Belakangan ini, semakin banyak orang yang menghadapi masalah kesehatan mata, termasuk kalazion, akibat kebiasaan buruk seperti kurangnya perhatian terhadap kebersihan dan terlalu lama menatap layar. Kalazion, yang muncul sebagai benjolan kecil di kelopak mata akibat penyumbatan kelenjar minyak, menjadi isu yang kian umum. Banyak yang tidak menyadari bahwa gaya hidup yang kurang sehat, seperti tidur yang tidak cukup dan malas membersihkan wajah, dapat memicu munculnya masalah ini.
Pagi itu, saat aku berdiri di depan cermin, harapan untuk menjalani hari yang cerah seketika sirna. Di kedua kelopak mataku, aku melihat benjolan kecil yang mencolok—satu di kiri dan satu di kanan. Jantungku berdegup kencang saat menyentuhnya, merasakan tekstur asing yang tak seharusnya ada di wajahku. Awalnya, aku berusaha menenangkan diri, meyakinkan bahwa benjolan di sebelah kiri pasti akan menghilang. Namun, benjolan di kelopak mata kanan, dengan berani, tetap bertahan, seolah ingin memberiku pelajaran.
Hari demi hari berlalu, dan benjolan itu semakin menyita perhatianku. Dari bulan Juni hingga November, waktu seolah berputar lambat, menambah kecemasan yang merayap di dalam diriku. Setiap kali aku berinteraksi dengan teman-teman, rasanya seperti ada spotlight yang tertuju padaku, semua mata mengamati, semua bibir berbisik. Mengapa benjolan ini tidak hilang? Apa yang salah denganku?
Aku berusaha menutupi ketidaknyamanan itu, tetapi rasa malu dan cemas terus menggerogoti kepercayaan diriku. Saat tampil di depan kelas, aku merasa seolah ada beban yang menghimpitku. Apakah teman-temanku memperhatikan benjolan ini? Rasa gatal yang terus mengganggu membuatku sulit berkonsentrasi. Aku sering mengucek mata tanpa sadar, berharap bisa menghilangkan rasa tidak nyaman itu.
Dengan setiap detik yang berlalu, benjolan itu semakin membuatku merasa terasing. Di saat-saat sepi, saat semua orang pergi, aku menatap cermin dengan penuh harap, berharap melihat wajahku yang dulu—wajah yang tidak dipenuhi dengan ketidakpastian. Semakin lama aku memendam rasa cemas ini, semakin berat beban yang harus kutanggung. Dalam hatiku, aku tahu sesuatu harus dilakukan, tetapi apa? Setelah beberapa bulan tanpa adanya perubahan, aku memutuskan untuk menemui dokter. Ternyata, benjolan yang mengganggu ini adalah kalazion, dan perjuangan panjang untuk mengatasinya pun dimulai.
Penyebab Munculnya Kalazion
Setelah berkonsultasi dengan dokter, aku menyadari bahwa kebiasaan burukku lah yang menyebabkan kalazion ini muncul. Kebiasaan lupa membersihkan wajah setelah pulang dari sekolah atau tempat les, lupa membersihkan make up setelah pulang main, sehingga menyebabkan sisa kotoran atau make up menyumbat kelenjar minyak di kelopak mataku. Selain itu, kebiasaan lain yang menimbulkan kalazion yaitu kebiasaanku yang sering begadang. Hal ini menyebabkan benjolan kalazion terbentuk, terutama karena aku sering kelelahan dan kurang menjaga kebersihan mata.
Selain itu, kebiasaan terlalu banyak menatap ponsel atau laptop untuk belajar dan hiburan tanpa istirahat yang cukup juga memperburuk kondisi mataku. Mata menjadi kering dan rentan terhadap masalah, memberikan peluang bagi kalazion untuk berkembang.
Dampak Kalazion pada Keseharianku
Kalazion ini tidak hanya mengganggu penampilanku, tetapi juga mengganggu keseharianku di Sekolah. Benjolan di kelopak mata membuatku merasa kurang percaya diri saat berinteraksi dengan teman-teman dan guru. Aku sering merasa tidak nyaman, terutama ketika harus tampil di depan kelas. Rasa cemas tentang bagaimana orang lain melihat benjolan di mataku membuat kepercayaan diriku menurun.
Selain itu, ketidaknyamanan fisik yang ditimbulkan oleh kalazion juga mengganggu konsentrasiku saat belajar. Mataku terasa berat dan kadang terasa gatal. Aku sering mengucek mata tanpa sadar, yang justru memperburuk kondisi kalazion dan meningkatkan risiko infeksi.
Perjuangan Melawan Kalazion
Setelah beberapa bulan mencoba perawatan mandiri, seperti mengompres mata dengan handuk hangat, obat tetes mata dan salep mata aku akhirnya memutuskan untuk menjalani operasi pada bulan November, ketika aku sudah duduk di kelas 12. Operasi ini merupakan langkah terakhir setelah semua upaya lain gagal menyembuhkan benjolan di mataku. Operasi ini akhirnya berhasil menghilangkan kalazion tersebut.
Meskipun operasi terdengar menakutkan, prosesnya lebih cepat dan tidak serumit yang aku bayangkan. Setelahnya, aku harus lebih berhati-hati menjaga kebersihan mata dan menghindari kebiasaan buruk yang bisa memicu kalazion muncul kembali.
Perubahan Gaya Hidup Akibat Kalazion
Pengalaman ini membuatku lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan mata. Sejak saat itu, aku lebih rajin membersihkan wajah dan menghindari terlalu banyak menatap layar tanpa istirahat. Tak hanya mataku yang lebih sehat, tetapi aku juga merasa lebih terorganisir dan disiplin dalam menjalani kegiatan sehari-hari.
Selain itu, aku mulai lebih memperhatikan asupan makanan yang mendukung kesehatan mata, seperti makanan kaya vitamin A dan omega-3, serta memastikan tubuhku terhidrasi dengan baik. Perubahan gaya hidup ini membuatku merasa lebih energik dan fokus dalam belajar.
Pengalaman berurusan dengan kalazion saat masih SMA menjadi pelajaran yang tak terlupakan. Kalazion ini mengajarkanku betapa pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan mata. Meski sempat mengganggu, pengalaman ini justru membawaku pada perubahan gaya hidup yang lebih sehat dan teratur. Kini, aku menjalani hari-hari dengan lebih percaya diri dan penuh syukur, terutama karena berhasil mengatasi gangguan kecil yang dulu sempat membuatku merasa tidak nyaman.
Biodata Penulis:
Risqia Nur Azizah, lahir pada tanggal 19 Juli 2006, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta, jurusan Keperawatan.