Puisi: Terima Salamku (Karya Sanusi Pane)

Puisi "Terima Salamku" karya Sanusi Pane menggambarkan pesan yang universal tentang harapan, kekuatan, dan kemanusiaan.
Terima Salamku

Terima salamku, o Tuan, yang mengeluh
Di bawah beban penderitaan
Yang dirawan percintaan,
Tidak 'da badai yang tidak akhirnya teduh.
Terima cintaku, o Tuan, yang mencari
Bahagia, dengan mengembara
Di dunia sebatang kara,
Tidak 'da malam yang tidak diganti hari.

Sumber: Madah Kelana (1931)

Analisis Puisi:

Puisi "Terima Salamku" karya Sanusi Pane adalah sebuah pengantar yang penuh dengan sentimen kepedulian dan penghiburan. Dalam puisi ini, pengarang menawarkan salam kepada pembaca, yang mungkin sedang menghadapi penderitaan atau mencari kebahagiaan di tengah tantangan hidup.

Ekspresi Empati dan Kepedulian: Di baris pertama, pengarang mengungkapkan empati terhadap penderitaan pembaca dengan mengungkapkan bahwa dia mengeluh di bawah beban penderitaan. Ini menunjukkan pengertian dan simpati terhadap kesulitan dan penderitaan yang mungkin dirasakan oleh pembaca. Dengan menggunakan kata-kata seperti "mengeluh" dan "beban penderitaan", pengarang menyoroti pengalaman manusia yang universal dari kesakitan dan kesedihan.

Penawaran Cinta dan Penghiburan: Pengarang melanjutkan dengan menawarkan cintanya kepada pembaca yang sedang mencari kebahagiaan. Dia mengakui bahwa kehidupan ini penuh dengan perjalanan yang sulit, tetapi juga menegaskan bahwa setiap malam yang gelap akan digantikan dengan pagi yang cerah. Pesan ini mengandung harapan dan penghiburan, menunjukkan keyakinan pengarang bahwa meskipun kesulitan dapat ditemui, ada cahaya di ujung terowongan.

Keyakinan pada Perubahan dan Kesembuhan: Puisi ini mencerminkan keyakinan pada perubahan dan kesembuhan. Pengarang menegaskan bahwa tidak ada badai yang tidak akhirnya berlalu dan tidak ada malam yang tidak digantikan oleh pagi. Ini menunjukkan keyakinan akan siklus alam dan bahwa setiap kesulitan akan diikuti oleh waktu yang lebih baik. Pesan ini menawarkan harapan kepada pembaca, mengingatkan mereka bahwa bahkan dalam saat-saat paling gelap, ada kemungkinan perubahan dan kesembuhan.

Kesederhanaan dan Kecantikan Bahasa: Pengarang menggunakan bahasa yang sederhana namun indah dalam puisi ini. Kata-kata seperti "salam", "cinta", dan "bahagia" memiliki kekuatan emosional yang kuat, sementara penggunaan metafora seperti "malam yang gelap" dan "pagi yang cerah" memberikan gambaran yang kuat tentang harapan dan kesembuhan.

Puisi "Terima Salamku" karya Sanusi Pane adalah sebuah pengantar yang penuh dengan sentimen kepedulian, penghiburan, dan harapan. Dengan mengungkapkan empati terhadap penderitaan pembaca dan menawarkan cintanya kepada mereka yang mencari kebahagiaan, pengarang menegaskan keyakinannya bahwa meskipun kehidupan penuh dengan tantangan, ada kemungkinan perubahan dan kesembuhan di ujung perjalanan. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana namun indah, puisi ini menggambarkan pesan yang universal tentang harapan, kekuatan, dan kemanusiaan.

Sanusi Pane
Puisi: Terima Salamku
Karya: Sanusi Pane

Biodata Sanusi Pane:
  • Sanusi Pane lahir pada tanggal 1 Agustus 1905 di Sungai Puar, Sumatra Barat, Indonesia.
  • Ia adalah seorang sastrawan, politisi, dan intelektual Indonesia yang dikenal sebagai salah satu tokoh penting dalam dunia sastra Indonesia pada pertengahan abad ke-20.
  • Sanusi Pane meninggal dunia pada tanggal 2 April 1968 2 Januari 1968 (pada usia 62) di Jakarta.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • KASUR Kau rajut daun Dengan benang kasih Kau susun pasir Dengan nada rindu Menyiapkan kasurku Untuk tergolek tidur Dan mimpi Di sampingmu Ujung Bate…
  • Dalam Hujantiba masanya hujan yang lebat turunmembuat padang dan dusun banjir melimpahada lelaki tua begitu ngungundi balik pintu ia pun berkhutbah− nyai, hujan tidak selamanya rah…
  • Terima SalamkuTerima salamku, o Tuan, yang mengeluhDi bawah beban penderitaanYang dirawan percintaan,Tidak 'da badai yang tidak akhirnya teduh.Terima cintaku, o Tuan, yang mencariB…
  • Wahai pergi tanpa ikuti wahai hilang tanpa cari wahai rusak tanpa ganti wahai mati tanpa tangis wahai Puisi: Wahai Karya: L.K. Ara Ca…
  • Dalam Diriku Because the sky is blueIt makes me cry(The Beatles) Dalam diriku mengalir sungai panjang,     darah namanya; dalam diriku menggenang telaga darah,…
  • Pertanyaan Anak KecilHai kayu-kayu dan daun-daunan!mengapakah kamu bersenang-senang?tertawa-tawa bersuka-sukaan?oleh angin dan tenang, serang?adakah angin tertawa dengan kami?berce…
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.