Viva Cuba!
Pada saat-saat ini jantung kami berdetak
untuk kau dan kemenanganmu, Kuba patriotik!
Tekadmu Patria o Muerte mengetuk dada kami
membangunkan segala yang tulus dan rela tiada retak.
Terasa bahwa kata setia-kawan tanpa aksi
hanyalah semboyan. Tapi kutulis serangkum sajak
tanda percaya padamu dan berdiri di pihakmu.
Kami Rakyat cinta-merdeka sedalamnya menyedari
bahwa musuh yang kau hadapi adalah musuh kami,
perlawananmu perlawanan kami. Proletariat semua negeri
serentak mengutuk imperialisme Yankee dan tanpa ragu-ragu
memalu genderang perang. Partisan-partisan dan barisan-barisan sukarelawan
ada dimana saja, tegak membela kemerdekaan dan manusia.
Imperialisme adalah musuh zaman ini, musuh bersama
dan dalam perlawanan ini kita semua berada di garis-depan.
Kau tidak sendiri, Kuba patriotik, kau tidak sendiri.
Pada saat-saat ini detak jantungmu adalah detak jantung dunia.
Pada saat-saat ini kami yakin pada kekuatanmu
dan kepastian kemenanganmu, Kuba heroik!
Kami bukan penganut filsafat 'katak mengaku lembu'
membusung-busungkan dada. Imperialisme masih kuat seperti macan,
memperlihatkan keuletan hidup seekor cacing-pita raksasa;
Tetapi kita sekarang berada dalam zaman peralihan
ke satu zaman baru, dengan faktor menentukan sistim sosialis dunia.
Perjuangan kemerdekaan nasional berkobar dan menang dimana-mana
Rakyat-rakyat bangkit serta mengibarkan panji-panji perlawanan.
Imperialisme dipaksa angkat bendera putih di Kaesong,
dia dipukul tidak berdaya, dipaksa angkat-tangan di Dien Bien Phu;
Dia dihajar di Laos, di Goa, di Terusan Suez dan di Kuba sendiri.
Asia-Afrika dan Amerika Latin kini sedang memegang senjata
ditujukan pada musuh yang satu; dia juga adalah musuhmu.
Kami yakin padamu, Kuba, seperti yakin pada diri sendiri.
Kami berdiri di pihakmu karena perjuanganmu
perjuangan kami, kemenanganmu kemenangan kami, kemenangan Trikora.
Patria o Muerte! Kita berlawan untuk tanah-air dan kemerdekaan,
untuk kehidupan. Kita mau hidup terus dan mau menang
lalu membangun masarakat baru, masarakat Rakyat sosialisme;
Dalam mencapai ini kita korbankan semua, kita bersedia mati
dan relakan nyawa, untuk masa-depan Rakyat yang gemilang.
Inilah patriotisme proletar. Patria o Muerte!
Kami percayai ketangguhanmu, kau punya pengalaman Jose Marti,
kau punya pengalaman Sierra Maestra dan Playa Giron.
Kami percayai kesungguhanmu, karena kau punya Partai,
kau punya Blas Roca dan kau punya Fidel Castro.
Dengan tradisi revolusionermu, dengan Rakyat yang heroik
dengan keyakinan dan keberanian komunis,
dengan senjata yang kau miliki di tanganmu,
dengan setia-kawan dari the new emerging forces
Kuba Rakyat pasti abadi, imperialisme Yankee pasti dikalahkan.
Viva Cuba!
Viva!
Jakarta, 12 September 1962
Sumber: Viva Cuba! (1963)
Analisis Puisi:
Puisi "Viva Cuba!" karya HR. Bandaharo adalah sebuah seruan kuat terhadap solidaritas internasional dan perjuangan melawan imperialisme, khususnya yang dihadapi oleh Kuba dalam revolusinya. Ditulis dalam suasana pasca Revolusi Kuba dan di tengah-tengah ketegangan Perang Dingin, puisi ini mencerminkan semangat persatuan antara rakyat tertindas di berbagai belahan dunia. Bandaharo menggunakan bahasa yang penuh dengan semangat revolusioner, menggambarkan perjuangan Kuba sebagai simbol perlawanan universal terhadap penindasan, yang melibatkan seluruh proletariat dunia.
Konteks Sejarah: Revolusi Kuba dan Imperialisme Yankee
Revolusi Kuba, yang berlangsung antara tahun 1953 hingga 1959, adalah salah satu momen penting dalam sejarah perjuangan rakyat melawan imperialisme, khususnya terhadap dominasi Amerika Serikat di kawasan Amerika Latin. Fidel Castro, Che Guevara, dan pemimpin-pemimpin revolusioner lainnya berhasil menggulingkan rezim diktator Fulgencio Batista yang didukung oleh AS. Puisi "Viva Cuba!" mencerminkan perlawanan Kuba terhadap imperialisme AS, yang disebut dalam puisi sebagai "musuh bersama" bagi seluruh rakyat tertindas:
"Kami Rakyat cinta-merdeka sedalamnya menyedaribahwa musuh yang kau hadapi adalah musuh kami,perlawananmu perlawanan kami."
Imperialisme digambarkan sebagai ancaman global yang harus dihadapi oleh semua negara yang mendambakan kemerdekaan. Bandaharo mengajak pembaca untuk memahami bahwa perjuangan Kuba adalah bagian dari perjuangan yang lebih luas melawan hegemoni kekuatan kapitalis, yang berusaha mengontrol negara-negara dunia ketiga melalui kekerasan dan intervensi militer.
Patriotisme Proletar dan Internasionalisme
Tema utama dalam puisi ini adalah solidaritas internasional yang diikat oleh perlawanan kelas pekerja di seluruh dunia. Bandaharo menyebut bahwa perjuangan Kuba tidak terisolasi; sebaliknya, perjuangan tersebut adalah perjuangan bersama dari seluruh kaum proletar:
"Kami berdiri di pihakmu karena perjuanganmuperjuangan kami, kemenanganmu kemenangan kami."
Puisi ini mengandung pesan bahwa kemenangan Kuba akan menjadi kemenangan bagi semua bangsa yang berjuang untuk kebebasan dan kedaulatan mereka. Dalam pandangan ini, patriotisme proletar tidak terbatas pada batas-batas negara, melainkan menyeluruh kepada semua rakyat tertindas di berbagai belahan dunia. Bandaharo juga menekankan bahwa gerakan perlawanan ini dipandu oleh ideologi sosialisme, yang dianggap sebagai satu-satunya jalan menuju kebebasan sejati bagi rakyat.
Simbol Perlawanan dan Kemenangan Revolusi
Dalam puisi ini, Bandaharo menyebut berbagai kemenangan penting yang diraih oleh kekuatan anti-imperialis di seluruh dunia, termasuk perlawanan di Kaesong (Korea), Dien Bien Phu (Vietnam), dan Goa (India):
"Imperialisme dipaksa angkat bendera putih di Kaesong,dia dipukul tidak berdaya, dipaksa angkat-tangan di Dien Bien Phu;Dia dihajar di Laos, di Goa, di Terusan Suez dan di Kuba sendiri."
Referensi-referensi ini memperkuat keyakinan Bandaharo bahwa kekuatan imperialisme, meskipun tampak kuat, dapat dikalahkan melalui perjuangan gigih dan keberanian revolusioner. Peristiwa-peristiwa tersebut menjadi inspirasi dan bukti bahwa rakyat yang tertindas memiliki kekuatan untuk menggulingkan penindasan, seperti yang telah dibuktikan oleh rakyat Kuba.
Kuba, dengan pemimpin-pemimpin revolusioner seperti Jose Marti, Blas Roca, dan Fidel Castro, diposisikan sebagai simbol heroisme dan keberanian dalam melawan kekuatan-kekuatan yang jauh lebih besar dan lebih kuat. Bandaharo menekankan bahwa pengalaman revolusioner Kuba, termasuk kemenangan di Sierra Maestra dan Playa Girón, telah menjadikan negara tersebut sebagai inspirasi bagi seluruh dunia:
"Kami percayai ketangguhanmu, kau punya pengalaman Jose Marti,kau punya pengalaman Sierra Maestra dan Playa Giron."
Perjuangan Sosialisme dan Masa Depan yang Cerah
Puisi "Viva Cuba!" juga mengungkapkan optimisme yang kuat terhadap masa depan. Dengan keyakinan bahwa imperialisme akan dikalahkan dan sosialisme akan menang, Bandaharo menyampaikan harapan bahwa dunia akan memasuki era baru di mana rakyat dapat hidup dengan merdeka dan sejahtera:
"Patria o Muerte! Kita berlawan untuk tanah-air dan kemerdekaan,untuk kehidupan. Kita mau hidup terus dan mau menanglalu membangun masarakat baru, masarakat Rakyat sosialisme."
Keyakinan ini tidak hanya mencerminkan dukungan Bandaharo terhadap perjuangan rakyat Kuba, tetapi juga menggambarkan pandangannya tentang dunia yang lebih luas, di mana sistem kapitalis-imperialis akan digantikan oleh sosialisme, sebuah tatanan yang menurutnya lebih adil dan manusiawi.
Imperialisme sebagai Musuh Zaman
Puisi ini tidak hanya berfokus pada Kuba, tetapi juga memandang imperialisme sebagai musuh global yang mengancam rakyat di seluruh dunia. Bandaharo menggambarkan imperialisme Amerika Serikat sebagai kekuatan yang masih kuat, tetapi semakin terdesak oleh perlawanan rakyat di seluruh dunia:
"Imperialisme adalah musuh zaman ini, musuh bersamadan dalam perlawanan ini kita semua berada di garis-depan."
Dengan menyebut imperialisme sebagai musuh zaman, Bandaharo menunjukkan bahwa perjuangan melawan penindasan adalah tugas seluruh rakyat yang mendambakan kebebasan. Puisi ini menjadi seruan untuk perlawanan global, di mana rakyat di seluruh belahan dunia harus bersatu melawan penjajahan dan kapitalisme yang dilakukan oleh kekuatan imperial.
Puisi sebagai Alat Perlawanan
Puisi "Viva Cuba!" karya HR. Bandaharo adalah sebuah puisi revolusioner yang mengobarkan semangat perlawanan dan solidaritas internasional. Dalam konteks sejarah perjuangan rakyat Kuba melawan imperialisme Amerika Serikat, puisi ini menegaskan pentingnya persatuan di antara negara-negara tertindas di seluruh dunia untuk melawan kekuatan-kekuatan kapitalis yang berusaha menaklukkan mereka.
Puisi ini bukan hanya sebuah ungkapan dukungan terhadap Kuba, tetapi juga sebuah manifesto yang menyerukan pentingnya perlawanan kolektif dalam menghadapi musuh yang sama. Dengan mengangkat tema sosialisme, perjuangan proletar, dan imperialisme, Bandaharo menunjukkan bahwa puisi dapat menjadi alat politik yang kuat untuk memobilisasi rakyat dan memperkuat semangat juang.
Viva Cuba! adalah lebih dari sekadar seruan untuk Kuba, melainkan seruan bagi seluruh rakyat yang tertindas untuk bangkit dan melawan.
Karya: HR. Bandaharo
Biodata HR. Bandaharo:
- HR. Bandaharo (nama lengkapnya Bandaharo Harahap) lahir di Medan pada tanggal 1 Mei 1917.
- HR. Bandaharo meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 April 1993.
- HR. Bandaharo adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.