Tinggal di kos adalah pilihan banyak orang, terutama mahasiswa atau pekerja yang merantau jauh dari rumah. Kebanyakan orang mengira tinggal di kos adalah sebuah petualangan baru, pengalaman yang menyenangkan, penuh kebebasan, kesempatan untuk hidup mandiri, dan bertemu banyak orang dengan latar belakang yang berbeda. Namun, semua pengalaman tidak selalu berjalan mulus. Terkadang, kita harus berhadapan dengan kenyataan pahit seperti tinggal bersama penghuni yang toxic. Perilaku toxic bisa berupa tindakan atau ucapan yang secara sengaja maupun tidak sengaja dapat menyakiti, mengintimidasi, atau membuat orang lain tidak nyaman. Tinggal Bersama orang yang toxic dapat berdampak buruk pada kesehatan mental kita. Seperti stres, kecemasan, hingga depresi.
Berdasarkan pengalaman pribadiku, tinggal di kos dengan penghuni toxic adalah sebuah pelajaran berharga yang tidak dapat dilupakan. Awalnya ketika survei berjalan baik, namun semakin lama ada saja kelakuannya seperti suka menggosip, jorok, membuat circle sendiri, dan berisik setiap saat. Aku berpikir itu sebuah adaptasi, tetapi sampai sekarang juga tidak ada perubahan. Perbedaan culture juga bisa saja mempengaruhi hal tersebut.
Buat kalian yang sedang merasakan hal yang sama dengan diriku, aku punya tipsnya nih agar kalian dapat bertahan hidup di kos dengan penghuni yang toxic. Berikut adalah 5 tips dan strategi menghadapi ketidaknyamanan tinggal di kos dengan penghuni toxic. Simak dengan baik artikel berikut ini!
1. Menjaga Jarak dan Batasan
Penghuni kos yang toxic sering kali menguras energi mental melalui perilakunya yang tidak menyenangkan. Mereka cenderung tidak memahami atau bahkan sengaja mengabaikan batasan orang lain. Langkah pertama yang harus kita ambil ketika berhadapan dengan penghuni yang toxic adalah menjaga jarak antara diri kita dengan mereka. Batasi interaksi yang tidak penting dengan orang-orang tersebut.
Hal ini penting untuk melindungi diri dari perilaku negatif mereka. Jangan ragu untuk menolak ajakan atau pembicaraan yang dapat merusak mood. Namun, ingatlah kita juga harus tetap berperilaku sopan kepada mereka dan jangan terbawa emosi.
2. Fokus pada Hal Positif
Lingkungan yang toxic dan tidak sesuai dengan diri kita dapat membuat suasana hati memburuk, sehingga penting bagi kita untuk tetap fokus pada hal-hal yang positif. Buatlah ruang pribadi untuk menciptakan emosional yang baik agar kita tidak stres. Kamu bisa menghias kamar dengan benda-benda yang kamu sukai dan membuatmu nyaman, seperti bunga, lampu, dekorasi, poster motivasi, atau bisa juga menambahkan aroma terapi. Lingkungan yang nyaman akan membantu kamu merasa lebih baik meskipun ada tekanan dari luar.
Selain itu, lakukanlah aktivitas yang dapat membantu meredakan stres, seperti menulis, membaca, olahraga, mendengarkan musik, dan menonton drama kesukaanmu. Kamu juga bisa menghabiskan waktu di luar kos jika hal tersebut memungkinkan, seperti kafe, taman, atau tempat umum lainnya. Dengan begitu, kamu bisa mengurangi rasa tidak nyaman sekaligus dapat mengisi kembali energi positif.
3. Mencari Dukungan dari Luar Kos
Ketika berada di situasi yang sulit, penting untuk kita memiliki dukungan dari luar. Jangan ragu untuk berbicara dengan teman, keluarga, atau bisa juga dengan penghuni kos lain yang kamu percaya. Dengan berbagi cerita dan keluh kesah tentang apa yang kamu alami dapat membuat dirimu merasa lega sehingga bisa mengurangi sedikit bebanmu.
Dukungan dari orang lain dapat memberikan perspektif baru, nasihat, atau sekedar membuat diri kita lebih baik. Maka dari itu, aku tetap berteman dengan penghuni lain yang dapat dipercaya. Hal tersebut dapat mengurangi stres berlebihan dan ketika mengalami kesulitan, aku masih punya teman untuk saling membantu.
4. Komunikasikan Hal Tersebut dengan Pemilik Kos
Jika masalah ini terus berjalan dan penghuni toxic tersebut tidak ada perubahan, kamu bisa mempertimbangkan hal ini untuk melapor kepada pemilik kos. Pemilik kos memiliki hak untuk menegakkan aturan dan memberi sanksi jika diperlukan. Contoh menyampaikan masalah penghuni yang toxic kepada pemilik kos:
“Selamat pagi, Pak/Bu. Saya ingin membahas masalah yang saya hadapi di kos ini. Ada penghuni yang sering kali berisik di malam hari, yang mengganggu waktu istirahat saya dan beberapa penghuni lainnya. Saya sudah mencoba berbicara langsung, tapi sepertinya tidak ada perubahan. Apakah mungkin kita bisa menetapkan aturan tentang jam tenang atau bagaimana caranya agar semua penghuni bisa lebih nyaman? Saya sangat menghargai jika Bapak/Ibu bisa membantu mencari solusinya. Terima kasih banyak atas waktu dan perhatiannya.”
Dengan cara ini, mungkin pemilik kos bisa merespons secara positif dan mencari jalan keluar agar lingkungan kos menjadi nyaman. Namun, sebelum itu pastikan kamu sudah mencoba untuk menyelesaikan masalah ini secara mandiri terlebih dahulu tanpa melibatkan pemilik kos. Selesaikan masalah ini dengan baik dan secara dewasa.
5. Pertimbangkan untuk Pindah Kos
Untuk tips terakhirnya adalah pertimbangan untuk pindah kos. Jika kamu sudah berusaha namun tetap saja merasa tidak nyaman dan situasi semakin memburuk, mungkin ini saatnya untuk mempertimbangkan opsi untuk pindah kos ke tempat lain. Memang keputusan ini tidak mudah, terutama jika terkendala finansial. Namun, demi kenyamanan diri dan kesehatan mental, ini bisa menjadi solusi yang baik. Saat memilih kos yang baru, lakukan observasi secara langsung terlebih dahulu mengenai lingkungan sosial, aturan yang diterapkan, dan bagaimana sikap penghuni lain. Lingkungan yang baik dapat memberikan dampak besar pada kualitas hidupmu sehari-hari.
Menghadapi penghuni kos yang toxic memang tidak mudah. Penting untuk diingat bahwa kita tidak sendiri. Banyak orang yang pernah mengalami situasi seperti ini. Dengan menerapkan tips-tips di atas, kita dapat mengatasi lingkungan kos yang toxic dan menciptakan lingkungan yang sehat serta positif. Jangan ragu untuk mencari bantuan jika dibutuhkan. Ingat, kamu berhak merasa aman dan nyaman di lingkungan kos. Jangan biarkan toxic people merusak kesejahteraan hidupmu.
Biodata Penulis:
Amelia Fristia Arimbi, lahir pada tanggal 15 Mei 2006 di Magetan, saat ini aktif sebagai mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surakarta.