Ketika Idola Jadi Brand Ambassador: Dompet Penggemar Ikutan Terbakar!

Idola K-Pop seperti yang kita ketahui memiliki daya tarik yang luar biasa bagi banyak orang, terutama di kalangan anak muda. Pada awalnya, mereka ...

K-Pop bukan hanya sekadar genre musik lagi, K-Pop telah berkembang menjadi fenomena global yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam cara kita berbelanja. Ketika idola K-Pop dipilih menjadi brand ambassador suatu barang, dampaknya bisa sangat besar, terutama bagi para penggemar. Penggemar K-Pop berasal dari berbagai kalangan usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Tapi bagaimana sih, cara industri K-Pop mengubah pola konsumerisme kita? Apakah menjadi penggemar K-Pop berarti kita harus selalu membeli produk yang mereka iklankan?

Idola K-Pop seperti yang kita ketahui memiliki daya tarik yang luar biasa bagi banyak orang, terutama di kalangan anak muda. Pada awalnya, mereka hanya dikenal sebagai penyanyi sekaligus penari profesional dengan penampilan fisik yang menarik. Namun, seiring berjalannya waktu, idola K-Pop telah berkembang menjadi trend center yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk fashion dan gaya hidup. Hal ini didasari oleh dampak antusias penggemar terhadap apa yang dilakukan para idolanya, mulai dari apa sih fashion tren yang mereka ikuti? Kegiatan apa saja yang mereka sukai untuk mengisi waktu luang? Hingga hal-hal sepele seperti apa sih makanan yang mereka sukai? Dan produk apa saja yang mereka gunakan dalam kehidupan sehari-hari? Rasa keingintahuan tersebut secara tidak langsung berdampak pada peningkatan popularitas mereka, menjadikan idola K-Pop sebagai trend center yang berpengaruh di kalangan orang-orang di sekitar mereka.

Ketika Idola Jadi Brand Ambassador

Melihat perkembangan tersebut, banyak perusahaan besar mulai melirik idola K-Pop untuk menjadikan idola K-Pop sebagai brand ambassador dari produk yang mereka jual. Seperti yang saya jelaskan di atas, fenomena ini muncul karena daya tarik dan popularitas yang dimiliki oleh idola K-Pop, yang tidak hanya dikenal sebagai penyanyi sekaligus penari saja, tetapi juga sebagai trend center yang mempengaruhi gaya hidup dan pola konsumerisme para penggemar. Ketika seorang idola K-Pop ditunjuk sebagai brand ambassador suatu produk, para penggemar cenderung memiliki perasaan lebih terhubung secara langsung dengan mereka.

Di beberapa kasus mereka membeli produk tersebut untuk mendukung kegiatan para idolanya menyampingkan kebutuhan mereka terhadap produk tersebut, dan bahkan ada pemikiran yang cenderung ingin membeli produk dengan alasan ingin memiliki hal yang sama seperti yang idola mereka miliki.

Bagi para penggemar membeli produk tersebut adalah bentuk loyalitas yang sangat kuat dari kalangan penggemar, untuk membuktikan seberapa besar rasa sayang mereka terhadap idolanya. Mari kita lihat beberapa contoh kasus di mana idola K-Pop menjadi trend center yang dapat mempengaruhi konsumerisme penggemarnya:

Kasus pertama yaitu ketika Boyband Group BTS diumumkan sebagai brand ambassador perusahaan makanan cepat saji McDonald's pada tahun 2021 silam. Menu kolaborasi mereka yaitu "BTS Meal" langsung mencuri perhatian dan menjadi viral di kalangan penggemar dan masyarakat umum pada saat itu. Kepopuleran produk ini tidak hanya disebabkan oleh popularitas BTS saja, tetapi juga oleh antusiasme luar biasa dari ARMY, sebutan untuk penggemar BTS, yang rela mengantri berjam-jam demi mencicipi menu tersebut.

Menu BTS Meal menawarkan pengalaman unik bagi para penggemar dengan kemasan yang dihiasi logo dan warna ikonik dari BTS, serta dua saus spesial limited edition yang terinspirasi dari resep Korea Selatan. Tak heran jika ada penggemar yang rela menjual bungkus menu ini dengan harga tinggi untuk meraup keuntungan dari kepopuleran produk tersebut. Hasil dari kolaborasi tersebut, penjualan makanan cepat saji McDonald's melonjak pesat di seluruh dunia, sekaligus meningkatkan kepopuleran BTS di kalangan masyarakat umum.

Situasi berbeda terjadi pada Boyband Group NCT yang baru-baru ini ditunjuk sebagai brand ambassador dari produk minuman Starbucks. Meskipun kedua kasus melibatkan idola K-Pop dalam mempromosikan produk yang diduga mendukung gerakan genosida, respons penggemar NCT, yang dikenal sebagai NCTzen, jauh lebih keras dibandingkan dengan reaksi ARMY terhadap produk BTS Meal.

Banyak NCTzen yang menolak kolaborasi mereka karena adanya gerakan genosida yang dilakukan kepada brand Starbucks, dan bahkan ada penggemar yang rela ikut memboikot NCT karena kolaborasi tersebut. Hal ini berbeda dengan respon hangat dari ARMY beberapa tahun lalu yang sangat mendukung kolaborasi BTS Meal. Respon hangat ARMY bukan semata karena ketidakpedulian mereka terhadap gerakan genosida, namun pada tahun tersebut gerakan genosida belum gencar dilakukan seperti sekarang ini.

Dampak dari boikot ini terasa langsung pada penjualan produk minuman Starbucks, hal ini menunjukkan betapa pentingnya peran penggemar dalam pembentukan opini publik dan mempengaruhi keputusan bisnis suatu produk. Kasus kolaborasi NCT dengan Starbucks menjadi pengingat bahwa kolaborasi antara idola K-Pop dan perusahaan harus mempertimbangkan nilai-nilai yang diyakini oleh penggemar agar tidak menimbulkan reaksi yang merugikan bagi kedua belah pihak.

Melihat keuntungan yang dialami perusahaan luar negeri tersebut, banyak perusahaan dalam negeri yang mulai merekrut beberapa idola K-Pop untuk menjadikan brand ambassador produknya. Mulai dari produk fashion, skincare, make up dan juga makanan maupun minuman yang menjadi target pasar bagi para penggemar K-Pop.

Salah satu contoh menarik adalah kerja sama antara NCT dan merek mie instan sehat, Lemonilo. Ketika NCT Dream diumumkan sebagai brand ambassador mie Lemonilo, produk ini langsung mencuri perhatian banyak masyarakat, termasuk saya sendiri, yang mulanya saya tidak tertarik untuk membeli produk tersebut, menjadi sangat tertarik untuk membeli produk mie Lemonilo demi mendapatkan hadiah berupa Photocard NCT Dream.

Hal itu juga dialami banyak penggemar yang membeli mie Lemonilo, bukan hanya untuk menikmati rasanya saja, tetapi juga untuk mendapatkan merchandise eksklusif berupa Photocard edisi terbatas yang disertakan dalam kemasan. Hal ini menunjukkan bagaimana penggemar K-Pop tidak hanya membeli produk karena kebutuhan, tetapi juga karena keinginan untuk memiliki hal yang sama dengan mereka.

Selain produk makanan cepat saji mie Lemonilo, produk makanan ringan Nabati juga berhasil meraih perhatian penggemar ketika ditunjuknya AESPA dan juga ENHYPEN untuk menjadi brand ambassador produknya. Penjualan produk Nabati meningkat pesat berkat adanya hadiah Photocard dan juga kemasan menarik yang menampilkan wajah para brand ambassadornya.

Tetapi berbeda dengan kolaborasi Nabati dengan AESPA yang hanya menyertakan foto dan photocard wajah mereka saja pada kemasan, khusus untuk kolaborasi dengan ENHYPEN, Nabati membawa inovasi lebih jauh dengan mengeluarkan varian rasa baru yang terinspirasi dari ubi manis Korea, yang dikenal sebagai Goguma. Varian ini dinamakan Korean Goguma series, yang hadir dalam beberapa macam produk seperti Nabati Wafer Goguma, Nextar Goguma, dan juga Ahh Goguma. Kolaborasi antara ENHYPEN dan Nabati menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemar lokal yang ingin merasakan nuansa Korea melalui camilan yang mereka sering konsumsi.

Seperti pengalaman pribadi saya dan teman saya Anin saat berburu varian Nabati Korean Goguma series. Demi mendapatkan merchandise berupa Photocard edisi terbatas yang mereka tawarkan, kami rela pergi ke beberapa toko hanya untuk memastikan bahwa kami mendapatkan produk tersebut. Setiap kali kami menemukan kemasan baru dengan wajah ENHYPEN di atasnya, rasanya seperti menemukan harta karun! Pengalaman berburu produk makanan ini tidak hanya membuat kami senang mendapatkan camilan baru tetapi juga memberikan kesempatan bagi kami untuk berbagi momen seru bersama teman-teman sesama penggemar di media sosial.

Ketika idola K-Pop menjadi brand ambassador suatu produk, banyak penggemar merasa terhubung secara emosional dan cenderung ingin membeli produk tersebut. Namun, dengan banyaknya kolaborasi antara idola K-Pop dengan berbagai perusahaan, memunculkan pertanyaan di kalangan penggemar. Apakah membeli produk kolaborasi mereka itu penting? Dan jika kita tidak membeli apakah akan dicap sebagai penggemar yang tidak loyal kepada idolanya?

Membeli produk yang diiklankan oleh mereka dapat menjadi bukti dari bentuk dukungan dan loyalitas penggemar terhadap idolanya. Penggemar merasa bahwa dengan membeli produk yang diiklankan idolanya, mereka ikut berkontribusi pada kesuksesan idolanya. Tetapi di satu sisi tidak semua hal yang mereka iklankan kita butuhkan? Seperti contohnya produk kolaborasi makanan yang mungkin saja tidak sesuai dengan selera.

Selain itu, penting juga untuk kita mempertimbangkan nilai-nilai yang dimaksud oleh perusahaan dalam berkolaborasi dengan idola kita. Seperti yang terlihat dalam kasus NCT dan Starbucks, banyak penggemar memilih untuk memboikot produk kolaborasi tersebut karena dianggap mendukung gerakan genosida yang bertentangan dengan prinsip kemanusiaan.

Pada akhirnya, setiap orang harus mau memikirkan pilihan belanja mereka dan memahami dampak dari dukungan yang mereka berikan kepada idola yang mereka cintai. Apakah membeli produk hanya karena idolanya menjadi brand ambassador suatu produk, atau karena kita memerlukan produk tersebut? Keseimbangan antara loyalitas kepada idola dan tanggung jawab sosial adalah kunci untuk menjadi penggemar yang bijak dan bertanggung jawab. Dengan mempertimbangkan kedua aspek, yaitu loyalitas dan materialistis, penggemar K-Pop diharapkan dapat menikmati hobi mereka sambil tetap menjaga nama baik dan prinsip yang mereka yakini.

Biodata Penulis:

Dwika Aga Raiasa Arsyada, lahir pada tanggal 1 April 2006 di Surakarta, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret (UNS).

© Sepenuhnya. All rights reserved.