Masalah sosial kini sedang marak di dunia. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Masalah sosial yang kerap terjadi yaitu bullying. Orang yang melakukan tindakan bullying kebanyakan yaitu anak remaja atau anak sekolah. Bullying terjadi tidak hanya di lingkungan sekolah, bullying bisa terjadi di mana saja, terutama di media sosial. Bullying dilakukan tidak hanya dengan melakukan perundungan untuk membullly teman di sekolah, tetapi bisa juga dilakukan melalui media sosial.
Kasus bullying yang kerap terjadi dalam dunia pendidikan di Indonesia kian memprihatinkan. Hasil kajian Konsorsium Nasional Pengembangan Sekolah Karakter tahun 2014 menyebutkan, hampir setiap sekolah di Indonesia ditemukan adanya kasus perundungan, meski ‘hanya’ bullying verbal dan psikologis/mental.
Bullying adalah suatu masalah sosial mengenai tindakan agresif yang dilakukan seorang individu atau kelompok secara berulang-ulang. Bullying di media sosial yaitu bentuk perilaku agresif yang dilakukan melalui media digital seperti media sosial, situs web, dll. Tindakan bullying tersebut biasanya dilakukan untuk melakukan pelecehan , merendahkan orang lain atau mengejek seorang individu secara berulang- ulang.
Solusi untuk mengatasi tindakan bullying di media sosial yaitu dengan cara melakukan pengaturan privasi yang ketat di media sosial, terutama pada aplikasi tertentu yang sering digunakan untuk melakukan tindakan pembulian tersebut, partisipasi dari orang tua, serta melakukan edukasi dan kesadaran pada program pendidikan dengan cara mengadakan pelatihan di sekolah mengenai tindakan bullying. Harapannya agar dapat terciptanya lingkungan di dunia maya yang aman dan adanya tindakan atas masalah tersebut.
“Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak. (wong, perry dan hockenberry, 2002 dikutip Hidayat A 2005" .
Pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku dapat dirasakan anak, dari segi negatif dan positif. Orang tua memiliki cara dan pola sendiri dalam mengasuh dan membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda antara satu keluarga dengan keluarga lainnya. Pola asuh orang tua merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan. (Jasminelulu).
Penerapan pola asuh orang tua sangat penting, utamanya adalah seorang ibu karena ibu adalah orang yang utama bagi anak dan ibu merupakan lingkungan pertama yang dimasuki untuk membina sosialisasi anak. (Unimus). Pola asuh merupakan kemampuan optimal seorang ibu dalam mendengarkan anak-anak, memberikan respon dan kehangatan, serta menentukan standar peraturan pada aktivitas anak-anak mereka. Pola asuh pada ibu merupakan implementasi dari keputusan ibu dalam mengarahkan anak untuk dapat menjadi pribadi yang bertanggung jawab, mampu menyesuaikan diri dan dapat berperan dengan baik dalam lingkungan sosialnya dengan cara mengoptimalkan peran dalam berkomunikasi, serta menentukan standar peraturan pada aktivitas anak. (Karina, 2009).
Pola asuh orang tua sangat penting bagi anak, karena pola asuh merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan bullying. Tindakan bullying terjadi adanya suatu alasan seperti kurangnya pengawasan dan komunikasi, emosi dan pengelolaan konflik, dukungan emosional, dan norma keluarga.
Dampak dari bullying yaitu menderita stres dapat meningkatkan risiko sakit kepala karena tegang yang terjadi di sekitar dahi, belakang kepala, dan leher. Meskipun mungkin pada mulanya terasa ringan, semakin sering mengalaminya, rasa sakit pada kepala tersebut bisa semakin memburuk. Dan bullying mungkin memiliki reputasi sebagai masalah yang terjadi ‘hanya’ di halaman sekolah, tetapi efek kesehatan mental korbannya jauh melampaui halaman sekolah. Anak-anak yang diintimidasi menghadapi peningkatan risiko masalah sosial dan emosional dalam jangka pendek dan panjang, bahkan hingga dewasa.
Biodata Penulis:
Dewi Septyaningsih, lahir pada tanggal 17 September 2006 di Pekalongan, saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN K.H. Abdurrahman Wahid.