Marga Tomasoa adalah salah satu nama keluarga besar yang berasal dari wilayah Maluku atau yang sering dikenal dengan provinsi Ambon, terletak di bagian timur wilayah Indonesia. Tomasoa juga memiliki arti dan sejarah yang tidak banyak orang ketahui, begitu juga dengan cerita tentang Ketujuh Negeri di Ambon sejarah dan hubungannya juga jarang diketahui oleh orang.
Dalam artikel ini memuat 5 hal yang menarik dari asal-usul Marga Tomasoa dan Ketujuh Negeri di Ambon, yang pertama yaitu asal-usul dari mana Marga Tomasoa ini berasal, yang kedua yaitu bagaimana cara mendapatkan marga Tomasoa bagi yang tidak memiliki marga, yang ketiga yaitu bagaimana cara mempertahankan marga Tomasoa dalam keluarga agar tetap hidup di keturunan berikutnya, yang keempat yaitu apa yang dimaksud dengan Ketujuh Negeri di Ambon, dan yang kelima yaitu apa hubungan Ketujuh Negeri itu dengan sistem Pelagandong.
Dahulu diceritakan ada seorang kakak dan adik yang akan menyeberang lautan dengan tujuan Nusalaut. Dimana dalam perjalanan mereka ini sang adik tak kuat menyeberang lautan hingga akhirnya sang adik memilih untuk singgah di kampung Itawaka, dan sang kakak tetap melanjutkan perjalanan hingga dapat tiba di Nusalaut. "Toma" sendiri memiliki arti yaitu melawan arus laut dan "soa" memiliki arti panglima perang kampung Nusalaut. Jadi, Tomasoa berasal dari Nusalaut dan arti dari "TOMASOA" adalah Panglima Perang Kampung Nusalaut yang melawan Arus Laut.
Marga Tomasoa yang ada di Nusalaut sekarang tinggal Tomasoa adik, karena untuk Tomasoa kakak sudah keluar dari Nusalaut untuk pergi merantau ke kota Ambon dan beranak cucu di sana. Menurut cerita, Tomasoa kakak sudah keluar dari Nusalaut dan di sana yang mengambil alih untuk adat istiadat yaitu Tomasoa adik.
Bagi seorang Laki-laki yang sudah memiliki marga dan menikah dengan seorang wanita tanpa marga berarti sang wanita tersebut mendapatkan marga karena jika sudah menikah sang istri mengikuti nama suami, otomatis itu memberikan hak kepada sang istri untuk menerima marga tersebut. Namun berbeda halnya dengan wanita yang memiliki marga menikah dengan laki-laki tanpa marga berarti marga tersebut mati, karena yang dapat melanjutkan marga hanya anak laki-laki saja.
Marga adalah suatu nama keluarga besar yang harus kita pertahankan di keturunan berikutnya. Di keluarga Tomasoa sendiri jika anak laki-laki mereka menikah dan memiliki anak perempuan berarti marga tersebut akan mati, karena kunci untuk marga tersebut bisa tetap hidup di keturunan berikutnya adalah dengan memiliki anak laki-laki. Jika dalam suatu keluarga hanya mendapat anak perempuan dan mereka berencana mengadopsi anak laki-laki untuk mempertahankan marga Tomasoa berarti anak laki-laki yang akan diangkat menjadi penerus marga Tomasoa akan menjadi Tomasoa Arken. Namun jika seorang laki-laki dengan marga Tomasoa menikah dan memiliki anak kandung laki-laki dan perempuan, maka si anak laki-laki ini akan menjadi keturunan Tomasoa Asli.
Maluku juga terkenal dengan cerita Panaspela. Panaspela ini berhubungan dengan ikatan sosial atau hubungan persahabatan antar komunitas atau desa dalam sistem pela. Setiap pela memiliki pasangan atau "gandong" yang menjalin hubungan erat dengan mereka. Berikut adalah beberapa contoh pela dan pasangannya dari berbagai wilayah di Maluku:
1. Pela Gandong
- Pela Gurabesi (Pela antara desa-desa di Maluku Tengah)
- Pela Kairatu (Pela antara desa-desa di Seram)
- Pela Moluccas (Pela antara desa-desa di Maluku Utara)
- Pela Aifat (Pela antara desa-desa di Kepulauan Aifat)
- Pela Kesultanan Ternate (Pela antara desa-desa di sekitar Kesultanan Ternate)
- Pela Ambon (Pela antara desa-desa di sekitar Ambon)
- Pela Nusalaut (Pela antara desa-desa di Nusalaut)
2. Pasangan Pela
- Pela Gurabesi dengan Pela Hatu
- Pela Kairatu dengan Pela Wailai
- Pela Moluccas dengan Pela Bacan
- Pela Aifat dengan Pela Sero
- Pela Kesultanan Ternate dengan Pela Tidore
- Pela Ambon dengan Pela Kie
- Pela Nusalaut dengan Pela Seram
Sistem pela ini membentuk jaringan sosial yang penting dalam masyarakat Maluku, membantu menjaga hubungan antar komunitas dan memperkuat solidaritas sosial. Dalam praktik kehidupannya, setiap pela memiliki hubungan yang unik dan spesifik dengan pasangannya, yang sering kali melibatkan tradisi dan ritual adat. Dengan adanya sistem Pelagandong terdapat 7 Negeri yang memiliki hubungan erat satu sama lain di wilayah Maluku, Indonesia. Ketujuh Negeri itu antara lain:
- Negeri Hitu - Terletak di bagian barat Ambon, Negeri Hitu memiliki sejarah panjang dan tradisi adat yang kuat.
- Negeri Hitu Lama - Merupakan bagian dari wilayah Hitu, dengan adat dan budaya yang juga memainkan peran penting dalam sistem pela.
- Negeri Hila - Terletak di bagian timur Ambon, Negeri Hila dikenal dengan tradisi adatnya yang kaya.
- Negeri Salahutu - Berlokasi di bagian utara Ambon, Negeri Salahutu juga memiliki hubungan erat dengan negeri-negeri lain melalui sistem pela.
- Negeri Leihitu - Terletak di bagian barat laut Ambon, Negeri Leihitu adalah salah satu dari tujuh negeri yang memiliki tradisi adat yang khas.
- Negeri Sirimau - Berada di bagian barat Ambon, Negeri Sirimau adalah bagian dari jaringan sosial dan budaya yang membentuk Tujuh Negeri di Ambon.
- Negeri Soya - Terletak di bagian selatan Ambon, Negeri Soya juga terlibat dalam hubungan adat dan sosial yang membentuk sistem pela di wilayah tersebut.
Keberadaan Tujuh Negeri ini menunjukkan pentingnya hubungan adat dan sosial di Ambon, masing-masing negeri berperan dalam membentuk struktur sosial dan budaya yang harmonis. Melalui sistem pela-gandong, mereka saling mendukung dan menjaga keharmonisan di dalam komunitas.
Biodata Penulis:
Grace Aurilia Tomasoa, lahir pada tanggal 12 Mei 2006 di Ambon, saat ini aktif sebagai mahasiswa semester 1 Poltekkes Kemenkes Surakarta, jurusan D4 Keperawatan.