Demam K-Pop, Ancaman Lunturnya Budaya Indonesia

K-Pop mendapatkan popularitas di Indonesia pada awal tahun 2000-an, terutama melalui drama Korea seperti "Winter Sonata" dan "Endless Love" yang ...

Fenomena globalisasi yang mendunia dapat memengaruhi kehidupan manusia di berbagai aspek, salah satunya yaitu aspek budaya yang menyebabkan lunturnya budaya suatu daerah bahkan negara akibat masuknya budaya asing. Masuknya budaya asing yang kemudian banyak terkenal di Indonesia adalah Budaya Korea mulai dari musik, drama, film, fashion, kosmetik hingga makanan. Tidak hanya di Indonesia saja, Budaya Korea pun kini sudah meluas di belahan dunia.

Korean Pop atau biasa disebut dengan K-pop merupakan budaya musik dari Korea Selatan yang biasa dibawakan oleh laki-laki atau perempuan dalam sebuah grup, masing-masing grup memiliki jumlah anggota yang berbeda. Para pecinta K-pop atau biasa disebut sebagai K-popers tentunya sudah tidak asing lagi dengan istilah K-pop ini. Bahkan tak jarang para K-popers mempunyai idol K-pop pada grub masing-masing.

Demam K-Pop, Ancaman Lunturnya Budaya Indonesia

K-Pop mendapatkan popularitas di Indonesia pada awal tahun 2000-an, terutama melalui drama Korea seperti "Winter Sonata" dan "Endless Love" yang ditayangkan di televisi Indonesia. Bahkan lagu dari drama tersebut yang menjadikan akses untuk menarik perhatian pemirsa Indonesia untuk menyukai musik dari Korea. Sampai sekarang K-Pop telah berkembang pesat di Indonesia, hingga saat ini kita dapat melihat idol-idol dari Korea melalui platform digital seperti Instagram, TikTok, YouTube, Twitter bahkan dapat melalui konser, fan meeting serta merchandise yang diadakan di Indonesia dapat membuka akses bagi anak muda Indonesia untuk menyukai idol-idol K-Pop dan budaya Korea. Bukan hanya itu saja yang populer, tetapi juga makanan, gaya fashion, kosmetik bahkan banyak budaya Korea yang masuk ke Indonesia dan menjadi kekhawatiran dapat merusak nilai-nilai budaya bangsa. 

Perkembangan budaya Korea di Indonesia menjadi banyak perbincangan dari berbagai kalangan, hal tersebut dikarenakan banyak budaya Iokal yang ditinggalkan oleh anak muda Indonesia dan lebih memilih untuk mengikuti trend Korea karena dianggap lebih kekinian. Sebagian generasi muda menganggap budaya Indonesia sudah "kuno" karena tidak adanya inovasi pada budaya tradisional. Di sisi lain, budaya Korea dikemas secara modern dan dinamis. Akibatnya, budaya lokal mungkin tampak kurang menarik bagi sebagian anak muda. Pendidikan dan media di Indonesia terkadang gagal menyoroti kekayaan budaya lokal dengan cara yang menarik. Akibatnya, banyak generasi muda yang belum terlalu mengenal keberagaman budaya Indonesia, dan sedikitnya inspirasi atau minat untuk mencintai budaya Indonesia di kalangan generasi muda. Gaya hidup Korea yang diusung dalam K-drama dan fashion idola K-Pop kerap menjadi tren dan banyak ditiru oleh anak muda. Hal ini dapat mengakibatkan perubahan gaya hidup generasi muda dalam berpenampilan dan berperilaku yang belum tentu sesuai dengan norma budaya Iokal, seperti standar pakaian yang menjadi lebih terbuka dan kurang sopan untuk dikenakan di Indonesia serta dapat merusak citra budaya setempat.

Fenomena ini tidak selamanya buruk, karena dampak globalisasi juga bisa menjadi ajang untuk mempromosikan budaya Indonesia ke tingkat internasional. Budaya lokal perlu untuk dilestarikan, namun tanpa keragaman budaya untuk berinteraksi kita akan kehilangan peluang untuk memperkaya diri dan melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Adapun untuk menyeimbangkan antara budaya asing di Indonesia dan budaya lokal perlu adanya inovasi dalam memperkenalkan budaya lokal melalui media sosial.

Biodata Penulis:

Munaeroh saat ini aktif sebagai mahasiswi, Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, di UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.