Erupsi Gunung Merapi: Dampak dan Respons Warga Sekitarnya

Gunung Merapi memiliki periode letusan jangka pendek setiap 4-5 tahun dan jaga panjang setiap 10-15 tahun, jarak luncur awan panas rata-rata ...

Gunung Merapi adalah gunung berapi di bagian tengah pulau Jawa dan merupakan salah satu gunung api teraktif di Indonesia. Gunung Merapi terletak di 4 wilayah kabupaten Sleman, Klaten, Magelang dan Boyolali. Erupsi Gunung Merapi adalah suatu proses pelepasan material dari gunung berapi ke permukaan bumi. Erupsi Gunung Merapi relatif tercatat secara berkala. Dari catatan tersebut terlihat bahwa Gunung Merapi rata-rata aktif bererupsi.

Gunung Merapi memiliki periode letusan jangka pendek setiap 4-5 tahun dan jaga panjang setiap 10-15 tahun, jarak luncur awan panas rata-rata sekitar 4-15km. Dalam sejarah, evolusi vulkanik Merapi diawali dengan pertumbuhan kubah lava yang kemudian longsor membentuk awan panas atau lebih dikenal dengan sebutan wedhus gembel.

Erupsi Gunung Merapi

Pada bulan Oktober 2010 tercatat sebagai erupsi besar pertama setelah 80 tahun sejak tahun 1930. Erupsi merapi mengeluarkan awan panas sejauh 8km. Hujan abu menyebar ke Kebumen, Banyumas, Cilacap dan Ciamis. Erupsi yang terjadi pada 26 Oktober Iki menewaskan 332 jiwa termasuk juru kunci Merapi (Mbah Marijan), korban luka luka sebanyak 1.705 Jiwa, 69.533 mengungsi dan 2.447 rumah rusak.

Pada bulan Mei 2018 terjadi letusan yang mengeluarkan gas dan asap dengan tinggi kolom abu mencapai 5.500 dari puncak gunung pada tanggal 11 Mei, hujan abu terjadi di wilayah Yogyakarta. Kemudian pada tanggal 21 Mei terjadi letusan lagi dengan tinggi kolom 1.200 m. Letusan ini mengubah karakter erupsi merapi pasca letusan tahun 2010. Hal ini terjadi karena kawah tidak lagi ditutupi kubah.

Pada akhir bulan Januari hingga awal Februari 2019 Gunung Merapi mengeluarkan awan panas guguran dengan jarak luncur 2 kilometer ke arah hulu (kali gendol) kabupaten Sleman. 

Pada bulan Maret 2020 Gunung Merapi erupsi mengeluarkan awan panas diikuti hujan abu bercampur pasir.

Pada 4 Januari 2021 aktivitas Merapi meningkat dengan mengeluarkan awan panas dan guguran lava pijar. Selain itu, Gunung Merapi juga mengalami pertumbuhan kubah lava baru. Fenomena ini menandakan dimulainya fase erupsi Gunung Merapi.

Pada tahun 2024 Gunung Merapi sering erupsi dan yang saya ketahui erupsi terakhir terjadi pada 9 September hingga 12 September 2024. Pada tanggal 9 September terjadi guguran awan panas dengan amplitudo 69mm dengan estimasi jarak luncur 1.500. Pada tanggal 12 September juga terjadi guguran awan panas dengan amplitudo 63mm dengan estimasi 1.200 m. Visual Gunung Merapi berkabut. Kini Gunung Merapi berada tingkat aktivitas siaga level 3 sejak tahun 2021.

Akhir-akhir ini ketika merapi mengeluarkan lava, daerah lereng Merapi mengalami perubahan suhu yang awalnya dingin menjadi panas, ketiak merapi erupsi sudah tidak terasa terjadi gempa, hanya suara bergemuruh. warga sekitar lereng merapi tetap tenang dan melakukan aktivitas seperti biasa. Aktifitas warga merapi biasanya hanya pergi ke ladang untuk menanam sayuran atau menyiram sayuran, selain itu juga mencari makanan untuk hewan ternak.

Ada tanda-tanda Gunung Merapi akan erupsi yaitu:

  1. Peningkatan suhu di sekitar Gunung Merapi.
  2. Tumbuhan di sekitar gunung banyak yang mati atau layu.
  3. Hewan hewan di sekitar gunung berimigrasi.
  4. Keluarnya asap dari kawah.
  5. Gempa lokal atau gempa vulkanik.
  6. Keluarnya material vulkanik seperti lava atau abu.

Ketika merapi erupsi dan terjadi hujan abu vulkanik warga lereng merapi akan merasakan kerugian tapi juga merasakan keuntungan. Kerugiannya adalah pakan untuk hewan ternak akan kotor dan tidak baik dikonsumsi untuk hewan ternak. Selain itu, warga juga susah untuk keluar rumah. Keuntungannya adalah dapat meningkatkan kesuburan tanah karena sebagian besar warga merapi adalah seorang petani, jadi mereka dapat memanfaatkan abu vulkanik untuk menanam tumbuhan karena tanah yang terkena abu vulkanik dapat menyuburkan tanah.

Manfaat abu vulkanik yaitu dapat meningkatkan kesuburan tanah karena abu vulkanik yang dikeluarkan saat erupsi mengandung unsur hara yang dapat menyuburkan tanah. Endapan vulkanik juga mengandung unsur magnesium dan kalium yang baik untuk pertanian. Selain itu manfaat Gunung Merapi yaitu dapat menghasilkan mata air yang bisa digunakan untuk pertanian, peternakan, dan kebutuhan hidup lainnya.

Akhir-akhir ini ketika merapi mengeluarkan lava, daerah lereng Merapi mengalami perubahan suhu yang tadinya dingin menjadi panas, ketika mengeluarkan lava saat ini sudah tidak terasa terjadi gempa hanya syarah bergemuruh. Tetapi warga tetap tenang dan melakukan aktivitas seperti biasanya. 

Wisata-wisata di lereng Merapi juga masih banyak yang buka. Wisata di daerah Seleman tepatnya di Kaliurang masih banyak wisatawan yang berkunjung. Ada beberapa tempat wisata yang pemandangannya langsung Gunung Merapi. Selain itu, tambang pasir juga masih aktif beroprasi mengali tampang.

Ada beberapa mitos tentang Gunung Merapi yang dipercaya oleh masyarakat sekitar. Salah satunya adalah mitos Mbah Petruk yang muncul tiap kali Gunung Merapi menunjukkan peningkatan aktivitas. Mbah Petruk seperti memberi peringatan bahaya jika Gunung Merapi akan punya hajat atau sedang 'Nduwe Gawe'. Menurut cerita rakyat, kemunculan Mbah Petruk akan ditandai dengan suara seperti terompet yang menggambarkan suara dari aktivitas Gunung Merapi.

Merapi juga masih memiliki juru kunci, karena Gunung Merapi sangat disakralkan, kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat memiliki juru kunci yang bertugas menjaga gunung dan melindungi masyarakat yang tinggal di bawahnya. Seorang abdi dalem keraton Ngayogyakarta ditunjuk langsung oleh sultan. Juru kunci Gunung Merapi saat ini adalah mas Bekel Anom Suraksosihono, atau Mas Asih yang mengantikan ayahnya Mbah Marijan yang meninggal pada erupsi 2010.

Intan Dewi Marwanti

Biodata Penulis:

Intan Dewi Marwanti, lahir pada tanggal 17 Desember 2005, saat ini aktif sebagai mahasiswi di Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta,  jurusan Keperawatan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.