Konflik antara murid dan guru adalah fenomena yang sering terjadi dalam dunia pendidikan. Dunia pendidikan sendiri merupakan hal yang penting bagi semua manusia salah satunya bagi anak, selain itu dunia pendidikan juga perlu adanya peran orang tua. Peran orang tua dalam dunia pendidikan sangatlah penting dan berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam proses belajar. Orang tua berperan sebagai pendukung utama dalam pendidikan anak, baik di rumah maupun di sekolah. Di rumah, mereka bisa membantu anak dalam mengerjakan tugas, memberikan sumber daya untuk belajar, dan mendorong kebiasaan belajar yang positif. Dukungan ini tidak hanya terbatas pada materi akademis, tetapi juga moral dan emosional, yang membantu membentuk sikap positif terhadap pendidikan.
Pendidikan di sekolah pada anak juga penting dengan didampingi guru yang memberikan pembelajaran. Pendidikan anak di sekolah adalah bagian penting dari perkembangan akademis, sosial, dan emosional mereka. Sekolah berfungsi sebagai tempat anak-anak menerima pengetahuan formal, mengembangkan keterampilan, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan dewasa.
Pengembangan pendidikan pada anak di sekolah juga perlu dilandasi dengan pembelajaran karakter pada diri anak. Pembelajaran karakter di sekolah sangat penting dalam membentuk karakter dan moral anak, tetapi juga untuk membekali mereka dengan prinsip-prinsip moral yang akan mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi ketika pendidikan karakter itu gagal diserap dan diberikan pada anak di sekolah dapat berdampak serius terhadap lingkungan belajar, perkembangan sosial, dan perkembangan pribadi anak itu sendiri. Kegagalan ini terjadi ketika anak tidak memahami, mengabaikan, atau sengaja melanggar nilai-nilai etika yang diajarkan, seperti kejujuran, tanggung jawab, rasa hormat, dan disiplin
Perseteruan Seorang Murid Membacok Gurunya di Demak
Peristiwa realita yang terjadi di Demak, seorang murid membacok gurunya di dalam kelas. Insiden ini berawal ketika pelaku dengan inisial AR datang ke kelas ketika kondisi sang guru bernama Ali Fatkurrohman sedang membagikan kertas ujian tengah semester sekitar pukul 10.00 WIB. Pelaku masuk dengan mengucapkan salam dan lalu dilanjutkan dengan membacok gurunya sebanyak tiga kali.
Polisi mengungkapkan motif dari siswa ini membacok gurunya di Demak menurut Kapolres mengatakan bahwa insiden motif pelaku didasari dengan ketidakpuasan terhadap hasil Penilaian Tengah Semester (PTS) yang kurang memuaskan. Hal ini sangat dipengaruhi kurangnya pendidikan etika pada sang anak.
Penulis menganalisa bahwa tindakan murid tersebut tentu tidak bisa dibenarkan. Namun, penting untuk memahami akar masalah yang menyebabkan peristiwa ini terjadi. Beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi perilaku kekerasan siswa terhadap guru antara lain:
1. Kondisi Psikologis Siswa
Siswa yang melakukan kekerasan mungkin mengalami tekanan emosional, baik dari rumah maupun lingkungan sekolah. Masalah keluarga, kurangnya dukungan sosial, atau masalah kesehatan mental dapat memicu perilaku agresif.
2. Kehilangan Otoritas Guru
Di beberapa daerah, otoritas guru mulai memudar. Ini bisa jadi karena hilangnya rasa hormat atau ketakutan siswa terhadap guru akibat perubahan nilai-nilai sosial. Teknologi dan media sosial juga dapat mempengaruhi cara siswa memandang otoritas di sekolah.
3. Kurangnya Pendidikan Karakter
Pendidikan yang hanya fokus pada aspek akademis tanpa memperhatikan pendidikan karakter dan moral dapat menciptakan individu yang tidak mampu mengelola emosi atau menghargai orang lain. Pendidikan karakter sangat penting untuk membentuk perilaku siswa.
Penulis juga menganalisa dampak dari kasus ini sangat luas, tidak hanya bagi individu yang terlibat, tetapi juga bagi masyarakat dan sistem pendidikan secara keseluruhan. Masyarakat cenderung melihat dari peristiwa ini sebagai kegagalan sistem pendidikan. Dimana menimbulkan kekhawatiran tentang keamanan lingkungan sekolah dan bagaimana guru melindungi diri mereka, selain itu juga menciptakan stigma negatif bagi sekolah dan guru.
Melihat dari sudut pandang hukum, tindakan murid yang melakukan pembacokan dapat dikategorikan sebagai tindak pidana. Berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, siswa yang melakukan kekerasan dapat diproses secara hukum. Akan tetapi peristiwa ini pelaku masih dibawah umur, dimana penanganan nya harus mempertimbangkan aspek rehabilitas dan pendidikan.
Solusi dan Pencegahan
Dalam menangani kasus tersebut dapat dilakukan beberapa langkah untuk mencegah terjadinya dimasa yang akan datang, penulis mengungkapkan sebagai berikut:
1. Penguatan Pendidikan Karakter
Untuk mencegah kasus serupa Sekolah perlu lebih menekankan pentingnya pendidikan karakter dan moral. Ini bisa dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler, pelatihan emosi, dan program-program yang meningkatkan empati siswa terhadap orang lain.
2. Peran Orang tua
Orang tua memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak. Komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat membantu mengidentifikasi masalah sebelum berkembang menjadi kekerasan
3. Peningkatan kesejahteraan guru
Guru perlu mendapatkan dukungan emosional dan profesional dari sekolah maupun pemerintah. Program pelatihan manajemen konflik dan psikologis bagi guru dapat membantu mereka menghadapi situasi yang sulit di kelas.
Harapan
Penulis mengharapkan semoga pendidikan di Indonesia semakin tertata dengan sistem pembelajarannya. Dengan sistem yang tertata menjadikan siswa-siswi menyukai dengan pembelajaran yang ada di sekolahan.
Harapannya yang diinginkan juga Pendidikan Karakter selalu ada di tiap sekolahan menjadikan sebuah mata pelajaran yang selalu ada dan diberikan kepada siswa-siswi. Peran orang tua selalu mendampingi anak ketika proses pembelajaran adalah harapan paling utama, karena adanya orang tua ketika anak pulang dari sekolah masih ada peran orang tua memantau perkembangan anak dan proses pembelajarannya. Harapan lainnya adalah adanya sistem keamanan yang memadai di tiap sekolahan, seperti adanya satpam yang selalu mengecek barang bawaan siswa, CCTV yang selalu memantau lingkungan sekolahan.
Kasus murid yang membacok gurunya di Demak adalah cerminan dari masalah yang kompleks di dunia pendidikan kita. Meskipun tindakan murid tidak dapat dibenarkan, penting untuk melihat peristiwa ini dari berbagai sudut pandang agar solusi yang komprehensif dapat ditemukan. Pendidikan karakter, dukungan terhadap guru, serta peran aktif orang tua dan masyarakat adalah kunci untuk mencegah kekerasan serupa terjadi di masa depan.
Biodata Penulis:
Nahdhiyyah Arifiyani lahir pada tanggal 5 Mei 2005 di Pekalongan. Saat ini merupakan mahasiswa aktif, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.