Kue Srintil: Simbol Kelincahan dan Tradisi Khas Pekalongan

Kue srintil biasanya dibuat oleh para ibu di Pekalongan, Jawa Tengah, ketika anak mereka mulai bisa berjalan. Dalam tradisi lokal, srintil dibuat ...

Pekalongan adalah sebuah Kota di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, yang dikenal sebagai pusat industri batik. Terletak di pesisir utara pulau Jawa. Kota ini dikenal dua julukan utama yaitu “Kota Batık” karena kontribusinya yang signifikan dalam pengembangan seni batik, dan “kota santri” karena banyaknya Pondok Pesantren di Pekalongan yaitu total 108 ponpes dengan 12.477 santri dan 1.128 kyai pada akhir tahun 2022.

Selain dua julukan tersebut, Pekalongan juga terkenal dengan kulinernya. Kuliner Pekalongan mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi masyarakat setempat. Salah satu tradisi kuliner khas Pekalongan adalah tradisi kue srintil. Tradisi kue srintil adalah kue khas Pekalongan yang biasanya dibuat selamatan atau syukuran untuk anak yang sudah mulai bisa berjalan.

Kue Srintil
sumber: YouTube / Gendut Marjoko (GM MEDIA)

Asal usul kata “Srintil” berasal dari bahasa Jawa yaitu “Semrintil” yang berarti lincah. Nama ini dikaitkan dengan harapan bahwa anak yang memakan kue srintil dapat tumbuh menjadi lincah dan sehat.

Srintil terbuat dengan tepung srintil khusus yang dibuat dari singkong. Srintil hampir mirip dengan ongol-ongol yakni sama-sama memiliki tekstur kenyal, gurih, serta manis karena terdapat campuran gula merah.

Dalam makanan ini, perbedaan srintil dengan ongol-ongol terletak pada bentuknya. Srintil lebih cenderung memiliki bintik-bintik disebabkan oleh tepung yang menjadi bahan dasar pembuatan makanan satu ini. Resep kue ini umumnya diturunkan dari generasi ke generasi dengan variasi yang mungkin ada tergantung pada keluarga.

Kue srintil biasanya dibuat oleh para ibu di Pekalongan, Jawa Tengah, ketika anak mereka mulai bisa berjalan. Dalam tradisi lokal, srintil dibuat sebagai simbol kelincahan dan kelancaran. Oleh karena itu, pembuatan srintil sering kali dilakukan bersamaan dengan momen spesial seperti anak baru belajar berjalan.

Setelah dibuat, srintil dibagikan kepada tetangga dan kerabat. Hal ini bukan hanya sebagai bentuk berbagi, tetapi juga sebagai doa agar anak tersebut dapat berjalan dengan lancar dan sehat. Pada saat prosesi pembuatan srintil sering kali melibatkan seluruh anggota keluarga. Hal tersebut menciptakan momen yang berarti bagi anggota keluarga.

Masyarakat Pekalongan berusaha untuk melestarikan tradisi pembuatan kue srintil, meskipun banyaknya jajanan modern yang bermunculan di era sekarang ini.

Tradisi ini juga menjadi cara untuk melestarikan warisan kuliner lokal. Dengan demikian, persiapan kue srintil bukan hanya sekadar proses memasak, tetapi juga merupakan bagian dari tradisi keluarga yang memperkuat hubungan sosial dan budaya di Pekalongan.

Penulis: Yasmin Suha Karimah

© Sepenuhnya. All rights reserved.