Di sekolah, sering kali kita berpikir kalau nilai itu segalanya. Rasanya seluruh fokus kita tertuju untuk mengejar angka-angka di raport, seolah-olah nilai adalah satu-satunya bukti pencapaian kita sebagai siswa. Tapi, coba kita pikir lagi deh, apakah nilai tinggi benar-benar jadi jaminan kita akan sukses di dunia nyata? Atau sebenarnya yang kita perlukan bukan sekedar angka, tapi skill yang siap pakai?
Nilai Tinggi: Prestasi atau Sekadar Formalitas?
Tidak bisa dipungkiri, nilai tinggi memang terkesan “wah”, dan pastinya membuat orang tua bangga. Tapi, pertanyaannya, apakah nilai tinggi itu benar-benar mencerminkan kemampuan kita? Faktanya, banyak siswa yang berhasil dalam ujian teori tetapi ketika dihadapkan pada situasi nyata, mereka merasa bingung atau kurang menguasai.
Contoh simpelnya, jika kita cuma fokus sama hafalan, bagaimana kita bisa menghadapi tantangan di tempat kerja nantinya? Apakah hafalan saja bisa menjadi bekal kita untuk berpikir kritis, menghadapi masalah, atau beradaptasi dengan situasi baru? Jawabannya: belum tentu. Jadi, meskipun nilai itu penting, kita juga harus sadar bahwa nilai tinggi saja tidak cukup untuk menghadapi dunia yang penuh persaingan ini.
Keterampilan: Bekal yang Realistis
Di sisi lain, keterampilan atau skill lebih terasa manfaatnya di kehidupan nyata. Misalnya, skill berkomunikasi, berpikir kritis, kolaborasi, dan kemampuan beradaptasi. Coba bayangkan, di era digital sekarang ini, perusahaan-perusahaan lebih mencari individu yang fleksibel, kreatif, dan mampu bekerja sama dalam tim, selain memiliki pemahaman teori yang baik.
Selain itu, seiring dengan perkembangan teknologi, keterampilan menjadi sangat penting. Kemampuan untuk mempelajari hal-hal baru dan beradaptasi lebih penting dari sekedar nilai di raport. Bayangkan, teknologi di bidang pekerjaan terus berkembang dan mau tidak mau kita harus melatih skill baru, supaya kita tidak tertinggal.
Nilai dan Keterampilan: Haruskah Dikombinasikan?
Sebenarnya, bukan berarti kita harus mengabaikan nilai dan hanya fokus pada keterampilan. Idealnya, kita bisa menggabungkan keduanya. Misalnya, dengan cara menerapkan teori yang kita pelajari dalam bentuk praktik nyata. Jadi, saat kita belajar teori, kita juga tahu cara menerapkannya di dunia kerja nanti.
Beberapa sekolah sudah mulai menerapkan model pembelajaran yang lebih ke praktik langsung. Di kampus atau sekolah yang memiliki program magang, mahasiswa dapat belajar teori dan praktek di lapangan. Contoh lainnya, program kerja kelompok berdasarkan pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) juga membantu kita melatih kolaborasi dan berpikir kritis.
Jadi, Mana yang Lebih Penting?
Jawabannya mungkin tidak sesederhana hitam dan putih. Nilai tetap penting karena mencerminkan prestasi akademis kita, namun skill juga dibutuhkan untuk bertahan hidup di dunia nyata. Kombinasi nilai dan keterampilan adalah solusi ideal untuk masa depan.
Jadi, jangan cepat berpuas dengan nilai tinggi di kelas, tetapi juga carilah pengalaman guna meningkatkan skill yang akan bermanfaat di masa yang akan datang. Seperti bergabung organisasi, magang, atau berpartisipasi proyek dalam komunitas dapat menjadi cara untuk menyeimbangkan antara nilai akademis dan keterampilan praktis. Dengan begitu, kita tidak hanya siap di atas kertas, namun juga siap menghadapi tantangan di dunia nyata.
Biodata Penulis:
Dwi Siska, lahir di Pekalongan, saat ini ia aktif sebagai mahasiswa semester 3 di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.