Bullying di Sekolah: Tanggung Jawab Siapa?

Melirik berbagai pihak yang terlibat dalam kasus bullying. Siapakah yang harus bertanggung jawab atas bullying yang saat ini kian merajalela di ...

Pada zaman sekarang, siapa sih yang tidak tahu mengenai bullying. Bullying pada zaman ini tampak sudah menjadi hal yang lumrah. Apalagi, maraknya degradasi moral kaum muda saat ini membuat kebanyakan dari kita menormalisasikan bullying, terutama di lingkungan sekolah, padahal sekolah merupakan titik penting anak-anak untuk mencari jati diri mereka yang menjadi bekal di masa dewasa. Karena pada dasarnya bullying bukan hanya sekadar lelucon anak kecil tetapi dapat meninggalkan bekas yang mendalam bagi korban. Bahkan dampak jangka panjangnya dapat berpengaruh ke cara mereka melihat lingkungan sekitar dan diri sendiri.

Sebut saja Inem, siswa SMA di sekolah swasta yang cukup ternama. Inem merupakan seorang anak yang jarang bergaul dengan lingkungan sekitar, terutama mengingat Inem memiliki riwayat penyakit Inkontinensia Urin atau sumbatan saluran kemih yang menyebabkan Inem kesulitan menahan buang air kecil. Karena penyakit itu, beberapa dari teman-teman menganggap Inem memiliki bau yang kurang sedap sehingga Inem dijauhi oleh sebagian orang. Situasi seperti ini sebenarnya dapat diatasi dengan baik, sebagai contoh dengan komunikasi dua arah bersama Inem, sehingga Inem dapat mengintrospeksi dirinya lagi. Namun, kurangnya pemahaman dari teman-teman justru membuat Inem semakin tertutup dan mungkin semakin merasa terisolasi.

Bullying di Sekolah, Tanggung Jawab Siapa

Inem adalah salah satu contoh nyata dari dampak bullying yang terjadi di lingkungan sekolah. Pada kasus-kasus bullying, kita dapat menyoroti tiga tokoh yaitu pelaku, korban, dan lingkungan (rumah maupun sekolah). Pertama, pelaku bullying. Pelaku bullying sering kali merasa lebih kuat ketika mereka menindas, dan mengolok orang yang lebih lemah. Tetapi, apakah mereka menyadari dampak buruk dari perbuatan mereka? Apa yang membuat mereka melakukan bullying? Kedua, korban bullying. Korban bullying sering kali merasa tidak berani untuk untuk melapor dan tidak tahu harus berbuat apa karena mereka pasti mendapat tekanan dari bullying. Ketiga, lingkungan. Sering kali lingkungan menjadi saksi atau bahkan kita dapat menjadi pelaku secara tidak langsung jika kita tidak mengambil sikap atas bullying yang kita saksikan.

Melirik berbagai pihak yang terlibat dalam kasus bullying. Siapakah yang harus bertanggung jawab atas bullying yang saat ini kian merajalela di lingkungan Pendidikan? Apakah hanya pelaku yang perlu disalahkan atau ada faktor lain yang membuat pelaku berperilaku demikian?

1. Sekolah

Seperti kata pepatah lama yakni “sekolah merupakan rumah kedua siswa,” karena sebagian waktu seorang siswa dalam satu hari dihabiskan di sekolah. Jadi, sekolah merupakan lingkungan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Sehingga maraknya kasus bullying di lingkungan penting seperti ini sangat tidak elok.

Maka dari itu, lembaga sekolah sudah sepatutnya meninjau ulang kasus bullying di lingkungan mereka. Bukannya malah menutup mata dan pura-pura tidak tahu, karena sejatinya bullying, bagi pelaku maupun korban, sangat mengganggu proses pembelajaran. Upaya-upaya seperti penyediaan konsultasi, perlindungan kepada korban maupun saksi, sehingga korban atau saksi tidak takut untuk melapor kepada pihak yang berwenang, serta memberikan kebijakan dan konsekuensi yang tepat atau rehabilitasi sehingga pelaku tidak lagi mengulangi perbuatannya.

2. Keluarga

Keluarga adalah orang-orang terdekat yang memiliki ikatan darah dengan kita. Keluarga memilki peran penting bagi setiap orang, karena keluarga merupakan lingkungan belajar pertama dan paling dasar seseorang sehingga keluarga sangat memengaruhi bagaimana kita berperilaku di luar rumah.

Nah, karena hal semacam itu, dapat disimpulkan bahwa penanaman adab atau karakter yang baik sejak dini merupakan hal yang sangat penting. Karena pada dasarnya, seorang anak hanya meniru dan menyerap apa yang dia lihat, sebab seorang anak belum dapat mengklasifikasikan mana perilaku yang baik dan buruk.

Selain itu, searah dengan tumbuh kembang seorang anak. Orang tua perlu untuk handling atau memantau anak tiap hari, bisa dengan komunikasi dua arah serta pemantauan di lingkungan sekolah dengan kolaborasi bersama guru. Karena sebenarnya, pemegang titik penting pencegahan bullying ada pada keluarga terutama orang tua.

3. Lingkungan

Lingkungan di sini dapat bermaksud lingkungan di rumah maupun lingkungan di sekolah. Keduanya memiliki dampak yang sama. Namun, pada kasus ini, lingkungan yang dimaksud lebih linier dengan lingkungan sekolah sehingga kita akan membahas lebih jauh mengenai lingkungan sekolah.

Lingkungan sekolah memainkan peran yang tidak kalah penting. Sebagai teman maupun pengamat dari jauh, kita juga memilki tanggung jawab untuk mengentikan perilaku bullying.

Walaupun sering kali kita berpikir bahwa kita tidak terlibat langsung dalam bullying tersebut. Namun, dengan diam saja, kita bisa memberi pelaku ruang dan waktu untuk melakukan bullying. Alih-alih diam, kita dapat menjadi pendukung aktif dengan membantu korban atau melaporkan kejadian kepada pihak yang berwenang.

Pada akhirnya, bullying bukan hanya tentang siapa yang salah dan benar. Tapi, bagaimana kita, sebagai lingkungan dapat turut serta menjadi bagian dari solusi. Apakah kita hanya ingin diam menjadi pengamat atau justru menjadi teman yang ikut membantu. Karena seharusnya sekolah dapat menjadi tempat yang aman bagi semua orang.

Andai kita bisa lebih peduli, kita bisa membantu mencegah bullying di lingkungan kita. Karena, setiap perbuatan itu akan kembali kepada orang yang melakukannya. Jadi, jangan lupa menyebarkan kebaikan.

Biodata Penulis:

Dina Hamala Nur Rosyidah lahir pada tanggal 1 September 2005.

© Sepenuhnya. All rights reserved.