Kemacetan di Kota Solo menjadi permasalahan penting dalam kehidupan sehari-hari. Kemacetan menyebabkan berbagai dampak negatif bagi masyarakat, ekonomi, dan lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk memahami dan menganalisis akar permasalahan kemacetan serta mencari strategi penanggulangannya. Dengan memahami kondisi awal dan perkembangan kemacetan di Kota Solo, diharapkan dapat ditemukan solusi yang tepat untuk mengurangi kemacetan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Beberapa faktor yang melatarbelakangi kemacetan di Kota Solo, antara lain jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas jalan, jumlah kendaraan pribadi terus bertambah setiap tahun, namun kapasitas jalan tidak berubah. Maraknya parkir liar di badan jalan juga menjadi faktor yang semakin sulit untuk dikendalikan.
Kawasan strategis di Kota Solo, seperti simpang empat Jalan Jendral A. Yani – Jalan Kapten Piere Tendean – Jalan Rabrin Dranath Tagore, merupakan kawasan strategis yang sering mengalami kemacetan. Terminal bus Tirtonadi menjadi tempat transit masyarakat dari atau masuk ke Kota Solo. Adapun dari pengunjung atau wisata Masjid Zayed sendiri yang setiap harinya selalu ramai sehingga menimbulkan kemacetan karena banyak bis yang parkir di sekitar area Masjid Zayed.
Kota Solo sendiri merupakan kota yang tidak cukup luas namun memiliki jumlah penduduk yang banyak, yaitu kurang lebih 578.906 jiwa pada Desember 2021. Hal tersebut membuat aktivitas masyarakat juga padat terutama pada saat di jalan. Kurangnya sarana dan prasarana transportasi di Kota Solo menjadi tantangan yang dihadapi dalam transportasi di Kota Solo. Masyarakat sendiri masih minim menggunakan transportasi umum. Sebagian masyarakat lebih suka membayar secara tunai daripada mengisi saldo kartu uang elektronik.
Selain itu, masyarakat juga lebih memilih memakai angkutan online. Jumlah kendaraan bermotor terus bertambah mendorong jumlah kemacetan yang terus meningkat.
Dampak kemacetan sendiri pasti sangat dirasakan bagi pengguna jalan. Kemacetan dapat memperlama waktu tempuh perjalanan dan juga pemborosan BBM karena kendaraan yang melaju dengan kecepatan rendah membutuhkan lebih banyak bahan bakar.
Selain itu, kemacetan juga berdampak pada ekonomi dan lingkungan. Pengeluaran BBM yang lebih banyak ketika kemacetan juga otomatis membuat pengeluaran budget untuk membeli BBM lebih banyak, inilah yang membuat kemacetan berdampak pada ekonomi. Kemacetan lalu lintas juga dapat menyebabkan polusi udara karena pembakaran bensin dalam kendaraan bermotor serta peningkatan gangguan suara kendaraan (kebisingan).
Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah Kota Solo telah menerapkan kebijakan transportasi massal, yaitu Bus Rapid Transit (BST) dan Feeder. Integrasi moda transportasi diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, kenyamanan, dan keterhubungan antar moda transportasi sehingga masyarakat bisa memanfaatkan kendaraan umum tersebut dalam upaya pengurangan kemacetan di Kota Solo.
Adapun solusi lain dari pemerintah Kota Solo yaitu pembangunan rel layang di Simpang Tujuh Joglo untuk mengatasi kemacetan di perlintasan sebidang Simpang Joglo, pemberlakuan SSA di jalan Yosodipuro upaya untuk mengatasi kemacetan di Kota Barat, dan penyiapan rekayasa lalu lintas guna mengantisipasi dampak kemacetan.
Biodata Penulis:
Natasya Laudya Cindy Amelia Uswatun Khasanah lahir pada tanggal 13 November 2005 di Surakarta.