Problem sukses akademik anak-anak yang berasal dari keluarga miskin adalah masalah kompleks yang melibatkan banyak faktor sosial, ekonomi, dan psikologis. Meskipun kemiskinan dapat membuat anak-anak gagal secara akademis, masih ada potensi untuk sukses. Namun, kita harus memahami dan menangani kesulitan yang dihadapi oleh siswa miskin dalam mencapai kesuksesan akademik. Anak-anak yang miskin dapat mengalami kesulitan akademik karena kemiskinan.
Banyak anak yang dibesarkan dalam keluarga miskin mengalami ketertinggalan dalam prestasi akademik, tidak memiliki peluang untuk menyelesaikan pendidikan menengah atau tinggi, dan menerima nilai ujian negara yang lebih rendah.
Terlepas dari kesulitan-kesulitan ini, banyak anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga miskin dapat berprestasi di sekolah. Faktor utama:
- Keterbatasan sumber daya;
- Perilaku dan konsep diri intelektual;
- Ekspektasi pendidikan orang tua;
- Program pendidikan terintegratif.
Anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah unggul dalam akademik, terutama dalam matematika. Data yang dikumpulkan dari 1.715 anak-anak dalam studi jangka panjang Growing Up di Irlandia digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian, ada tiga gelombang kumpulan data. Remaja dari keluarga berpenghasilan rendah memiliki prestasi matematika yang lebih baik, memiliki masalah sosio-emosional yang lebih rendah, perilaku yang lebih rendah, dan konsep diri intelektual yang kuat (kepercayaan pada kemampuan akademik mereka sendiri). Tingkat konflik orang tua-anak yang lebih rendah, ekspektasi pendidikan orang tua yang lebih tinggi terhadap anak-anak mereka, dan pendidikan orang tua yang lebih baik juga muncul sebagai prediktor yang signifikan terhadap kinerja matematika yang lebih baik.
Mengikuti sekolah yang tidak termasuk dalam program Delivering Equality of Opportunity in Schools (DEIS) dikaitkan dengan prestasi matematika yang lebih baik. Pola asuh orang tua juga memengaruhi perilaku dan sikap anak-anak sehingga mereka dapat percaya diri. Pola asuh yang terlalu keras atau terlalu permisif dapat memengaruhi anak dengan cara yang berbeda. Karena anak-anak memiliki akses yang luas ke media sosial dan pergaulan tanpa batas, semakin penting bagi orang tua untuk memantau apa yang dilakukan anak-anak mereka di internet. Selain itu, pergaulan bebas dan perundungan, juga dikenal sebagai bullying, menjadi masalah yang semakin kompleks bagi remaja. Anak-anak dapat melakukan hubungan seks ketika mereka bebas melakukan apa saja di media sosial. Pola asuh yang salah dapat membuat anak kurang memiliki rasa tanggung jawab atas apa yang mereka lakukan, yang dapat menyebabkan masalah di masa depan.
Orang tua harus menyadari pentingnya mengajarkan anak-anak mereka untuk menggunakan media sosial dengan hati-hati dan membuat batasan yang jelas untuk pergaulan mereka.
Memperbaiki pola asuh adalah salah satu solusi utama untuk mencegah masalah seperti ini. Orang tua harus berpartisipasi secara aktif dalam mengajar anak-anak mereka, terutama tentang manajemen perilaku sosial dan emosi. Untuk mengajarkan anak-anak untuk bersikap bijak saat bergaul dengan orang lain, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, pengawasan yang bijaksana dan komunikasi yang terbuka sangat penting.
Selain itu, dengan memahami berbagai komponen yang membentuk ketahanan akademik, kita dapat membuat solusi untuk mendorong generasi muda dari latar belakang berpenghasilan rendah dan meningkatkan prestasi akademik mereka. Temuan penelitian ini secara khusus menunjukkan metode untuk mengatasi keyakinan generasi muda terhadap kemampuan mereka sendiri, serta masalah perilaku dan emosional mereka.
Hasil ini dapat berkontribusi pada peningkatan ketahanan akademik. Sebaliknya, sekolah harus bekerja sama dengan orang tua untuk memastikan bahwa anak-anak menerima pendidikan sosial dan emosional yang cukup. Dalam jangka panjang, juga dapat membantu menghindari perseteruan yang berlanjut dengan mengajarkan orang-orang tentang penggunaan media sosial yang sehat dan cara menghadapi perundungan.
Kesuksesan sekolah dapat menjadi cara utama bagi generasi muda untuk menghentikan siklus kegagalan. Strategi untuk mengatasi ketakutan dan masalah perilaku dan emosional generasi muda sangat penting untuk meningkatkan ketahanan akademis.
Oleh karena itu, untuk memberdayakan generasi muda dari latar belakang berpenghasilan rendah dan meningkatkan hasil pendidikan mereka, intervensi yang sistematis dan menyeluruh harus dilakukan. Dalam hal ini, peran orang tua, guru, pendidik, peneliti, dan pembuat kebijakan sangat penting untuk mencapai kesetaraan pendidikan di seluruh negara. Kita dapat membuat intervensi yang efektif untuk mendukung keberhasilan akademik anak-anak dari latar belakang yang kurang beruntung dengan menggunakan pendekatan multisistemik.
Untuk mendukung keberhasilan akademik generasi muda dari latar belakang yang kurang beruntung, diperlukan pendekatan multisistemik dan komprehensif. Diharapkan orang tua, guru, dan masyarakat dapat lebih aktif berpartisipasi dalam memberikan panduan yang jelas kepada generasi muda, terutama yang berkaitan dengan cara pergaulan dan penggunaan teknologi. Anak-anak miskin dapat mencapai prestasi akademik dengan percaya diri jika mereka diasuh dengan benar dan diberikan perhatian yang lebih besar pada perkembangan sosial dan emosional mereka. Pendidikan yang mencakup aspek moral, emosional, dan sosial sangat penting untuk membangun generasi yang lebih maju dan sukses di masa depan.
Biodata Penulis:
Hifni Laila Nashifah saat ini aktif sebagai mahasiswa di UIN KH Abdurrahman Wahid Pekalongan.