Puisi: Tragedi (Karya Agam Wispi)

Puisi "Tragedi" karya Agam Wispi menggambarkan seorang pejalan malam yang, dalam keletihan dan kesepian, menemukan dirinya di ambang kematian.
Tragedi

pejalan lorong yang kemalaman
cintanya membening di gelas kosong
berjaga dia menyambut maut datang

tertidur karena letih
pagi tangannya dihela kekasih
mimpi itupun cepat hilang

dia terbangun untuk senyum
katanya: aku sudah lihat maut
begitu nyata: maut manusia tak punya mimpi

dengan cintanya yang bening
dia terus tertidur -- dan tidur
tak bangkit lagi

Asamlama, 2 Juli 1957

Sumber: Yang Tak Terbungkamkan (1959)

Analisis Puisi:

Puisi "Tragedi" karya Agam Wispi menawarkan eksplorasi mendalam tentang cinta, kematian, dan kehilangan. Melalui narasi yang sederhana namun mendalam, puisi ini menggambarkan tragedi personal seorang individu yang dihadapkan pada kenyataan kematian dan kehilangan cinta.

Tema dan Makna

Puisi ini menggambarkan seorang pejalan malam yang, dalam keletihan dan kesepian, menemukan dirinya di ambang kematian. Tema utama yang diangkat adalah kesadaran akan kematian dan bagaimana hal tersebut memengaruhi hubungan cinta dan harapan.

Gambaran Awal dan Atmosfer

Puisi ini dimulai dengan suasana yang melankolis dan penuh kesendirian:

pejalan lorong yang kemalaman
cintanya membening di gelas kosong
berjaga dia menyambut maut datang

Gambaran pejalan malam yang kelelahan menunggu kematian memberikan nuansa ketidakpastian dan kesepian. Gelas kosong dan cinta yang membening menunjukkan ketidakmampuan untuk menemukan kepuasan atau kebahagiaan dalam hidupnya yang suram.

Kehilangan dan Keterasingan

Ketika pejalan malam tertidur karena keletihan, dan pagi datang, dia terbangun dengan tangan yang dihela oleh kekasih, mimpi yang hilang dengan cepat. Ini mencerminkan bagaimana harapan dan kenyataan sering kali bertentangan, dengan cinta dan mimpi yang cepat memudar:

tertidur karena letih
pagi tangannya dihela kekasih
mimpi itupun cepat hilang

Sementara itu, kesadaran pejalan malam tentang kematian menjadi sangat nyata. Dia menyadari bahwa kematian adalah sesuatu yang menghapuskan segala bentuk mimpi dan harapan manusia.

Penutupan dan Kesadaran

Pejalan malam, setelah menyadari kenyataan kematian, memilih untuk terus tertidur dengan cinta yang bening sebagai penghibur. Namun, tidur ini adalah tidur yang abadi, menunjukkan penerimaan dan resignasi terhadap kematian yang tak terhindarkan:

dia terbangun untuk senyum
katanya: aku sudah lihat maut
begitu nyata: maut manusia tak punya mimpi

dengan cintanya yang bening
dia terus tertidur -- dan tidur
tak bangkit lagi

Simbolisme dan Metafora

Puisi ini menggunakan berbagai simbol dan metafora untuk menyampaikan pesannya. Gelas kosong melambangkan kekosongan dan ketidakmampuan untuk menemukan kepuasan, sedangkan tidur abadi melambangkan penerimaan terhadap kematian dan ketidakmampuan untuk melanjutkan kehidupan.

Puisi "Tragedi" karya Agam Wispi adalah refleksi yang mendalam tentang cinta, kematian, dan kehilangan. Dengan gaya yang sederhana namun kuat, Wispi menyampaikan pengalaman emosional seorang individu yang menghadapi kenyataan kematian dan kesepian. Puisi ini mengundang pembaca untuk merenung tentang makna cinta dan kematian, serta bagaimana kedua elemen tersebut saling berinteraksi dalam kehidupan manusia.

Agam Wispi
Puisi: Tragedi
Karya: Agam Wispi

Biodata Agam Wispi:
  • Agam Wispi adalah seorang penyair Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra).
  • Agam Wispi lahir pada tanggal 31 Desember 1930 di Pangkalan Susu, Medan, Sumatra Utara.
  • Agam Wispi meninggal dunia pada tanggal 31 Desember 1930 di 1 Januari 2003, Amsterdam, Belanda.
© Sepenuhnya. All rights reserved.