Pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan zaman. Salah satu perubahan penting dalam sistem pendidikan adalah hadirnya Kurikulum Merdeka. Kurikulum merdeka ialah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam, konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Kurikulum ini dirancang untuk memberikan fleksibilitas dalam proses pembelajaran, siswa diberi kebebasan untuk mengembangkan minat dan bakat mereka melalui pendekatan yang lebih kontekstual dan partisipatif. Namun, dalam penerapannya, terutama di jenjang Sekolah Dasar (SD), Kurikulum Merdeka menghadapi berbagai tantangan, terutama di kelas V. Yuk kita bahas kendala yang dihadapi oleh guru, persepsi siswa dan guru terhadap penerapannya, serta strategi yang digunakan guru untuk menyesuaikan metode pembelajaran dengan kurikulum baru ini.
Meskipun Kurikulum Merdeka memiliki tujuan yang baik, guru di lapangan sering kali menghadapi beberapa kendala dalam mengimplementasikannya. Salah satu kendala utamanya adalah keterbatasan sumber daya, kurangnya persiapan untuk beralih ke Kurikulum Merdeka dan kurangnya pemahaman tentang kurikulum ini. Tidak semua guru sudah mendapatkan pelatihan yang memadai terkait penerapan Kurikulum Merdeka, sehingga beberapa di antaranya masih kesulitan dalam menyesuaikan strategi pengajaran Kurikulum Merdeka ini. Selain itu, fasilitas sekolah yang kurang memadai, seperti akses teknologi yang terbatas, menjadi tantangan tersendiri.
Kurikulum Merdeka menekankan penggunaan media pembelajaran yang inovatif, namun di beberapa sekolah, terutama di daerah terpencil, keterbatasan menjadi salah satu faktor penghambat implementasi secara optimal. Kendala lainnya adalah resistensi terhadap perubahan. Beberapa guru masih terikat dengan cara pengajaran konvensional dan merasa masih kesulitan untuk berpindah ke metode yang lebih fleksibel dan berbasis proyek yang diamanatkan oleh Kurikulum Merdeka. Pengelolaan waktu yang lebih dinamis dalam kurikulum baru ini juga menjadi tantangan bagi guru yang terbiasa dengan jadwal dan pendekatan yang lebih kaku.
Persepsi terhadap Kurikulum Merdeka beragam, baik dari sisi guru maupun siswa. Dari sisi guru, persepsi guru positif dan mengapresiasi terhadap implementasi Kurikulum Merdeka di sekolah dasar, guru mempunyai peran penting dalam proses pengembangan dan implementasi kurikulum di sekolah dasar dan keberhasilan dalam menerapkan kurikulum sangat tergantung pada bagaimana intensitas guru dalam menerapkan kurikulum di kelas, guru memiliki kemampuan dalam mengembangkan dan menerapkan kurikulum serta mendesain kelas, dalam rangka meningkatkan kualitas pengajaran dan proses pembelajaran.
Belum maksimalnya sosialisasi dan pelatihan bimtek yang spesifik mengenai pembentukan profil pelajar Pancasila, belum semua guru di sekolah dasar menerapkan Kurikulum Merdeka, tidak semua guru memiliki kemampuan IT, dan kendala implementasi Kurikulum Merdeka adalah karena kurang stabilnya akses internet khususnya untuk terkoneksi dengan platform Kurikulum Merdeka.
Persepsi siswa dapat dilihat dari beberapa aspek. Yang pertama adalah meningkatkan motivasi siswa untuk menerapkan kurikulumnya sendiri. Berdasarkan penelitian seorang siswa mengatakan dirinya merasa lebih termotivasi saat belajar karena mampu fokus pada apa yang disukainya dan ingin belajar lebih lanjut. Terdapat hubungan yang sangat erat antara peningkatan motivasi belajar siswa dengan penerapan kurikulum belajar Merdeka.
Kurikulum Merdeka merupakan kebijakan pemerintah yang dirancang untuk melakukan lompatan besar dalam mutu pendidikan. Mengembangkan sumber daya manusia yang berorientasi pada masa depan. Kebebasan belajar mendorong berkembangnya kepribadian jiwa yang Merdeka dan memungkinkan guru dan siswa dengan bebas dan gembira mengeksplorasi pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Dalam pelaksanaan kurikulum merdeka yang memerlukan kolaborasi antara siswa dengan guru menjadikan guru harus memiliki strategi tertentu dalam pembelajaran agar berjalan dengan efektif yang memerdekakan peserta didik. Adapun strategi guru dalam pelaksanaan kurikulum merdeka antara lain guru mengikuti workshop Implementasi Kurikulum Merdeka yang diselenggarakan, guru menggunakan Platform Merdeka Mengajar (PMM), guru menggunakan pembelajaran berbasis proyek dan diskusi kelompok, guru melaksanakan pembelajaran berbasis proyek, guru melaksanakan pembelajaran berbasis diskusi kelompok.
Harapan saya setelah mengetahui faktor-faktor yang dialami dalam masa pembelajaran kurikulum merdeka yaitu adanya peningkatan kualitas pelatihan guru, pengembangan infrastruktur teknologi, peningkatan motivasi dan keterlibatan siswa, adanya kolaborasi yang baik antara guru dan siswa, juga perlu adanya pastisipasi yang tinggi dari lingkungan maupun komunitas sekolah.
Biodata Penulis: