Seperti judul diatas “apakah dengan bersikap bodoamat akan menyelesaikan pembullyan”, sayangnya tidak. Pembullyan bagaikan air cucuran jatuh ke pelimbahan, pembullyan ini seperti penyakit yang menginfeksi sesorang, banyak orang berpikir bahwa membully adalah hal yang keren, justru ini adalah pemikiran paling bodoh. Dengan ini walaupun kita bersikap bodoamat itu tidak berpengaruh apapun terhadap pembullyan, malah jika kita bersikap bodoamat akan memperparah pembullyan karena orang lain akan ikut-ikutan membully kita karena mereka akan berpikir jika kita tidak ikut membully maka akan terlihat berbeda. Jadi mereka ikut-ikutan, hal ini yang membuat bersikap bodoamat tidak akan menyelesaikan pembullyan.
Banyak orang berpikir kalau mereka bisa terhindar dari masalah dengan cuek dan tidak peduli. Tapi, faktanya, ini bisa membuat keadaan semakin rumit. Dengan kita tidak bereaksi, pelaku bully akan ngerasa lebih kuat dan semakin bebas buat ngebully, bahkan dengan tingkat kekerasan yang lebih tinggi. Orang yang tadinya cuma penonton, lama-lama juga bisa kebawa suasana dan akhirnya ikut-ikutan ngebully, biar tidak terlihat beda dari yang lain.
Jadi, bersikap bodoamat bukan solusi. Kita tidak bisa menutup mata dan berharap semuanya bakal baik-baik aja. Sebaliknya, kita justru harus berani melawan pembullyan. Tapi, melawan di sini tidak selalu berarti harus konfrontasi langsung, ya. Bukan berarti kita harus ikut marah-marah atau balas dendam, tapi lebih kepada mengambil sikap tegas dan tidak tinggal diam saat melihat pembullyan terjadi.
Jika kita merasa tidak mau melawan secara langsung atau berbicara secara langsung, ada salah satu cara melawan pembullyan adalah dengan mencari bantuan. Kita bisa lapor ke guru, orang tua, atau siapa pun yang berwenang di situasi tersebut. Dengan melapor, kita bisa mencegah pembullyan makin parah dan sekaligus melindungi diri sendiri atau teman kita yang jadi korban. Tindakan ini tidak hanya membantu mengatasi masalah, tapi juga menunjukkan bahwa pembullyan itu tidak bisa dibiarkan begitu aja.
Jika ada korban yang mengalami pembullyan, maka kita harus berdiri bersama korban agar korban seolah-olah memiliki teman dan bisa kuat untuk melawan pembullyan dan kita juga bisa membantu melaporkan jika korban kesulitan untuk melaporkan atau mungkin saja korban sedang dalam ancaman sehingga korban tidak berani melapor, di sini kita berperan untuk membantu korban melaporkan.
Selain mendukung korban dan melaporkan kejadian, kita juga bisa berperan menjadi agen perubahan di lingkungan kita. Salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah membuat komunitas atau grup yang fokus buat mencegah dan menangani pembullyan. Contohnya, di sekolah atau kampus, kita bisa memulai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatin kesadaran tentang pentingnya menghargai perbedaan dan menunjukkan empati. Dengan adanya komunitas kayak seperti ini, korban akan merasa punya tempat untuk cerita, dan pelaku bully mungkin akan berpikir dua kali sebelum bertindak. Hal-hal kecil, seperti membuat diskusi santai, memberi ruang buat orang-orang cerita soal pengalaman mereka, atau menyebarkan nilai-nilai positif, bisa bawa perubahan besar. Lingkungan jadi lebih aman, nyaman, dan bebas dari aksi bully yang bikin nggak betah.
Melawan pembullyan juga tidak cuma soal menghadapi pelaku, tapi juga mengubah lingkungan sekitar. Kita bisa mulai dengan menciptakan budaya yang saling menghargai dan peduli. Kadang, orang yang nge-bully mungkin tidak sepenuhnya sadar akan dampak buruk dari tindakannya. Maka dari itu, edukasi tentang pentingnya menghargai perasaan orang lain sangat diperlukan. Sosialisasi tentang dampak negatif dari pembullyan, baik secara fisik maupun mental, bisa menjadi langkah awal yang bagus buat menciptakan lingkungan yang lebih aman.
Edukasi nggak cuma buat korban dan pelaku, tapi juga buat semua orang di lingkungan kita. Misalnya, di sekolah atau komunitas, bisa diadakan diskusi atau kegiatan yang mengajarkan pentingnya saling menghargai dan menjaga perasaan. Ini nggak cuma membantu mencegah pembullyan, tapi juga membangun solidaritas antar sesama, sehingga nggak ada lagi orang yang merasa sendirian atau tertekan karena tindakan orang lain.
Lebih penting lagi, kita harus selalu ingat bahwa melawan pembullyan adalah tanggung jawab bersama. Ini bukan cuma soal korban dan pelaku, tapi juga soal gimana kita sebagai teman, keluarga, atau komunitas bisa menciptakan ruang yang aman dan nyaman untuk semua orang. Jangan pernah ragu buat bersuara dan ngelawan hal-hal yang salah. Pembullyan nggak boleh dianggap remeh, karena dampaknya bisa sangat serius, bahkan sampai memengaruhi kesehatan mental korban dalam jangka panjang. Banyak korban bully yang akhirnya mengalami stres, kecemasan, bahkan depresi karena nggak ada yang membela mereka atau karena lingkungan sekitarnya nggak mendukung. Jadi, daripada bersikap bodoamat, lebih baik kita melawan pembullyan dengan cara yang positif dan konstruktif.
Dengan mengambil sikap, mencari bantuan, dan mendukung korban, kita bisa bersama-sama menghentikan siklus pembullyan. Ingat, kita semua punya peran dalam menciptakan lingkungan yang lebih baik dan bebas dari tindakan bully. Setiap langkah kecil yang kita ambil untuk melawan pembullyan, mulai dari bersikap peduli, mendukung korban, hingga mencari solusi, bisa membuat perbedaan besar. Mari kita sama-sama menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan saling menghargai!
Biodata Penulis:Fadhil Rusadi, lahir pada tanggal 5 Oktober 2005, saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Sebelas Maret.