelajaran batin. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bahwa meskipun cinta terkadang membawa luka, ada pelajaran ikhlas yang bisa ditemukan di balik setiap kenangan. Ini adalah karya yang sarat akan emosi, mengungkapkan perasaan cinta, kehilangan, dan penerimaan dengan cara yang intim dan menyentuh.
Karya: Bunda Swanti