Banjir di Musim Peralihan: Waktu yang Tepat untuk Mitigasi Bencana

Akhir-akhir ini banyak terjadi bencana banjir di berbagai wilayah yang mana berdampak bagi kehidupan, seperti halnya banjir di wilayah Singkil, Aceh.

Pada dasarnya, Indonesia ini memiliki dua musim, yaitu musim kemarau (musim kering) dan musim hujan (musim penghujan). Kedua musim ini berlangsung secara bergantian. Umumnya, sebagian wilayah di Indonesia akan mengalami musim hujan pada periode Oktober sampai Maret setiap tahunnya.

Saat ini telah memasuki bulan Oktober, merupakan permulaan pergantian musim yaitu musim hujan. Saat musim hujan terjadi, biasanya di beberapa wilayah terkena bencana alam termasuk banjir. Banjir merupakan bencana alam yang dapat memberikan dampak serius terhadap kehidupan masyarakat secara fisik, sosial, ekonomi, dan mental.

Akhir-akhir ini banyak terjadi bencana banjir di berbagai wilayah yang mana berdampak bagi kehidupan, seperti halnya banjir di wilayah Singkil, Aceh. Menurut data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Singkil, Rabu (16/10/2024), jiwa yang tercatat telah mencapai warga sebanyak 22.557 jiwa. Banjir ini dikarenakan meluapnya air sungai Aceh Singkil dan banjir kiriman dari Kabupaten Aceh Tenggara dan Kota Subulussalam, Aceh, tersebar di 27 Desa atau Kampung di 5 Kecamatan.

Banjir di Singkil, Aceh 2024

Terjadinya banjir pada umumnya dapat disebabkan karena curah hujan yang tinggi; permukaan tanah lebih rendah dibandingkan muka air laut; wilayah terletak pada suatu cekungan yang dikelilingi perbukitan dengan sedikit resapan air; pendirian bangunan di sepanjang bantaran sungai; aliran sungai tidak lancar akibat terhambat oleh sampah; serta kurangnya tutupan lahan di daerah hulu sungai.

Dampak serius setelah terjadi banjir seperti: Pertama, kerusakan infrastruktur dan lingkungan; Banjir dapat merusak jalan, jembatan dan bangunan. Memperbaiki infrastruktur yang rusak juga membutuhkan biaya yang sangat mahal. Banjir juga dapat merusak ekosistem lokal, menghanyutkan tanaman, merusak lahan pertanian, menyebabkan erosi tanah, dan menurunkan kualitas tanah pertanian.

Kedua, dampak sosial; Banjir menyebabkan terganggunya aktivitas masyarakat seperti penangguhan sekolah, penelantaran kerja, dan ketidakmampuan mengakses fasilitas umum. Warga yang terkena dampak banjir sering kali terpaksa meninggalkan rumahnya untuk mencari keselamatan. Dampaknya, jumlah pengungsi meningkat, kepadatan wilayah pengungsian meningkat, dan beban sosial pun meningkat.

Ketiga, dampak ekonomi; Usaha kecil seringkali terkena dampak langsung banjir, termasuk rusaknya barang, rusaknya pabrik dan toko, serta terganggunya distribusi barang dan jasa. Tanaman yang terendam banjir rusak sehingga menimbulkan kerugian besar bagi sektor pertanian yang mengandalkan tanaman semusim. Para petani yang kehilangan hasil panen terpaksa berjuang keras untuk bertahan hidup. Proses pemulihan pasca banjir juga memerlukan investasi yang besar, baik dari pemerintah maupun masyarakat lokal. Serta pengeluaran untuk perbaikan rumah, pembangunan infrastruktur, dan pemulihan ekonomi akan memberikan tekanan pada anggaran.

Keempat, dampak kesehatan; Banjir menciptakan kondisi ideal bagi penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air dan vektor seperti diare, malaria, dan demam berdarah. Sanitasi yang buruk dan kurangnya akses terhadap air bersih memperburuk situasi. Banjir juga menyebabkan berbagai bahaya fisik, mulai dari tenggelam hingga benturan dengan puing-puing konstruksi dan benda berat. Banyaknya kecelakaan juga terkait dengan kondisi jalan yang licin dan buruk.

Dengan itu, upaya dalam mengatisipasi banjir dapat dilakukan dengan mempersiapkan diri menghadapi cuaca ekstrem yang mana dengan pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Orang-orang yang menyadari pentingnya perlindungan lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya dapat membantu mengurangi penyumbatan saluran air dan memperbaiki sistem drainase alami. 

Upaya restorasi dan reboisasi atau biasa disebut penghijauan hutan juga dapat membantu menyerap lebih banyak air hujan dan mengurangi risiko banjir. Persiapan yang tepat membantu mengurangi risiko kerugian baik materi maupun jiwa. Misalnya, dengan melakukan pemeriksaan dan perbaikan infrastruktur yang rentan terhadap banjir, seperti saluran drainase dan bangunan yang rawan longsor, kerusakan bisa diminimalisir.

Persiapan seperti pembangunan bendungan dan penataan ulang permukaan tanah serta membuat saluran air yang baik untuk memperlancar aliran air juga dapat mengurangi dampak banjir di kawasan pemukiman.

Dengan megetahui dampak dan cara mengatasinya, kita harus lebih peduli terhadap lingkungan kita. Ketika terdapat bencana alam banjir di sekitar, kita dapat membantunya dengan penggalangan dana atau bantuan sosial lainnya. Stop membuang sampah sembarangan dan jagalah lingkungan agar bersih selalu.

Biodata Penulis:

Nida Fadhila Safitri, lahir pada 31 Oktober 2005 di Pekalongan, Jawa Tengah. Saat ini sedang menempuh Pendidikan S1 Pendidikan Agama Islam (PAI) di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di Universitas Islam Negeri (UIN) K. H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.

© Sepenuhnya. All rights reserved.