Teka‐teki di Tembok
Cinta
diukur kesetiaan
Setia
diukur keteguhan
Teguh
diukur pendirian
Pendirian
dalam kata dan perbuatan
Sumber: Puisi-Puisi dari Penjara (2010)
Analisis Puisi:
Puisi "Teka-teki di Tembok" karya Sabar Anantaguna merupakan sebuah karya yang singkat namun sarat makna, mengeksplorasi tema cinta, kesetiaan, dan nilai-nilai yang membentuk hubungan manusia. Dengan struktur yang sederhana dan berulang, puisi ini menghadirkan pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang sifat cinta dan kesetiaan.
Struktur dan Gaya Penulisan
Puisi ini memiliki struktur yang repetitif, dengan setiap baris membangun dari istilah sebelumnya. Pengulangan kata-kata seperti "cinta," "setia," "teguh," dan "pendirian" menciptakan ritme yang mendukung alur berpikir pembaca. Gaya penulisan Anantaguna yang langsung dan jelas menyoroti makna di balik setiap istilah, membuat puisi ini mudah dipahami namun penuh refleksi.
Makna dan Simbolisme
- Cinta diukur kesetiaan: Frasa ini menegaskan bahwa cinta sejati tidak hanya tentang perasaan, tetapi juga tentang komitmen. Kesetiaan menjadi ukuran penting dalam menilai kedalaman cinta. Cinta yang tidak disertai kesetiaan bisa dianggap sebagai cinta yang tidak utuh.
- Setia diukur keteguhan: Kesetiaan tidak hanya sekadar pernyataan, melainkan juga tindakan yang konsisten. Keteguhan menunjukkan bahwa seseorang harus mampu bertahan dalam situasi sulit dan tetap setia pada komitmennya. Ini mencerminkan nilai integritas dalam hubungan.
- Teguh diukur pendirian: Pendirian di sini berarti kemampuan untuk memiliki sikap dan prinsip yang kuat. Keteguhan seseorang dalam berpegang pada pendirian menunjukkan bahwa cinta dan kesetiaan harus didasari oleh keyakinan yang mendalam. Hal ini juga menekankan pentingnya konsistensi dalam perilaku.
- Pendirian dalam kata dan perbuatan: Kalimat terakhir ini menekankan bahwa pendirian harus terwujud dalam tindakan dan ucapan. Ini mengajak pembaca untuk merenungkan keselarasan antara apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan. Cinta dan kesetiaan tidak hanya diungkapkan dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan nyata.
Tema Utama
Tema utama puisi ini adalah hubungan antara cinta, kesetiaan, dan integritas. Anantaguna dengan cerdas menggambarkan bagaimana nilai-nilai tersebut saling terkait dan membentuk landasan yang kokoh bagi hubungan manusia. Ini adalah sebuah pengingat bahwa cinta yang tulus memerlukan lebih dari sekadar perasaan—ia membutuhkan komitmen yang nyata dan tindakan yang konsisten.
Refleksi Emosional
Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan apa arti cinta dan kesetiaan dalam hidup mereka. Dengan menggugah kesadaran akan pentingnya integritas dalam hubungan, Anantaguna berhasil menyentuh aspek-aspek emosional yang dalam. Pembaca diajak untuk berpikir tentang bagaimana mereka mengekspresikan cinta dan komitmen dalam kehidupan sehari-hari.
Puisi "Teka-teki di Tembok" karya Sabar Anantaguna adalah sebuah karya yang sederhana namun penuh makna. Melalui struktur yang repetitif dan penggunaan istilah yang kuat, puisi ini menggambarkan hubungan antara cinta, kesetiaan, dan integritas. Pesan tentang pentingnya keselarasan antara kata dan tindakan menjadi inti dari puisi ini, mengajak pembaca untuk lebih memahami nilai-nilai yang membangun hubungan yang kuat dan berkelanjutan.
Karya: Sabar Anantaguna
Biodata Sabar Anantaguna:
- Sabar Anantaguna lahir dengan nama Santoso bin Sutopangarso pada tanggal 9 Agustus 1930 di Klaten, Jawa Tengah.
- Sabar Anantaguna meninggal dunia pada tanggal pada 18 Juli 2014.