Tempat Teraman
Dengan tangan terbiasa untuk tak senonoh
pagi akan mempersilakan duduk
di bangku yang bisa diajak sekongkol
Sambutlah! Itu tempat bagus untuk mojok.
Bercintalah denganku seperti gulung ombak
berbentuk-bentuk.
Memahat dosa menjadi patung-patung pujaan!
Tetapi jangan kaget jika yang kau jumpa hanya lubang
yang tak pernah cukup untuk berpeluk sekalian mabuk!
Pada kenanganku. Pada kenangan para pedagang
yang tidak sempat memikirkan warna julang api
saat kiosnya terbakar.
2003
Sumber: Binatang Suci Teluk Penyu (2007)
Analisis Puisi:
Puisi "Tempat Teraman" karya Badruddin Emce menawarkan pandangan yang mendalam dan kritis tentang konsep keamanan dan kenyamanan dalam konteks hubungan pribadi dan sosial. Dengan gaya bahasa yang sarat dengan simbolisme dan metafora, puisi ini mengeksplorasi tema tentang pelarian, dosa, dan kenangan.
Simbolisme Tempat dan Keamanan
Puisi dimulai dengan menggambarkan "tempat teraman" yang ternyata adalah bangku yang "bisa diajak sekongkol". Ini menandakan bahwa tempat yang dianggap aman atau nyaman sering kali memiliki unsur ketidakpastian atau pengkhianatan.
- "Dengan tangan terbiasa untuk tak senonoh / pagi akan mempersilakan duduk / di bangku yang bisa diajak sekongkol": Menunjukkan bahwa tempat yang dianggap aman mungkin sebenarnya menyembunyikan niat buruk atau pengkhianatan.
Konflik dan Kontradiksi
Selanjutnya, puisi ini menghadirkan gambaran kontradiktif antara kenyamanan dan kekecewaan. Meskipun diundang untuk "bercinta seperti gulung ombak", kenyataannya adalah bahwa tempat tersebut hanya mengandung kekosongan dan ketidakmampuan untuk memberikan kepuasan penuh.
- "Bercintalah denganku seperti gulung ombak / berbentuk-bentuk. / Memahat dosa menjadi patung-patung pujaan!": Menyiratkan bahwa hubungan atau pelarian ini mungkin hanya ilusi yang tidak dapat memberikan kenyamanan sejati atau penyelesaian.
Kenangan dan Kekecewaan
Puisi ini juga mencatat kenangan para pedagang yang tidak sempat memikirkan warna api saat kios mereka terbakar. Ini menggambarkan bagaimana pengalaman yang menyakitkan dan kehilangan dapat melingkupi kenangan dan dampaknya terhadap perasaan kita.
- "Pada kenanganku. Pada kenangan para pedagang / yang tidak sempat memikirkan warna julang api / saat kiosnya terbakar.": Menunjukkan dampak dari peristiwa yang tidak terduga dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi kenangan dan persepsi kita terhadap tempat yang dianggap aman.
Kritik Sosial dan Refleksi
Secara keseluruhan, puisi ini memberikan kritik terhadap konsep keamanan dan kenyamanan yang sering kali tidak seperti yang terlihat. Tempat yang dianggap teraman bisa jadi hanyalah ilusi yang menyembunyikan kenyataan pahit dan kekecewaan.
- "Tetapi jangan kaget jika yang kau jumpa hanya lubang / yang tak pernah cukup untuk berpeluk sekalian mabuk!": Menunjukkan kekecewaan dan kekosongan yang sering kali menyertai tempat atau hubungan yang dianggap aman.
Puisi "Tempat Teraman" karya Badruddin Emce adalah sebuah karya yang menyelidiki tema tentang keamanan, kenyamanan, dan kenangan dengan gaya bahasa yang penuh simbolisme. Melalui penggunaan metafora dan simbol, puisi ini menggambarkan bagaimana tempat yang dianggap aman sering kali menyembunyikan ketidakpastian dan pengkhianatan. Kontradiksi antara kenyamanan yang dijanjikan dan kekecewaan yang dirasakan menunjukkan bagaimana kenangan dan pengalaman yang menyakitkan dapat mempengaruhi persepsi kita terhadap tempat dan hubungan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang realitas di balik ilusi keamanan dan bagaimana kita menghadapi kekecewaan dalam kehidupan.
Puisi: Tempat Teraman
Karya: Badruddin Emce
Biodata Badruddin Emce:
- Badruddin Emce lahir di Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, pada tanggal 5 Juli 1962.