Pengalaman 5 Tahun Menggunakan Behel: Perjalanan Seorang Wanita dalam Mencapai Senyum Impiannya

Perjalanan 5 tahun memakai behel mengajarkanku untuk menerima diri sendiri, belajar untuk berproses karena hidup ini akan selalu berproses dengan ...

Apa yang kalian pikirkan saat dengar kata “behel”? Rasa sakit, malu atau justru fashion? Mungkin sebagian sobat berpikir gitu, benar kok guys, tapi behel bukan hanya tentang itu. Behel juga mengajarkan arti hidup ceunah, dari behel bisa sampai arti hidup ya guys. Terdengar berlebihan tapi menurutku apapun perjuangan sobat pasti memiliki arti hidup masing-masing. So, aku akan sedikit sharing pengalamanku pribadi selama memakai behel gigi, mungkin ini sedikit membantu untuk sobat yang masih ragu tentang behel ya. Enjoy!

Pasti teman-teman sudah tahu apa itu behel, yap behel merupakan salah satu alat yang membantu merapikan gigi yang kurang rapi. Setiap manusia pasti memiliki tujuan masing-masing, sama halnya dengan perbehelan ini. Ada yang menggunakan behel agar terlihat lebih percaya diri, ada juga yang memakai behel untuk fashion, dan ada juga yang memakai untuk melanjutkan sekolah yang mengharuskan memiliki gigi yang rapi. Karena senyum yang sempurna adalah impian banyak orang.

Awal Memakai Behel

Saat aku duduk di bangku kelas 2 SMP atau pada awal tahun 2020, sebelum pandemi Covid-19 melanda. Aku mengambil keputusan besar yang bisa mengubah kehidupanku. Awalnya, aku merasa enjoy dengan kondisi gigiku yang kurang rapi, karena aku punya gigi gingsul yang terlihat lucu, tapi gigi kelinciku yang berjauhan sering membuatku merasa kurang percaya diri. Di sisi lain, dulu waktu SMP aku juga bercita-cita menjadi seorang casis, hal itulah yang menjadi doronganku untuk memakai behel.

Pengalaman 5 Tahun Menggunakan Behel

Walaupun sekarang takdir membawaku ke jalan yang lain (curhat dikit ceunah). Oke balik ke topik, akhirnya setelah mempertimbangkan matang-matang, mendengarkan saran dari orang tua dan orang terdekat yang memberiku masukan untuk mulai memakai behel lebih awal karena saat itu aku selalu menunda-nunda memakai behel, setelah pikir panjang akhirnya aku memutuskan untuk memakai behel.

Biaya Memakai Behel

Aku memutuskan untuk memakai behel di klinik dokter gigi dekat rumah. Menghabiskan biaya sekitar Rp 5.000.000,00 untuk pemasangan behel gigi bagian atas dan bawah. Selama memakai behel hingga sekarang, aku selalu melakukan kontrol rutin tiap 3 bulan sekali. Setiap kontrol juga mengeluarkan biaya, akan tetapi ini tidak semahal saat awal pemakaian behel. Jadi tiap biaya yang teman-teman keluarkan tergantung seberapa besar permasalahan behel.

Jika behel di salah satu gigi ada yang hilang dan tidak disimpan dan harus mengganti yang baru maka kemungkinan menghabiskan biaya sekitar lebih dari Rp 50.000,00. Namun, jika tidak ada permasalahan dan hanya mengeratkan behel atau mengganti karet behel akan menghabiskan biaya kurang dari Rp 50.000,00. So, akan lebih aman kalau behel yang terlepas langsung disimpan ya sobat dan diberikan ke dokter saat waktunya kontrol.

Kehidupan Setelah Memakai Behel

Hari pertama setelah pemasangan behel merupakan hari yang paling membekas. Saat sarapan pagi, yang biasanya terasa normal, mendadak jadi sebuah perjuangan ceunah. Karena, mengunyah sebutir nasi saja terasa sangat sulit, setiap kali gigi bergerak, semuanya terasa goyah dan menimbulkan rasa linu. Hal ini dirasakan nggak hanya saat makan saja tapi juga saat gosok gigi.

Gosok gigi ada yang menggunakan sikat gigi khusus untuk behel, akan tetapi aku memakai sikat gigi pada umumnya. Karena dokter gigiku juga tidak mengharuskan untuk memakai sikat gigi khusus selagi kita menggosok gigi dengan lembut dan teratur. Jadi kembali ke diri masing-masing dan dari dokter gigi yang sobat kunjungi.

Hari-hari berikutnya aku cuma bisa memenuhi energiku dengan minum energen dan makan bubur. Saat di sekolah pun, aku hanya membeli roti, atau biskuit. Nggak heran kalau berat badanku saat itu turun drastis, aku pikir mungkin ini salah satu bonus dari pakai behel, ya guys? Plus, walaupun berat badan turun tapi dompet enggak ikut turun kok, karena jajan pasti berkurang jadi lebih hemat deh.

Setelah kurang lebih tiga bulan aku merasakan linu di gigi, tapi apapun rasa sakit pasti ada obatnya kan sobat? Jadi, selama aku control 3 bulan sekali selalu diberi obat anti nyeri. Tiap gigi terasa linu dan minum obat maka rasa nyeri itu akan mereda. Pemberian obat ini hanya berlangsung selama nyeri itu masih timbul. Jadi tergantung rasa nyeri yang sobat rasain yang biasanya terasa saat awal pemakaian saja.

Di balik rasa sakit itu, hasil dari perawatan gigi mulai terlihat. Dalam beberapa bulan, gigiku mulai berubah menjadi lebih rapi. Gigi yang sebelumnya saling berjauhan kini semakin berdekatan, dan gigi gingsulku juga perlahan-lahan mulai turun. Semua pencapaian ini tentu tidak lepas dari pengawasan dokter gigi.

Proses Adaptasi

Memakai behel juga tidak luput dengan proses beradaptasi. Pada awal memakai behel, rasanya kurang nyaman, seperti ada yang mengganjal di mulut. Saat menutup mulut pun, terkadang bibir bisa tersangkut di behel, dan saat makan, makanan sering kali menyangkut di behel. Semua itu sempat membuatku merasa malu dan ribet, terutama saat makan di tempat umum.

Ditambah lagi, membersihkannya juga ribet karena harus menunggu situasi yang tepat karena pasti malu jika dilihat orang lain dan kadang juga tidak sadar saat tersenyum ternyata ada makanan yang menyangkut di behel. Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai beradaptasi. Sekarang, aku sudah bisa bersahabat dengan semua itu dan membiasakan diri untuk berkumur setelah makan.

Sering kali behelku terlepas karena aku bandel dengan melanggar pantangan makanan yang seharusnya dihindari saat menggunakan behel, seperti makanan keras, permen, cokelat, dan lainnya. Apalagi, ketika behelku terlepas sebelum waktunya kontrol. Seperti setelah makan, behelku sering kali bergeser atau tidak menempel dengan baik di gigi, apalagi kalau yang terlepas behel kunci atau behel paling ujung, jika terlepas maka kawatnya kadang dapat menusuk gusi.

Aku berusaha untuk menahannya dan beradaptasi dengan situasi tersebut hingga waktu kontrol tiba walaupun mungkin saat itu juga bisa langsung konsultasi. Namun, aku memilih untuk menunggu waktu kontrol karena satu dan lain hal, meskipun kadang aku juga terlambat karena jadwal kontrol yang saat itu tidak pas dengan aktivitasku.

Setelah Bertahun-tahun Memakai Behel

Tidak terasa memasuki tahun kelima aku menggunakan behel. Gigiku memang mulai terlihat rapi, namun belum sepenuhnya maksimal. Karena gigiku yang atas sedikit lebih maju, dan dokter gigi menyarankanku untuk pencabutan satu gigi atas agar gigi bagian atas tidak terlalu maju, dan hal ini sering kali membuatku merasa kurang percaya diri saat senyum.

Selain itu, ada daging kecil yang tumbuh di tengah-tengah gigi kelinciku, yang membuat gigi tengah menjadi saling berjauhan. Dokter gigi juga menyarankanku untuk membersihkan daging tersebut, karena meskipun gigiku sudah rapat, daging itu bisa membuatnya renggang kembali. Namun, semua hal tersebut masih menjadi pertimbanganku. 

Karena, pasti akan merasakan linu itu lagi, selain itu juga kesulitan makan, dan berat badan ikut turun. Walaupun hal tersebut dirasakan saat awalnya saja, tapi masih menjadi pertimbangan karena sekarang aku lagi menikmati hidup dengan salah satunya berkuliner mencoba makanan-makanan enak yang belum pernah kucoba.

Perjalanan 5 tahun memakai behel ini juga mengajarkanku untuk menerima diri sendiri, belajar untuk berproses karena hidup ini akan selalu berproses dengan perjuangan, rasa sabar, dan rasa syukur pada tiap pengorbanan yang sudah dilewati. Awalnya aku sering merasa kurang percaya diri, tapi lama-lama aku paham kalau rasa percaya diri itu tidak cuma soal tampilan luar aja. 

Behel dan Arti Hidup

Ada momen aku ingin menyerah saat merasakan sakit yang tidak tertahankan, namun setiap rasa itu datang aku selalu meyakinkan diriku bahwa ini adalah bagian dari proses yang besar. Melihat gigiku yang sekarang sudah jauh lebih baik, membuatku sadar bahwa hasil bukanlah satu-satunya yang penting. Semua proses ini mengajarkanku untuk lebih sabar, percaya diri, bersyukur, dan menikmati setiap proses yang ada.

Behel mengajarkan bahwa segala sesuatu dalam hidup butuh proses yang tidak mudah. Sama seperti halnya gigi yang kurang rapi, hidup juga bisa terasa kacau. Namun, ketika kita bertahan dengan rasa sakit itu dan melewati setiap proses yang ada. Maka, proses yang sulit itu pada akhirnya akan memberikan kebahagiaan yang lebih bermakna daripada sekadar hasil akhirnya. Jadi, apapun proses yang sedang kita lalui, ingatlah bahwa setiap perjuangan akan membawa kita lebih dekat pada kebahagiaan yang sejati.

Sovi Ajira Vironika

Biodata Penulis:

Sovi Ajira Vironika, lahir pada tanggal 13 Desember 2006, saat ini aktif sebagai mahasiswa di universitas Poltekkes Kemenkes Surakarta.

© Sepenuhnya. All rights reserved.