Batik memang diidentikkan sebagai kain tradisional nusantara, yang juga dijadikan sebagai pakaian resmi Indonesia. Pada saat ini batik sudah mengalami metamorfosa baru, bukan lagi hanya sebagai bentuk kain yang digambar dan turun-menurun, akan tetapi batik merupakan ungkapan karya seni dengan berbagai bentuk motif dan medianya. Salah satunya adalah berbentuk kerajinan yang banyak ditemui di berbagai wilayah Indonesia, seperti Pekalongan, Solo, Jogja, Madura, Tasikmalaya, Cirebon, dan lain-lain. Popularitas batik di tingkat lokal, regional, nasional dan bahkan internasional tampaknya kian tak terbendung, setelah para pejabat tinggi negara-negara sahabat para selebriti dunia tertangkap kamera mengenakan baju batik.
Namun sangat disayangkan jika limbah batik dibuang sembarang pada sungai-sungai terdekat. Apalagi fungsi sungai bagi kehidupan manusia sangat banyak dan penting, antara lain pemanfaatan sungai untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, sanitasi lingkungan, pertanian, dan industri. Oleh karena itu, sungai harus dilindungi dan dijaga kelestariannya, ditingkatkan fungsi dan kemanfaatannya, dan dikendalikan dampak negatif terhadap lingkungannya.
Batik menjadi salah satu keunggulan ekonomi yang dimiliki Indonesia yang mampu menembus pasar internasional dengan ciri khas tertentu. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia. Akan tetapi di balik keindahan batik-batik itu, ada permasalahan yaitu limbah batik. Dalam kenyataannya limbah batik memang menjadi persoalan yang masih sulit untuk ditanggulangi, karena setiap produsen batik rumahan, setiap harinya membuang puluhan kubik air yang tercampur obat batik (limbah batik). Dan itu dialirkan ke sungai tanpa proses penyaringan terlebih dahulu, oleh sebab itu sungai-sungai di kawasan sekitar pengrajin batik tersebut menjadi kotor dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Yang lebih parahnya sumur-sumur warga yang bertempat tinggal di bantaran sungai tersebut airnya terkontaminasi oleh limbah batik sehingga warna air sumur berubah menjadi sedikit keruh dan berbau obat.
Semua itu sangatlah berbahaya apabila air yang terkontaminasi limbah batik itu digunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti, mandi, mencuci, serta untuk memasak air. Masyarakat sekitar tampaknya belum sadar akan dampak yang akan dirasakan oleh limbah batik tersebut. Mereka semua hanya berpikir bagaimana membuat batik yang baik dan bagus agar bisa terjual dan laku di pasaran lokal maupun di pasaran mancanegara.
Adapun solusi untuk mengatasi pencemaran limbah batik adalah melakukan remediasi atau membersihkan racun di tanah atau air yang tercemar limbah melalui mikroorganisme maupun lewat tanaman yang bisa menyerap un\sur logam seperti rami dan nilam.
Penulis: Anisa Alaina Kurniawati