Dampak Negatif Body Shaming di Aplikasi TikTok terhadap Kesehatan Mental Pengguna

Body shaming yang ada di TikTok sekarang ini menjadi masalah serius yang membuat kesehatan mental menjadi terganggu terutama remaja yang masih ...

TikTok menjadi platform yang disukai oleh banyak orang, tidak hanya remaja tetapi juga anak kecil dan orang tua juga banyak yang menyukainya. Dalam platform ini berisi berbagai tren dan konten-konten kecantikan. Para pengguna TikTok khususnya konten kreator didukung untuk berimajinasi dan bebas mengeluarkan kreativitas membuat konten di TikTok. Akan tetapi, di balik konten-konten tersebut banyak mengundang komentar-komentar netizen mengenai penampilan dan fisik yang disebut dengan body shaming. Body shaming bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung, seperti di media sosial. Perlakuan ini sangat berbahaya karena dapat menimbulkan dampak negatif yang mengarah pada kesehatan mental.

Body shaming yang ada di TikTok sekarang ini menjadi masalah serius yang membuat kesehatan mental menjadi terganggu terutama remaja yang masih rentan terhadap komentar negatif. Banyak yang mengomentari mengenai tubuh mereka seperti, “eh kok kulitnya hitam” ataupun dengan sebutan aura maghrib atau “kok badannya gendut banget”. Komentar terkait warna kulit itulah yang membuat mereka tidak percaya diri. Beberapa orang mengomentari buruk terhadap orang lain yaitu berawal dari rasa tidak suka. Dampaknya tidak hanya membuat sakit hati, tetapi juga pada kesehatan mentalnya.

Dampak Negatif Body Shaming
sumber: gemilangsehat.org

Masyarakat menganggap bahwa standar kecantikan di Indonesia itu harus putih. Mereka akhirnya tidak percaya diri, itulah yang menghalangi mereka untuk menemukan potensi mereka untuk mencapai apa yang mereka impikan. Karena pada dasarnya warna kulit didasarkan pada gen. Salah satu alasan orang melakukan body shaming di TikTok yaitu karena melihat berat badan yang gendut maupun kurus. Komentar negatif kepada orang gendut biasanya orang-orang berasumsi jika badannya kurus pasti lebih cantik dan sebaliknya jika orang kurus, mereka berasumsi bahwa orang tersebut jarang makan.

Setiap orang memiliki bentuk tubuh yang berbeda dan itu merupakan sesuatu yang wajar. Tidak ada standar kecantikan yang berlaku bagi perempuan, semua perempuan itu cantik, dan menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik. Lebih baik fokus pada kesehatan tubuh dari pada penampilan fisik semata. Kita perlu belajar untuk menghargai perbedaan dan menghentikan kebiasaan body shaming, baik pada diri kita sendiri maupun orang lain. Peran orang tua juga sangat penting untuk mendampingi anak-anaknya dalam bermedia sosial.

Untuk mengurangi dampak komentar body shaming, perlu meningkatkan edukasi tentang pentingnya mencintai diri sendiri, menerima perbedaan bentuk tubuh, dan tidak membandingkan diri sendiri dengan orang lain.

TikTok harus membuat prosedur untuk mengurangi penyebaran konten negatif untuk melindungi privasi pengguna, bekerja sama dengan ahli kesehatan mental untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk mengatasi body shaming, dan TikTok juga perlu mempromosikan konten positif untuk mendukung body positivity.

Dampak Negatif Body Shaming di Aplikasi TikTok
sumber: talentaindonesia.id

Body positivity di TikTok adalah gerakan yang bertujuan untuk mempromosikan penerimaan diri terhadap segala bentuk tubuh atau penampilan fisik tanpa merasa tertekan oleh standar kecantikan yang tidak realistis. Melalui platform ini, pengguna berbagi cerita, tips, dan inspirasi tentang kecintaan diri, tanpa memandang bentuk tubuh dan warna kulit. Banyak konten kreator TikTok yang membuat video edukatif tentang body positivity. Mereka mengajarkan pentingnya mencintai diri sendiri, menghapus standar kecantikan yang tidak realistis, dan memberi tahu pengguna untuk lebih percaya diri.

@rilivapp Kalau menurut kamu gimana? #psychology #psychologyfacts #samasamabelajar #berbagifakta #bodypositivity #foryoupage #fyp ♬ Pakee aja punya valdy - Valdybrew

Membandingkan diri sendiri dengan orang lain membuat rasa percaya diri menjadi tidak aman karena media sosial dan budaya yang populer sering kali menampilkan standar kecantikan yang tidak realistis, hal itu yang membuat diri sendiri merasa kurang dan berusaha mencapai standar tersebut. Body shaming membuat kita merasa tidak cukup, kemudian mencari kekurangan orang lain yang di nilai lebih buruk untuk merasa dirinya lebih baik.

Merasa tidak percaya diri dan sering membandingkan diri dengan orang lain merupakan pandangan yang sangat umum yang sering dialami oleh korban body shaming. Namun, kita berhak untuk merasa lebih baik dan mencintai diri sendiri. Kita sulit mencintai diri sendiri karena merasa bahwa kita tidak layak dan merasa tidak cukup baik. Oleh karena itu, kita bisa mencintai diri sendiri dengan cara fokus pada kelebihan diri sendiri bukan pada kekurangan yang kita miliki, berada pada lingkungan yang positif, dan melakukan aktivitas yang membuat kita bahagia.

Body positivity adalah cara yang bagus untuk memupuk cinta diri dan menghargai berbagai bentuk tubuh. Namun, body shaming seringkali menjadi masalah di media sosial. Menerapakan body positivity di TikTok, kita dapat membuat konten yang membicarakan pentingnya kesehatan mental dan bagaimana cara untuk meningkatkan penerimaan diri sendiri. Untuk menghindari komentar negatif kita dapat memanfaatkan fitur TikTok seperti memblokir kata-kata kasar, menghapus pengikut yang menyebarkan body shaming, dan melaporkan konten yang melanggar pedoman komunitas.

Zahra Eka Firdayanti

Biodata Penulis:

Zahra Eka Firdayanti, lahir pada tanggal 23 April 2005 di Blora, saat ini aktif sebagai mahasiswa, jurusan Perbankan Syariah, di UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.