Belum lama ini saya membaca dan melihat video berita tentang perundungan anak sekolah yang terjadi di SD Baku-Baku, Sulsel yang menyebabkan korban kesulitan untuk memutar kembali posisi kepalanya usai kepala korban dipelintir oleh temannya, korban tersebut harus dilarikan ke Rumah Sakit. Berita terkait perundungan tersebut sudah tersebar luas di akun X dan disebar luaskan melalui laman berita banjarmasin.tribunnews.com.
Kasus tersebut dilatarbelakangi mereka sedang berolahraga dan bermain bersama, namun yang tertulis di berita yang ada tanpa keterangan yang jelas bahwa keduanya tiba-tiba saling adu mulut hingga terjadinya kekerasan fisik berupa pemelintiran kepala korban.
Kekerasan fisik yang dilakukan oleh anak yang masih belum cukup umur bisa saja terjadi karena lingkungan tempat tinggal pelaku yang kurang baik hingga menciptakan pergaulan yang buruk. Lingkungan tempat tinggal sangat berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Karena faktor tersebut merupakan faktor yang sangat amat berpengaruh dalam pembentukan karakteristik seseorang dalam berperilaku.
Kejadian tersebut mengingatkan akan kejadian perundungan yang pernah saya alami. Namun kasus perundungan yang saya alami tidak adanya kekerasan fisik, hanya saja berupa perundungan verbal. Akibat dari perundungan tersebut mengakibatkan saya mengalami trauma pada saat itu hingga sampai sekarang.
Peristiwa tersebut juga terjadi pada saat saya duduk di bangku Sekolah Dasar. Pada awalnya semua berjalan dengan baik, kami bermain bersama, hingga saya merasakan hal yang berbeda dari teman-teman saya. Bermula satu orang yang sifatnya tiba-tiba berubah kepada saya, yang berlanjut hingga hampir satu teman sekelas saya menjauhi saya. Mereka dengan tiba-tiba menjauhi saya tanpa sebab yang membuat saya bingung karena tanpa saya tahu apa salah saya.
Hari demi hari saya lalui dengan perasaan yang bingung dan khawatir akan hal yang tidak diinginkan. Ada salah satu dari mereka yang memberitahu saya bahwa mereka diceritakan oleh salah satu teman dekat saya dengan cerita yang tidak benar adanya tentang diri saya. Dia menghasut teman-teman sekelas saya untuk tidak suka dengan saya karena dia iri dan cemburu saya memiliki banyak teman serta nilai yang selalu memuaskan hingga mendapatkan peringkat.
Sindiran, cemoohan, serta kalimat yang tidak pantas diucap oleh anak Sekolah Dasar setiap harinya saya terima karena hal tersebut. Mereka berkata bahwa saya tidak pantas mendapat teman yang baik dan juga nilai yang bagus. Tanpa mereka ketahui saya mendapat nilai yang bagus juga karena usaha yang begitu keras untuk mendapatkannya. Untuk mental anak SD yang belum begitu matang, kejadian tersebut membuat saya tertekan untuk berada di kelas setiap harinya. Saya tidak pernah memberi tahu kejadian tersebut kepada orang tua maupun guru di sekolah karena saya tidak mau membebani kedua orang tua saya dan membuat mereka khawatir akan hal tersebut.
Beruntungnya kejadian tersebut tidak berlangsung lama, hanya sekitar satu tahun saja. Teman saya akhirnya mengetahui bahwa orang yang menyebarkan fitnah tentang saya adalah tidak benar adanya, hanya karangan dia saja. Orang yang tidak suka dengan saya dan juga yang menyebarkan berita hoax tentang diri saya terkena karma. Teman saya akhirnya menjauhi dia karena hal tersebut dan juga ternyata dia memang problematik.
Saya berharap dari kejadian yang saya alami pada saat Sekolah Dasar tersebut, saya tidak akan pernah menerima peristiwa itu kembali pada jenjang sekolah berikutnya. Dan benar adanya pada saat menginjak Sekolah Menengah Pertama, kehidupan saya serta lingkungan pertemanan saya berjalan dengan baik. Karena orang tua saya memilih untuk pindah dari kota tersebut karena suatu hal.
Mungkin jika masa itu terulang kembali, saya rasa saya akan berani untuk melawan mereka dengan terus meningkatkan prestasi saya, menjalin hubungan pertemanan yang baik dengan teman yang berbeda kelas, dan yang paling penting adalah tidak menunjukkan rasa sedih ataupun takut di depan mereka. Serta berani untuk melaporkan kejadian tesebut kepada guru yang ada di sekolah dan juga bercerita ke orang tua di rumah.
Saya percaya dari kisah yang saya alami akan ada balasan yang diterima dari apa yang sudah mereka lakukan kepada saya. Karena Allah SWT akan memberikan balasan yang setimpal kepada orang-orang yang menyakiti kita, baik secara fisik maupun batin. Serta saya selalu menanamkan ucapan yang sering kali orang tua saya bilang kepada saya, bahwa berbuat baiklah kepada semua orang walaupun balasan orang tersebut kepada kita adalah sebaliknya. Dan juga teman yang baik akan datang dengan sendirinya jika kita juga bersikap baik kepada mereka dan tidak memilih-milih dengan siapa kita akan berteman.
Referensi:
- https://banjarmasin.tribunnews.com/2024/08/19/viral-video-siswi-sd-baku-baku-dibully-teman-sekolah-leher-dipelintir-dilarikan-ke-rumah-sakit.
Biodata Penulis:
Salwa Sabila lahir pada tanggal 26 September 2005 di Sragen. Saat ini ia aktif sebagai mahasiswa, Prodi Pendidikan Kimia, di Universitas Sebelas Maret Surakarta.