Grebeg Suro, perayaan budaya tahunan yang ikonik di Ponorogo, tak hanya melestarikan tradisi Reog tetapi juga menawarkan berbagai manfaat ekonomi dan sosial, khususnya bagi para pemeran Jathil. Sebagai salah satu elemen penting dalam pertunjukan Reog, Jathil berperan sebagai penunggang kuda yang memimpin barisan tarian dalam setiap pertunjukan. Pada Grebeg Suro, peran ini lebih dari sekadar hiburan, karena memberi banyak keuntungan bagi para penari dalam berbagai aspek kehidupan.
1. Manfaat Ekonomi Langsung
Perayaan Grebeg Suro tidak hanya menarik pengunjung dari dalam negeri tetapi juga dari mancanegara, menjadikannya peluang ekonomi bagi para pemeran Jathil. Para penari ini sering kali mendapatkan bayaran dari pemerintah daerah sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi mereka terhadap pelestarian budaya. Selain itu, dengan tingginya profil acara Grebeg Suro, para penari Jathil yang tampil dalam acara ini mendapatkan eksposur yang luas, membuka kesempatan untuk tampil di acara-acara budaya lainnya di seluruh Indonesia.
Lebih lanjut, para pemeran Jathil juga dapat mendapatkan sponsor pribadi atau dukungan dari berbagai perusahaan yang ingin mempromosikan produk mereka melalui acara-acara budaya. Dalam beberapa kasus, merchandise yang terkait dengan seni Reog, seperti pakaian, miniatur Reog, atau aksesori yang dikenakan oleh Jathil, juga menjadi sumber pendapatan tambahan bagi para penari. Sebagai bagian dari pariwisata budaya, mereka juga bisa mendapatkan keuntungan dari sektor ekonomi kreatif, seperti menjadi pemandu lokal atau bahkan membuka pelatihan seni Reog.
2. Penguatan Sektor Pariwisata dan UMKM
Pemeran Jathil, bersama dengan pelaku seni lain di Grebeg Suro, berperan penting dalam mendukung sektor pariwisata Ponorogo. Acara seperti Grebeg Suro mendorong wisatawan untuk datang dan menginap, menguntungkan hotel, restoran, dan usaha kecil menengah (UMKM) di daerah tersebut. Bahkan, UMKM lokal yang menjual produk khas Ponorogo seperti batik, kerajinan tangan, dan makanan tradisional mendapatkan momentum selama acara Grebeg Suro.
Selain itu, keterlibatan dalam acara besar seperti ini juga dapat meningkatkan kemampuan pemasaran bagi para penari dan pelaku UMKM. Dalam era digital, dokumentasi penampilan mereka sering kali viral di media sosial, yang pada gilirannya meningkatkan permintaan dan apresiasi masyarakat terhadap seni Reog Ponorogo dan produk-produk lokal.
3. Manfaat Sosial dan Pengakuan Komunitas
Di luar aspek ekonomi, menjadi pemeran Jathil dalam Grebeg Suro juga memberikan manfaat sosial yang signifikan. Para penari mendapatkan pengakuan di dalam komunitas mereka sebagai individu yang berkontribusi pada pelestarian budaya lokal. Jathil bukan hanya seorang penari, tetapi juga dianggap sebagai penjaga identitas Ponorogo yang diturunkan dari generasi ke generasi. Dengan terlibat dalam Grebeg Suro, mereka secara langsung terlibat dalam melanjutkan warisan budaya ini.
Lebih jauh, peran Jathil memperluas jaringan sosial para penari, memungkinkan mereka untuk bertemu dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, baik dari Indonesia maupun mancanegara. Pada Grebeg Suro, yang semakin berfokus pada peningkatan reputasi Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO, para penari Jathil akan berinteraksi dengan seniman, turis, dan tokoh budaya dari berbagai negara. Ini membuka kesempatan untuk berbagi pengalaman, bertukar pengetahuan antarbudaya, dan bahkan menjalin kolaborasi seni di masa depan.
4. Peningkatan Kapasitas Diri dan Pengembangan Karakter
Menjadi Jathil di Grebeg Suro juga memberikan kesempatan bagi individu untuk mengembangkan keterampilan dan karakter pribadi. Penari Jathil tidak hanya membutuhkan kemampuan fisik yang prima untuk menampilkan tarian, tetapi juga disiplin, kerja keras, dan komitmen yang tinggi. Pelatihan untuk menjadi Jathil mengajarkan pentingnya kesabaran, ketekunan, dan rasa tanggung jawab yang kuat—kualitas yang sangat penting baik dalam seni pertunjukan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, menjadi bagian dari Grebeg Suro memberikan rasa percaya diri yang lebih besar kepada para pemeran Jathil. Mereka dilatih untuk tampil di depan ribuan penonton, baik lokal maupun internasional, yang menumbuhkan kemampuan komunikasi dan keterampilan sosial yang diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan mereka. Kemampuan ini juga berfungsi sebagai modal sosial bagi mereka untuk terlibat dalam kegiatan seni lain atau peran kepemimpinan di komunitas.
5. Peran dalam Pelestarian Budaya dan Edukasi Generasi Muda
Sebagai pemeran Jathil, mereka juga memainkan peran vital dalam mengedukasi generasi muda tentang pentingnya melestarikan budaya. Keberadaan Jathil di Grebeg Suro memberikan inspirasi bagi anak-anak dan remaja Ponorogo untuk lebih mengenal dan mencintai seni tradisional daerahnya. Mereka dapat berpartisipasi dalam pelatihan Reog, mengikuti jejak para penari senior, dan menjadi generasi penerus yang menjaga agar warisan ini tetap hidup.
Dengan berkembangnya teknologi dan budaya global, keberadaan pemeran Jathil di Grebeg Suro semakin penting untuk memastikan bahwa seni dan tradisi lokal tidak terkikis oleh modernisasi. Mereka menjadi simbol ketahanan budaya Ponorogo, memastikan bahwa nilai-nilai lokal terus dipertahankan dan diwariskan.
Grebeg Suro bukan hanya ajang seni dan budaya semata, tetapi juga sebuah platform yang memberikan berbagai manfaat ekonomi dan sosial bagi para pemeran Jathil. Dari manfaat ekonomi langsung melalui honorarium dan peluang bisnis, hingga manfaat sosial berupa pengakuan dan penghargaan dari komunitas, para penari Jathil memperoleh berbagai keuntungan yang memperkaya hidup mereka. Selain itu, peran mereka dalam melestarikan warisan budaya Ponorogo memberikan dampak jangka panjang bagi kelangsungan seni Reog dan identitas budaya daerah tersebut.
Biodata Penulis:
Nabila Amanda Pramestary, lahir pada tanggal 24 September 2005, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta, jurusan Keperawatan.