Hujan Runtuh dalam Gelap
setiap kali
kudengar
hujan runtuh dalam gelap
lalu esok pagi
di luar mimpi
daun-daun berserak
di tanah fajar
yang basah
tak ada yang jadi lain
katamu
musim sudah terbiasa
melepas suara
sunyi dalam sunyi
Solo, 1981
Sumber: Horison (Maret, 1983)
Analisis Puisi:
Puisi "Hujan Runtuh dalam Gelap" karya Kriapur menggambarkan keindahan sekaligus kesedihan yang hadir dalam kehidupan sehari-hari. Dengan penggunaan imaji yang sederhana namun mendalam, Kriapur menciptakan suasana yang memaksa pembaca untuk merenungkan makna dari hujan, waktu, dan pengalaman manusia. Puisi ini menyentuh tema transisi, kebiasaan, dan keheningan dalam kehidupan.
Hujan sebagai Simbol Perubahan
Puisi ini dibuka dengan pernyataan sederhana, "setiap kali kudengar hujan runtuh dalam gelap." Hujan sering kali menjadi simbol perubahan dan pembaharuan, tetapi dalam konteks ini, ada nuansa kesedihan dan melankolis. Runtuhnya hujan dalam gelap menciptakan kesan tentang sesuatu yang tak terlihat, sebuah proses yang terjadi di luar jangkauan penglihatan. Gelap di sini bisa dianggap sebagai representasi dari ketidakpastian atau ketidakjelasan dalam hidup.
Pagi yang Menyambut
Setelah hujan, penulis menyatakan, "lalu esok pagi di luar mimpi," menciptakan kontras antara malam yang gelap dan pagi yang baru. Pagi di sini adalah waktu untuk bangkit dan menyadari dunia di sekeliling kita. Namun, "daun-daun berserak di tanah fajar yang basah" menunjukkan bahwa meskipun ada harapan baru, ada juga kekacauan yang ditinggalkan oleh hujan. Daun yang berserak melambangkan sisa-sisa dari pengalaman dan peristiwa yang telah berlalu, menunjukkan bahwa setiap awal baru selalu membawa bekas dari masa lalu.
Ketidakberubahan dan Kebiasaan Musim
Pernyataan "tak ada yang jadi lain katamu" mencerminkan pernyataan ketidakberubahan dalam siklus hidup. Ada rasa penerimaan bahwa meskipun hujan membawa perubahan, semuanya tetap berjalan sesuai dengan alur alami. "Musim sudah terbiasa melepas suara" menandakan bahwa alam memiliki siklusnya sendiri, dan suara hujan, meskipun mungkin terdengar mengganggu, adalah bagian dari ritme kehidupan.
Sunyi dalam Sunyi
Bagian terakhir dari puisi ini, "sunyi dalam sunyi," menciptakan kesan bahwa meskipun hujan dan suara alam lainnya ada, ada juga keheningan yang mendalam di dalamnya. Sunyi di sini bisa berarti refleksi, momen hening yang mengundang kita untuk merenungkan apa yang telah terjadi dan apa yang akan datang. Ada keindahan dalam keheningan, yang menunjukkan bahwa di balik semua perubahan dan suara, terdapat ruang untuk memahami diri sendiri.
Puisi "Hujan Runtuh dalam Gelap" karya Kriapur adalah sebuah karya yang menggugah pemikiran, mengajak pembaca untuk merenungkan pengalaman kehidupan yang penuh dengan perubahan dan keheningan. Melalui imaji hujan, pagi, dan daun-daun yang berserak, penulis menyoroti siklus kehidupan yang terus berlanjut meskipun dalam ketidakpastian. Kriapur berhasil menangkap esensi dari keberadaan manusia dan hubungan kita dengan alam, menunjukkan bahwa meskipun ada perubahan, kita harus menerima dan memahami keindahan yang ada dalam keheningan. Puisi ini menekankan bahwa dalam setiap momen, baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan, ada pelajaran dan refleksi yang dapat diambil, serta harapan yang selalu bisa ditemukan di antara sisa-sisa yang ditinggalkan.
Karya: Kriapur
Biodata Kriapur:
- Kriapur (akronim dari Kristianto Agus Purnomo) lahir pada tahun 1959 di Solo.
- Kriapur meninggal dunia pada tanggal 17 Februari 1987 dalam sebuah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Batang, Pekalongan, Jawa tengah.