Misteri Apem: 5 Fakta Menarik tentang Tradisi Yaa Qawiyyu di Jatinom yang Jarang Diketahui

Yaa Qawiyyu dimaknai sebagai ritual menjaga keselamatan dan ketentraman yang diwujudkan dalam perilaku ngalap berkah. Kue “Apem” dimaksudkan ...

Sebaran apem merupakan tradisi yang berasal dari Ki Ageng Gribig, yang diwariskan kepada masyarakat Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Tradisi ini disebut Yaa Qowiyyu, yang diadakan setiap bulan Safar dalam penanggalan Jawa. Yaa Qawiyyu merupakan upacara adat yang diadakan setiap Safar berkembang sejak masa Mataram Islam.

Tujuan dari upacara ini untuk mengenang jasa besar Ki Ageng Gribig, sebagai salah seorang pendakwah Islam di Jatinom Klaten pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyokrokusumo. Keunikan ritual Yaa Qawiyyu terletak pada pertunjukan “apem” pada upacara puncaknya, yaitu mengelilingi kue yang terbuat dari tepung beras dengan potongan kelapa di tengahnya.

Tradisi ini juga dikenal dengan sebutan Saparan. Nama Yaa Qawiyyu berasal dari penyingkatan bacaan doa bagian akhir dalam bahasa Arab sebelum apem dibagikan. Ciri khas Yaa Qawiyyu adalah penyebaran kue apem kepada ribuan warga yang saling memperebutkannya. Upacara Yaa Qawiyyu dilaksanakan setiap tahun pada hari Jumat antara tanggal 12–18 Safar. Upacara Yaa Qawiyyu dilaksanakan di kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig, Masjid Gedhe Jatinom, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten.

Tradisi Yaa Qawiyyu di Jatinom

Yaa Qawiyyu dimaknai sebagai ritual menjaga keselamatan dan ketentraman yang diwujudkan dalam perilaku ngalap berkah. Kue “Apem” dimaksudkan sebagai alat untuk mewujudkan permintaan mereka. Namun, di sisi lain Yaa Qawiyyu juga dijadikan strategi dakwah untuk menyebarkan agama Islam. Pada titik ini, Yaa Qawiyyu juga bisa diartikan sebagai komoditas wisata yang bisa dijual. Berikut 5 fakta unik tradisi Yaa Qawiyyu sebaran apem di Jatinom:

1. Selama Acara Yaa Qawiyyu, Sekolah-Sekolah di Jatinom Masuk Setengah Hari

Acara Yaa Qawiyyu di laksanakan selama satu minggu, di mulai selama seminggu dari hari kamis hingga kamis yang akan datang. Acara tersebut dimulai pukul 1 siang hingga pukul 5 sore, yang menyebabkan seluruh sekolah di Jatinom masuk setengah hari.

2. Ambuka Songsong Winadi Eyang Kiai Ageng Gribig

Ambuka Songsong Winadi Eyang Kiai Ageng Gribig atau upacara mapak 1 safar dilakukan 1 minggu sebelum dilakukannya upacara sebaran apem. Acara tersebut dilakukan dengan berjalan mengelilingi area komplek makam Ki Ageng Gribig di malam hari sambil membawa obor dan memakai beskap. Dilanjutkan upacara mapak dengan simbolis membuka payung dan memukul kentongan pertanda telah memasuki bulan sapar.

3. Diselenggarakan Karnaval Budaya Selama 1 Minggu

Karnaval tersebut dibuka dengan pemotongan pita dilanjutkan dengan khataman Al Qur’an di malam hari. Pada hari selanjutnya selama 1 minggu di isi dengan karnaval budaya mulai dari drum band, ondel-ondel, reog, gejog lesung, pawai bela diri dan diakhiri dengan arak-arakan gunungan apem.

4. Setor Apem Ganjil Genap

Pada h-1 puncak acara memiliki tradisi setor apem yang diserahkan kepada panitia yang berada di tempat sebaran apem lapangan klampeyan. Apabila ada orang tua yang sudah memiliki anak namun belum menikahkan anaknya, harus menyetorkan apem dengan jumlah ganjil dan apabila ada orang tua yang sudah memiliki anak lalu anaknya sudah ada yang menikah maka harus menyetorkan apem dengan jumlah genap.

5. Apem Dipercaya Membawa Berkah

Saat puncak acara ketika apem di sebar dan orang yang mendapatkan apem tersebut, ada beberapa kepercayaan antara lain: Ketika ada petani yang mendapatkan apem dan apem di kubur di sawah mereka percaya bahwa hasil panen akan melimpah karena membuat tanah menjadi subur, apabila seseorang itu belum mendapatkan jodoh maka dipercaya akan segera mendapatkan jodoh, apabila seseorang mendapatkan apem dan di letakkan di atas pintu depan rumahnya dipercaya akan menjadi tolak bala.

Itulah 5 fakta unik tradisi Yaa Qawiyyu sebaran apem di Jatinom yang belum banyak orang ketahui. Sebagai informasi, tradisi Yaa Qawiyyu telah berlangsung sejak abad ke-16 yang diprakarsai oleh ulama besar Kiai Ageng Gribig, yang menyebarkan agama Islam di wilayah Jatinom. Karena tradisi sebaran apem ini hanya ada 1 tahun sekali membuat daerah sekitar tempat tinggal saya sangat macet dari pembukaan hingga puncak acara dan kurangnya koordinasi antara petugas dan masyarakat setempat.

Acara puncak Yaa Qawiyyu atau sebaran apem ini sangat menarik perhatian banyak orang dari berbagai daerah baik di daerah Jatinom sendiri dan bahkan banyak dari luar daerah Jatinom. Kemungkinan ada sekitar sepuluh ribu orang yang sangat antusias hadir pada puncak acara tersebut. Kue apem yang disebar tidak sedikit mencapai ribuan atau sekitar 5ton lebih apem yang merupakan hasil sumbangsih masyarakat dari sekitar wilayah Jatinom untuk memeriahkan kegiatan sebar apem Yaa Qawiyyu tersebut.

Selain menjadi wujud dalam melestarikan budaya leluhur, kegiatan sebaran apem Yaa Qawiyyu juga telah mampu mendorong bergeraknya kembali perekonomian masyarakat lokal di Jatinom. Hal tersebut diantaranya terlihat dari tingginya lonjakan permintaan kue apem dari para wisatawan yang hadir menjadikan bisnis berjualan kue apem untuk dijajakan dan banyak warga yang menjadikan halaman rumah mereka menjadi lahan parkir kendaraan para wisatawan.

Zahra Agnesa Rahmadanti

Biodata Penulis:

Zahra Agnesa Rahmadanti, lahir pada tanggal 8 Februari 2006 di Klaten, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta, jurusan Keperawatan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.