Wakil Rakyat
enak sekali jadi wakil rakyat
entah presiden, menteri, gubernur, dan bupati
anggota DPR, anggota MPR
gaji besar, ke luar negeri gratis
dibiayai dengan uang negara
yang hakikatnya uang rakyat
tapi, kan berat tugasnya
misalnya, anggota DPR
studi banding ke Kairo Mesir
ke Tokyo, Kairo, New York dan London
untuk kunjungan kenegaraan
Wakil rakyat
tugasnya mewakili rakyat
terutama dalam keberuntungan dan bahagia
(siapa tahu, mungkin begitu pikir mereka)
bagaimana mungkin
beratus juta rakyat miskin
bisa tiba-tiba makmur bahagia
maka yang harus makmur bahagia
pertama kali para wakil rakyat
para eksekutif elit hebat
kalau tidak demikian
bagaimana mungkin memperjuangkan
nasib rakyat yang hidup miskin
dan menderita melarat berlarat
di tengah negeri yang kaya raya!?
Ah, cialat!
Oleh karena itu, maka, dengan demikian
alangkah nikmat jadi wakil rakyat
mewakili kepentingan dan
kebahagiaan, serta kemakmuran!
berkelahi di sidang pun
dapat uang hadir yang lumayan
bahkan tidur di sidang pun
dapat tanda tangan HR (di daftar hadir HR)
uang sidang yang menggiurkan!
bagaimana mungkin
bisa memakmurkan dan membahagiakan
rakyat beratus juta
dalam sekejap mata?
jadi, pertama kali kepentingan sendiri
baru kepentingan rakyat yang diwakili
selama hayat masih dikandung badan
tak terentaskan
Catatan: Misalnya untuk studi banding ke Tokyo, New York, dan London.
Analisis Puisi:
Puisi "Wakil Rakyat" oleh Rachmat Djoko Pradopo mengungkapkan kritik tajam terhadap dunia politik dan para wakil rakyat yang sering kali dianggap tidak memihak pada rakyat yang mereka wakili. Melalui puisi ini, Djoko Pradopo menyoroti kontras antara kehidupan mewah para pejabat dan kondisi kehidupan rakyat biasa, serta ketidakadilan dalam sistem pemerintahan.
Struktur Puisi
Puisi ini menggunakan bentuk bebas yang memungkinkan penulis untuk menyampaikan kritik dengan cara yang langsung dan lugas. Dengan bahasa yang sederhana dan gaya penceritaan yang mengalir, puisi ini efektif dalam menyampaikan pesan kritik sosial dan politik.
Tema Sentral: Kritik terhadap Kemewahan dan Ketidakadilan
Tema utama puisi ini adalah kritik terhadap kemewahan dan ketidakadilan dalam dunia politik. Djoko Pradopo mengeksplorasi bagaimana para pejabat publik sering kali menikmati fasilitas dan hak istimewa yang jauh berbeda dari kehidupan rakyat yang mereka wakili. Puisi ini menunjukkan ketidakadilan dan ketidaksesuaian antara kehidupan para wakil rakyat dan kehidupan rakyat biasa.
Kemewahan dan Hak Istimewa
- Gaji Besar, Ke Luar Negeri Gratis: Djoko Pradopo menggambarkan bagaimana para wakil rakyat menikmati berbagai fasilitas mewah, seperti gaji besar dan perjalanan ke luar negeri yang dibiayai oleh negara. Hal ini menjadi simbol dari kemewahan yang dinikmati oleh para pejabat publik, yang sering kali tidak sebanding dengan tugas dan tanggung jawab mereka.
- Studi Banding ke Kairo, Tokyo, New York, dan London: Penggunaan nama-nama kota besar ini menggarisbawahi betapa jauh dan mewahnya perjalanan yang dilakukan oleh para pejabat, sementara rakyat biasa sering kali harus berjuang dengan kesulitan ekonomi sehari-hari. Ini menunjukkan ketidakadilan yang terjadi ketika pejabat publik mendapatkan keuntungan dari uang negara yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
Ketidakadilan dalam Sistem Pemerintahan
- Tugasnya Mewakili Rakyat: Djoko Pradopo mempertanyakan apakah para wakil rakyat benar-benar menjalankan tugas mereka untuk memajukan kesejahteraan rakyat. Dalam puisi ini, ada pertanyaan mendalam tentang bagaimana para pejabat bisa membahagiakan dan memakmurkan rakyat ketika mereka sendiri lebih mementingkan kepentingan pribadi.
- Beratus Juta Rakyat Miskin: Puisi ini menyiratkan bahwa meskipun negara kaya, banyak rakyat masih hidup dalam kemiskinan dan penderitaan. Djoko Pradopo menyoroti kontradiksi antara kekayaan negara dan kondisi kehidupan rakyat, serta bagaimana para pejabat gagal dalam memperjuangkan nasib rakyat miskin.
Pesan dan Refleksi
Puisi "Wakil Rakyat" menyampaikan pesan yang kuat tentang ketidakadilan dalam sistem pemerintahan dan ketidakmampuan para pejabat untuk benar-benar mewakili kepentingan rakyat. Dengan gaya penulisan yang tajam dan lugas, Djoko Pradopo menyoroti bagaimana kemewahan dan hak istimewa yang dinikmati oleh para pejabat publik sering kali mengabaikan kebutuhan dan kesejahteraan rakyat.
Pesan utama dari puisi ini adalah perlunya reformasi dalam sistem pemerintahan untuk memastikan bahwa para wakil rakyat benar-benar berkomitmen pada kesejahteraan rakyat dan bukan hanya pada kepentingan pribadi mereka sendiri. Ini adalah panggilan untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan keadilan dalam pemerintahan.
Puisi "Wakil Rakyat" karya Rachmat Djoko Pradopo adalah kritik sosial yang tajam terhadap kemewahan dan ketidakadilan dalam dunia politik. Dengan menggunakan metafora dan gambaran yang jelas, puisi ini mengungkapkan kontras antara kehidupan pejabat publik dan rakyat biasa, serta menyoroti bagaimana ketidakadilan ini berdampak pada kesejahteraan rakyat. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan dan mempertanyakan sistem pemerintahan yang ada, serta mengingatkan tentang pentingnya reformasi untuk memastikan keadilan dan kesejahteraan bagi semua.
Karya: Rachmat Djoko Pradopo
Biodata Rachmat Djoko Pradopo:
- Rachmat Djoko Pradopo lahir pada tanggal 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah.
- Rachmat Djoko Pradopo adalah salah satu Sastrawan Angkatan '80.