Langkah Pertama di Sekolah Baru, Langsung Bertemu Perundungan

Pindah sekolah tidak seharusnya menjadi penyebab pembullyan.

Pindah sekolah adalah keputusan penting yang dapat mempengaruhi masa depan pendidikan seorang anak. Alasan untuk pindah sekolah bisa bervariasi, seperti mencari lingkungan yang lebih sesuai, kebutuhan pendidikan yang berbeda atau bahkan relokasi keluarga. Pindah sekolah kerap sekali dianggap sebagai awal baru yang penuh harapan dan peluang. Namun bagaimana jika pindah sekolah menjadi alasan dari pembullyan? Nyatanya banyak sekali kasus-kasus perundungan yang disebabkan beberapa faktor, di antaranya pindah sekolah.

Seperti kisah saya saat masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 3. Pada saat itu, saya pindah ke salah satu sekolah yang berada di kawasan Cikarang dikarenakan ayah saya yang berpindah kerja ke kawasan tersebut. Ketika saya dinyatakan lolos tes di sekolah tersebut, saya sangat merasa senang sekali. Karena untuk pertama kalinya saya bersekolah di sekolah islam terpadu. Saya sangat bersemangat untuk sekolah di hari pertama karena saya akan bertemu dengan teman-teman baru dan memiliki banyak teman. Namun nyatanya hal itu tidak sesuai dengan apa yang saya bayangkan. Saya dibully oleh teman-teman sekelas saya, tidak semua namun termasuk banyak sekitar 5-7 orang. Saya dibully tidak hanya dari bentuk verbal namun saya juga mendapatkan perundungan dari bentuk kekerasan fisik. Seperti dibenturkan kepala ke dinding, ditarik-tarik dan lain-lain.

Langkah Pertama di Sekolah Baru

Banyak teman-teman lain yang melihat saya dibully, namun mereka hanya diam melihat perbuatan kekerasan tersebut, entah tidak berani untuk menyelesaikan pembullyan tersebut atau mungkin memang ingin melihat pembullyan itu. Satu minggu pertama sekolah terasa begitu berat saya jalani. Hingga seminggu berlalu, pembullyan itu sudah selesai. Pembullyan yang saya alami cukup membuat saya trauma. Setelah kejadian pembullyan itu saya selalu merasa terasingkan, takut dan merasa tidak aman di lingkungan sekolah. Banyak dampak pembullyan yang saya alami, seperti menurunnya kepercayaan diri, penurunan motivasi belajar, kesulitan bersosialisasi dan lain-lain.

Menurut saya ada beberapa faktor yang menyebabkan pembullyan pada seseorang sebagai ‘anak baru’ dalam suatu sekolah, seperti siswa baru yang belum memiliki teman dekat sehingga lebih rentan menjadi target pembullyan. Lalu ada beberapa factor lainnya, di antaranya perbedaan latar belakang seperti asal daerah dan sosial ekonomi, siswa baru yang memiliki perbedaan penampilan dan cara bicara, kurangnya rasa percaya diri pada siswa baru dan lingkungan sekolah yang kurang tanggap terhadap pembullyan.

Pembullyan jelas sangat berdampak besar bagi psikologis seseorang. Rasa percaya diri yang hilang, penurunan prestasi akademik, depresi, gangguan cemas dan hal lainnya. Mirisnya saat ini masih banyak sekali kasus-kasus pembullyan di Indonesia dengan berbagai macam bentuk pembullyan seperti bentuk verbal, fisik, sosial, dan cyber. Bahkan tak jarang ditemukan pembullyan dapat menyebabkan seseorang mengakhiri hidupnya.

Pindah sekolah tidak seharusnya menjadi penyebab pembullyan. Dengan perbedaan latar belakang dan perbedaan penampilan juga cara bicara seharusnya siswa-siswa di sekolah tersebut dapat menghargai perbedaan-perbedaan yang ada. Tak hanya itu, siswa-siswa juga seharusnya lebih terbuka kepada ‘anak baru’ untuk lebih sering mengajak berkomunikasi, bermain, belajar bersama dan hal positif lainnya. Dengan begitu budaya bully kepada ‘anak baru’ bisa menghilang dan ‘anak baru’ dapat beradaptasi dengan baik di lingkungan sekolahnya.

Biodata Penulis:

Aprilia Alfa Gusasti Ciptaningtyas, lahir pada tanggal 3 April 2006 di Tangerang, saat ini aktif sebagai mahasiswa informatika.

© Sepenuhnya. All rights reserved.