Demonstrasi
Kertas lipat mengeras seperti batu
Kecanduan berbicara tanpa berakhiran huruf
Persekutuan membuka pintu gerbang ke dimensi lain
Semua aksi memelihara tindak kekerasan
Alergi pada kebajikan
Temukan keserakahan yang melintasi jalur kedaifan
Energi tersapu bersih karena trauma yang meraba-raba kepala
Kenaifan menelan sifat kurang cerdas
Permainan tukar tambah menyerang pembangkang
Semut-semut kecil menembakkan sengatan api
Pergelangan kaki merintih kesakitan
Beranggapan bahwa hidangan dikemas dalam bentuk eksklusif
Daluang berwarna cokelat muda menyelundupkan sejumlah barang rampasan
Kotak hadiah dilumuri air liur
Satu buah retakan tanah kering menghiasi permukaan latar
Ketapang, 27 September 2024
Analisis Puisi:
Puisi "Demonstrasi" karya Amanda Amalia Putri mengangkat tema perlawanan, kekacauan, dan ketidakadilan sosial melalui penggunaan simbolisme yang kaya dan metafora yang kompleks. Setiap baris dalam puisi ini membawa pembaca ke dalam dunia di mana aksi protes dan kerusuhan mewakili ketegangan antara kebebasan berbicara, tindak kekerasan, dan keresahan batin yang muncul dalam menghadapi penindasan.
Tema dan Makna
Puisi ini menyentuh tema demonstrasi, di mana tindakan perlawanan dan pemberontakan terhadap ketidakadilan diungkapkan secara simbolis. Misalnya, frasa "kertas lipat mengeras seperti batu" melambangkan transformasi sesuatu yang lemah menjadi alat perlawanan, sementara "persekutuan membuka pintu gerbang ke dimensi lain" menggambarkan bagaimana aksi kolektif dapat menciptakan perubahan besar atau bahkan membuka dunia baru yang penuh dengan ketidakpastian.
Puisi ini juga mencerminkan kontradiksi antara idealisme dan kenyataan keras, seperti yang tercermin dalam baris "alergi pada kebajikan." Hal ini menyiratkan bahwa di tengah kerusuhan dan protes, nilai-nilai moral dan kebajikan sering kali diabaikan atau dilupakan. Amanda Amalia Putri menampilkan dunia yang penuh konflik, di mana keserakahan dan kekerasan saling mendominasi.
Penggunaan Simbol dan Gaya Bahasa
Amanda menggunakan metafora yang kuat untuk menciptakan gambaran yang intens. Frasa "semut-semut kecil menembakkan sengatan api" menggambarkan bagaimana kekuatan kecil, yang diwakili oleh semut, dapat menimbulkan dampak besar, seperti halnya demonstrasi massa yang dimulai dari individu-individu kecil namun memiliki pengaruh luas.
"Permainan tukar tambah menyerang pembangkang" mencerminkan ketidakadilan dalam pertukaran kekuasaan, di mana para pembangkang atau mereka yang melawan rezim yang berkuasa menjadi korban dari kekerasan struktural. Frasa ini juga mengandung makna bahwa mereka yang melawan sistem sering kali dikalahkan melalui cara-cara yang tidak adil.
Struktur dan Bunyi
Puisi ini ditulis dalam gaya bebas tanpa rima, yang sesuai dengan tema demonstrasi dan kekacauan. Tidak ada struktur yang kaku, mencerminkan ketidakteraturan dan spontanitas yang sering ditemukan dalam aksi-aksi protes. Ketidakpastian dan perubahan yang tiba-tiba tercermin dalam cara puisi ini bergerak dari satu ide ke ide lain, dengan transisi yang terasa tajam dan mengejutkan.
Puisi "Demonstrasi" adalah puisi yang menggambarkan perlawanan terhadap ketidakadilan melalui simbolisme yang kuat dan gaya bahasa yang intens. Amanda Amalia Putri berhasil menciptakan suasana yang penuh ketegangan dan kekacauan, di mana idealisme dan kenyataan bertabrakan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan sisi gelap dari tindakan perlawanan, kekerasan, dan bagaimana keresahan sosial dapat mengubah nilai-nilai moral yang seharusnya dijunjung tinggi.
Karya: Amanda Amalia Putri
Biodata Amanda Amalia Putri:
- Amanda Amalia Putri lahir pada tanggal 28 Februari 2004 di Banyuwangi. Ia suka mengisi waktu luangnya dengan menulis puisi. Puisi-puisinya dimuat di berbagai media, baik online ataupun offline.
- Beberapa puisinya juga bisa dijumpai di dalam buku antologi bersama, termasuk: Pengembara Rindu (2020), Senandung Bait Cinta Pertama (2023), Gugur Cinta ke Pelukan Rindu (2023), Rahasia Hati yang Tak Pernah Terucap (2023), Simpul Rasa (2023), dan Aku di Garis Penantian (2024).