Persoalan lingkungan yang menjadi isu besar hampir seluruh wilayah pedesaan adalah persoalan sampah. Sejumlah upaya telah dilakukan oleh kepala desa beserta stafnya untuk mengatasi sampah yang berserakan di Pekalongan saat ini sudah ada kemajuan karena sebagian masyarakat Pekalongan sudah mulai untuk mendaur ulang sampah tersebut. Indonesia setidaknya butuh tempat penampungan sampah sekitar 122 buah setiap tahun untuk menampung sampah yang tidak terangkut. Kondisi ini disebabkan langsung oleh volume sampah di Indonesia yang menyentuh angka hampir 1 (satu) juta meter kubik setiap harinya. Dari segudang masalah sampah ini, upaya penyelesaian baru mencapai 42 persen yang di antaranya telah diangkut dan diolah dengan baik. Untuk membangun kesadaran sedekah sampah sebagai model pemberdayaan masyarakat di perkotaan dan di perdesaan diperlukan kebijakan yang tepat agar sampah tidak menjadi bom waktu di masa mendatang.
Kota Pekalongan, yang dikenal dengan seni batiknya yang kaya dan pesona budayanya, kini dihadapkan pada tantangan serius masalah pengelolaan sampah. Dengan meningkatnya populasi dan aktivitas industri, sampah menjadi salah satu isu lingkungan yang mendesak. Membangun kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah adalah langkah yang harus diambil oleh seluruh masyarakat Pekalongan.
Kesadaran akan sampah bukan hanya sekadar pengetahuan, tetapi juga perubahan sikap dan perilaku. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan berbagai masalah, seperti pencemaran lingkungan, kesehatan masyarakat, dan penurunan kualitas hidup. Masyarakat Pekalongan perlu menyadari bahwa setiap individu memiliki peran dalam mengurangi dampak negatif dari sampah.
Pekalongan, sebagai kota yang dikenal dangan warisan budaya dan industri kreatif, menghadapi tantangan serius terkait pengelolaan sampah. Pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang pesat telah meningkatkan volume sampah yang dihasilkan, sementara kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah masih rendah.
Banyak warga Pekalongan yang belum memahami pentingnya memilah dan mengelola sampah dengan baik. Hal ini mengakibatkan sampah sering dibuang sembarangan dan sulit dikelola. Meskipun ada sistem pengumpulan sampah, fasilitas dan teknologi yang ada sering kali tidak cukup untuk mengatasi volume sampah yang terus meningkat.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari tanah, air, dan udara. Hal ini berpotensi menyebabkan masalah kesehatan bagi masyarakat dan merusak ekosistem lokal, penggunaan plastik sekali pakai yang tinggi tanpa adanya upaya pengurangan dan daur ulang menyebabkan penumpukan sampah plastik yang sulit terus.
Solusi yang dapat dipertimbangkan yaitu untuk mengatasi masalah kesadaran sampah di Pekalongan, langkah pertama yang krusial adalah melakukan edukasi masyarakat secara intensif. Melalui program penyuluhan di sekolah-sekolah dan komunitas, warga dapat memahami pentingnya pengelolaan sampah yang baik serta dampak negatif dari sampah yang tidak terkelola. Kampanye kesadaran, baik melalui media sosial maupun kegiatan publik, juga dapat meningkatkan pemahaman dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Selain itu, pengembangan infrastruktur pengelolaan sampah sangat penting. Penyediaan tempat sampah terpisah untuk organik, non-organik, dan daur ulang di area publik akan memudahkan masyarakat dalam memilah sampah. Dukungan terhadap fasilitas daur ulang yang mudah diakses akan mendorong masyarakat untuk berkontribusi dalam daur ulang. Dengan adanya regulasi yang mendukung pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, Pekalongan bisa mengurangi volume sampah yang dihasilkan dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat untuk semua.
Harapan saya semoga warga segera disadarkan bahwa pentingnya menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Untuk lingkungan kita ke depannya semoga semakin bersih dan terhindar dari pencemaran lingkungan, lebih baik mencegah dari pada membersihkan.
Biodata Penulis:
Elisa Ikmah, lahir pada tanggal 19 Januari 2005 di Pekalongan, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri Abdurrahman Wahid Pekalongan.