Puisi: Untuk Ngatiyem (Karya Sabar Anantaguna)

Puisi "Untuk Ngatiyem" karya Sabar Anantaguna menyampaikan pesan yang mendalam tentang ketahanan, harapan, dan perjuangan dalam menghadapi kesulitan.

Untuk Ngatiyem


Ngatiyem, jangan kau mengeluh
bukakan hati di baju lurik
dan tutup paha yang masih penuh
biar tak diintai dari celah kain

Ngatiyem, jangan kau berduka
melamuni hari yang sudah mati
kenyataan sering terlalu runcing
dan tak ada suka dikemimpian

Ngatiyem, jangan kau meronta
menangisi muka yang terbakar
mentarinya mewarnai hati
mengisi kekosongan dan cita-cita

Ngatiyem, engkau sengsara
seperti kita di teratak miskin
yang penuh kekayaan
kawan-kawan dan haridepan

Ngatiyem, jangan takutkan Warawati
gadis nama yang mendukung keruntuhan.

Sumber: Yang Bertanahair Tapi Tidak Bertanah (1962)

Analisis Puisi:

Puisi "Untuk Ngatiyem" karya Sabar Anantaguna menyampaikan pesan yang mendalam tentang ketahanan, harapan, dan perjuangan dalam menghadapi kesulitan. Melalui kata-kata yang langsung dan simbolisme yang kaya, puisi ini menggambarkan kondisi hidup yang penuh tantangan sekaligus mengajak pembaca untuk tidak menyerah.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini disusun dengan penggunaan repetisi nama “Ngatiyem,” yang menciptakan kedekatan emosional antara penyair dan subjek puisi. Setiap bait dimulai dengan peringatan atau nasihat yang menekankan pada ketidakberdayaan dan ketidakpuasan, tetapi juga mengandung harapan untuk masa depan.

Tema Kesedihan dan Ketahanan

Diawali dengan ungkapan “jangan kau mengeluh,” puisi ini mendorong Ngatiyem untuk membuka hati dan menerima kenyataan. Frasa “bukakan hati di baju lurik” memberikan nuansa kebudayaan lokal, di mana kain lurik melambangkan identitas dan tradisi. Di sisi lain, “tutup paha yang masih penuh” mengisyaratkan perlunya menjaga diri dari pandangan negatif masyarakat.

Anantaguna juga menyinggung kesedihan yang mendalam: “melamuni hari yang sudah mati.” Ini menunjukkan betapa sulitnya menerima kenyataan, di mana masa lalu yang telah berlalu seringkali menyisakan luka yang dalam. Namun, ada penekanan pada pentingnya melepaskan masa lalu untuk mencapai kedamaian.

Harapan di Tengah Penderitaan

Bait yang menyatakan “Ngatiyem, engkau sengsara seperti kita di teratak miskin” menggambarkan solidaritas dengan kondisi yang dialami. Ada kesadaran bahwa penderitaan bukanlah pengalaman yang terisolasi; itu adalah bagian dari kehidupan yang harus diterima. Namun, Anantaguna juga menyoroti “kekayaan kawan-kawan dan haridepan,” menekankan bahwa meskipun hidup dalam keterbatasan, hubungan dan harapan adalah bentuk kekayaan yang tidak kalah berharga.

Kekuatan Melawan Ketakutan

Puisi ini ditutup dengan pengingat agar Ngatiyem tidak takut kepada “Warawati,” yang bisa diinterpretasikan sebagai simbol ancaman atau kesulitan. Peringatan ini memperkuat tema bahwa meskipun ada tantangan di depan, keberanian dan keteguhan hati adalah kunci untuk melawan ketakutan.

Puisi "Untuk Ngatiyem" karya Sabar Anantaguna adalah sebuah karya yang penuh makna tentang ketahanan dan harapan di tengah kesulitan. Dengan gaya bahasa yang langsung dan simbolisme yang kaya, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna perjuangan dalam kehidupan. Anantaguna berhasil menyampaikan pesan bahwa meskipun kita menghadapi penderitaan dan ketakutan, ada kekuatan dalam diri kita untuk terus melangkah dan berharap. Puisi ini adalah seruan untuk tidak menyerah, untuk terus berjuang, dan untuk menemukan keindahan dalam hubungan antar manusia di tengah kesulitan.

Sabar Anantaguna
Puisi: Untuk Ngatiyem
Karya: Sabar Anantaguna

Biodata Sabar Anantaguna:
  • Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.
© Sepenuhnya. All rights reserved.