Wanita dari Sungai De Laureantis
Kuterima ini kehidupan
dengan segala kekurangan kepedihan.
Kuterima hantu kesusahan
hitung-hitung belanja bulanan
ilmu aljabar tak terpecahkan.
Kuterima perang syaraf provokasi
dari mereka yang kebingungan
penyembah perpecahan keruntuhan.
Ya, kuterima ini semua!
dengan hati mengarah pada harapan.
Bersama anak kecil mulai nyanyi
bersih terbuka untuk segala
lagu dan tawa sepanjang masa.
Bersama engkau yang pada tegak
terima hadapi segala tantangan
bentuk cipta kesempatan kemungkinan.
Kuterima ini kehidupan
dengan kasih dan setia kawan!
Sumber: Rangsang Detik (1957)
Analisis Puisi:
Puisi "Wanita dari Sungai De Laureantis" karya Adi Sidharta menawarkan pandangan mendalam tentang penerimaan kehidupan dengan segala kompleksitas dan tantangan yang dihadapinya. Melalui narasi yang puitis, puisi ini mengeksplorasi tema perjuangan, harapan, dan kekuatan kolektif yang ada di dalam diri manusia, khususnya wanita.
Tema Sentral
Tema utama dalam puisi ini adalah penerimaan terhadap kehidupan dan segala kesulitan yang menyertainya. Di awal puisi, penulis mengekspresikan penerimaan yang tulus terhadap “kekurangan” dan “kepedihan” yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Ini mencerminkan realitas yang sering dihadapi banyak orang, terutama perempuan, yang sering kali harus berjuang melawan berbagai rintangan.
Penerimaan atas Kesulitan
Penggunaan frasa “Kuterima ini kehidupan” menegaskan sikap positif terhadap berbagai tantangan yang ada. Penulis menunjukkan keberanian dalam menghadapi "hantu kesusahan" dan "perang syaraf provokasi." Dengan ini, puisi ini mencerminkan ketahanan mental dan emosional yang diperlukan untuk mengatasi kesulitan yang tidak hanya bersifat pribadi, tetapi juga sosial.
Representasi Perjuangan Wanita
Puisi ini juga dapat dilihat sebagai representasi perjuangan wanita dalam menghadapi berbagai aspek kehidupan. Sebagai contoh, frasa “hitung-hitung belanja bulanan” menyiratkan tantangan ekonomi yang sering dihadapi oleh wanita. Hal ini menunjukkan bahwa wanita tidak hanya berperan sebagai pengasuh keluarga, tetapi juga sebagai penyokong ekonomi yang harus pandai mengelola sumber daya yang terbatas.
Harapan dan Kebersamaan
Di tengah kesulitan, puisi ini beralih ke nada yang lebih optimis dengan mengedepankan harapan. Frasa “dengan hati mengarah pada harapan” menunjukkan bahwa meskipun kehidupan penuh dengan tantangan, ada selalu ruang untuk impian dan harapan. Keterlibatan anak kecil yang “mulai nyanyi” mengisyaratkan bahwa generasi penerus memiliki peran penting dalam mewarisi semangat kebangkitan dan optimisme.
Kekuatan Kolektif
Puisi ini menekankan pentingnya kebersamaan dan solidaritas. Penerimaan atas tantangan hidup bukan hanya dilakukan sendiri, melainkan bersama orang-orang terdekat. Penulis mengajak pembaca untuk melihat nilai dari kebersamaan dalam menghadapi kesulitan: “Bersama engkau yang pada tegak terima hadapi segala tantangan.” Ini mencerminkan pentingnya dukungan sosial dan kekuatan kolektif dalam perjuangan menghadapi hidup.
Puisi "Wanita dari Sungai De Laureantis" karya Adi Sidharta adalah puisi yang kuat dan inspiratif, mengungkapkan perjalanan penerimaan hidup dengan segala tantangan yang ada. Melalui penerimaan, harapan, dan kebersamaan, puisi ini mencerminkan ketahanan dan kekuatan yang ada dalam diri wanita, sekaligus mengajak kita semua untuk tidak menyerah meskipun dihadapkan pada kesulitan. Pesan puisi ini relevan bagi siapa saja yang berjuang dalam hidup, mengingatkan kita bahwa di balik setiap tantangan, terdapat kekuatan dan harapan yang bisa kita bangun bersama.
Karya: Adi Sidharta
Biodata Adi Sidharta:
- Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
- Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
- Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.