Siapa yang tidak mengenal Ibu kota Negara Indonesia? Siapa yang tidak mengenal kota dengan paling banyak penduduknya? Siapa yang tidak mengenal kota yang setiap tahunnya banjir? Dengan banyaknya pertanyaan di atas dapat disimpulkan sebagian fakta-fakta dari Jakarta.
Tahun baru merupakan momen yang sangat dinanti-nantikan, akan tetapi perayaan tersebut sering kali dihantam dengan kejadian-kejadian yang di luar ekspektasi, salah satu contohnya adalah hujan yang menyebabkan banjir. Banjir yang melanda Jakarta pada saat tahun baru adalah salah satu fenomena baru yang terjadi di Jakarta.
Setiap pergantian tahun, para pemerintah Kota Jakarta selalu menyiapkan hadiah-hadiah istimewa untuk para masyarakat. Salah satunya pada saat malam pergantian tahun, Jakarta mengadakan pesta kembang api di setiap penjuru kota. Akan tetapi pada saat momen spesial ini sedang berlangsung, tidak hanya para masyarakat saja yang terharu, tetapi semesta pun ikut terharu. Ketika jam menunjukkan pukul 00.00 WIB kembang api pun mulai dibakar, jelang beberapa menit setelah kembang api mulai bertebaran di awan-awan Jakarta, hujan pun mulai turun membasahi Ibu kota dengan sangat deras.
Pada saat hujan tersebut turun, pesta yang sedang meriah-meriahnya terpaksa harus diberhentikan, para masyarakat yang sedang menyaksikan kembang api di awan-awan Jakarta terpaksa harus lari mencari tempat untuk mereka berteduh. Setiap detiknya hujan semakin deras membasahi jalanan Jakarta, hujan turun tidak hanya beberapa menit saja tetapi sampai berjam-jam, hal ini yang mengakibatkan meluapnya air dalam kota yang biasa kita sebut dengan banjir.
Keesokan harinya segala penjuru kota Jakarta dihebohkan dengan menggenangnya air di depan bahkan di dalam rumah mereka, dengan menggenangnya air tersebut para masyarakat membuat kapal atau perahu dayung seakan-akan berada dalam Wahana Dufan. Momen ini terjadi hampir di setiap penjuru kota Jakarta, para masyarakat menjadikan momen ini sebagai penghibur bagi kesedihan mereka karena rumah mereka tergenang air.
Namun apakah penyebab dari semuanya itu? Apakah karena suara kembang api terlalu besar sampai terkena langit paling atas? Apakah karena Tuhan Yang Maha Esa mengabulkan doa-doa masyarakat di rumah yang tidak bisa menyaksikan pesta kembang api? Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi banjir di Ibu Kota:
1. Ketidaktaatan Masyarakat kepada Sampah
Sudah bukan masalah baru lagi ketika masyarakat Indonesia bersifat tidak taat kepada sampah. Banyak di antara kita semua membuang sampah seenaknya, tidak tahu tempat, sembarangan. Hal inilah yang mendukung meluapnya air ketika turun hujan atau biasa kita sebut dengan banjir.
2. Tidak Adanya Selokan/Saluran di Sekitar
Tidak adanya selokan atau saluran di sekitar rumah warga menjadi salah satu faktor terbesar mengapa terjadi banjir, karena terlalu banyaknya selokan atau saluran ditutup untuk pengaspalan jalan sehingga jika air meluap sudah tidak ada jalan lagi untuk air itu mengalir.
3. Kondisi Geografis Jakarta
Seperti yang kita ketahui Jakarta sangat berdekatan dengan perairan/laut, hal ini yang dapat menyebabkan banjir secara berkala. Tidak hanya itu, Jakarta pun banyak didapatkan sungai, sungai sungai yang ada di Jakarta antara lain Sungai Ciliwung dan Sungai Angke. Sungai-sungai tersebut sering meluap ketika turun hujan yang mengakibatkan banjir.
Dari faktor-faktor di atas kita dapat melihat bahwa sudah tidak heran lagi jikalau Jakarta selalu banjir tiap tahunnya, hal itu disebabkan oleh faktor manusia dan faktor alam. Akan tetapi faktor yang disebabkan oleh manusia yang sangat mempengaruhi banjir adalah ketidaktaatan masyarakat kepada sampah. Para masyarakat sebaiknya harus diberi edukasi, akan tetapi banyak di antara mereka yang masih menyepelekan edukasi tersebut. Pemerintah sampai sekarang masih memikirkan apa yang akan mereka lakukan agar Jakarta tidak banjir lagi.
Kota yang padat seperti Jakarta seharusnya memiliki sistem pengelolaan sampah yang baik, tetapi jika masyarakat tidak berpartisipasi, upaya tersebut akan sia-sia. Kembali lagi dengan edukasi mengenai dampak buruk dari pembuangan sampah sembarangan sangat penting, akan tetapi para masyarakat masih menyepelekan edukasi tersebut. Dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan dan ikut serta dalam pengelolaan sampah, kita dapat bersama-sama mengurangi risiko banjir di Jakarta dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi semua.
Biodata Penulis:
Lydia Sivany Kastanya lahir pada tanggal 2 Mei 2006 di Ambon.