Puisi: Tanah Kelahiran (Karya Idrus Tintin)

Puisi "Tanah Kelahiran" karya Idrus Tintin mengeksplorasi pengalaman manusia dalam menghadapi kesulitan dan mencari makna di tengah perjalanan ....
Tanah Kelahiran

Di sini kapal oleng-gemoleng
angin tak ramah
nakhoda asyik di kemudi
kelasi tertimbun tali-temali
penumpang mendengar degup jantung
jantung sendiri.
Lelaki keras berpacu jalan
perempuan memetik dawai hatinya
waktu malam tiba
perahu menyusuri puncak ombak
hidup di padang perburuan
tak pernah usai
tak pernah usai.

Sumber: Luput (1986)

Analisis Puisi:

Puisi Tanah Kelahiran karya Idrus Tintin mengungkapkan tema yang mendalam tentang perjalanan hidup, tantangan, dan hubungan manusia dengan tanah kelahirannya. Melalui penggunaan bahasa yang kaya dan imaji yang kuat, Idrus Tintin mengeksplorasi pengalaman manusia dalam menghadapi kesulitan dan mencari makna di tengah perjalanan hidup yang tak pernah berakhir.

Simbolisme Kapal dan Laut

Puisi ini dimulai dengan gambaran kapal yang oleng-gemoleng, menandakan ketidakstabilan dan tantangan yang harus dihadapi dalam perjalanan:

"Di sini kapal oleng-gemoleng
angin tak ramah
nakhoda asyik di kemudi
kelasi tertimbun tali-temali
penumpang mendengar degup jantung
jantung sendiri."

Gambaran kapal yang oleng dan angin yang tidak ramah mencerminkan ketidakpastian dan kesulitan yang sering kali dialami dalam perjalanan hidup. Nakhoda yang "asyik di kemudi" menggambarkan seseorang yang memimpin atau mengarahkan perjalanan meskipun situasinya sulit, sedangkan kelasi yang "tertimbun tali-temali" menunjukkan mereka yang bekerja keras di belakang layar untuk menjaga kapal tetap berjalan.

Penumpang yang "mendengar degup jantung" menggambarkan perasaan kecemasan dan keprihatinan yang dirasakan setiap individu saat menghadapi tantangan. Jantung yang berdetak dengan cepat merupakan simbol dari ketegangan dan ketidakpastian yang dialami selama perjalanan.

Perempuan dan Lelaki: Keseimbangan Peran

Puisi ini juga menyajikan kontras antara peran lelaki dan perempuan dalam menghadapi perjalanan:

"Lelaki keras berpacu jalan
perempuan memetik dawai hatinya"

Lelaki yang "keras berpacu jalan" menunjukkan determinasi dan tekad dalam menghadapi kesulitan. Sebaliknya, perempuan yang "memetik dawai hatinya" mencerminkan sensitivitas dan kekuatan emosional dalam mengatasi tantangan. Kontras ini menggambarkan bagaimana berbagai aspek kepribadian manusia berperan dalam perjalanan hidup, baik dari segi fisik maupun emosional.

Ketidakpastian dan Kesetiaan pada Tanah Kelahiran

Di bagian akhir puisi, Idrus Tintin menggambarkan ketidakpastian dan kontinuitas perjalanan yang tak pernah berakhir:

"waktu malam tiba
perahu menyusuri puncak ombak
hidup di padang perburuan
tak pernah usai
tak pernah usai."

Gambaran "perahu menyusuri puncak ombak" menunjukkan bahwa meskipun tantangan dan kesulitan mungkin datang dan pergi, perjalanan itu sendiri terus berlanjut. "Hidup di padang perburuan" mengisyaratkan bahwa perjuangan untuk mencari makna dan tujuan hidup adalah sesuatu yang terus menerus dan tidak pernah selesai.

Makna Tanah Kelahiran

Meskipun puisi ini tidak secara eksplisit menyebutkan tanah kelahiran, penggunaan metafora perjalanan dan laut mungkin mencerminkan hubungan mendalam dengan tempat asal atau tanah kelahiran. Tanah kelahiran sering kali dianggap sebagai sumber identitas dan fondasi bagi perjalanan hidup seseorang. Meskipun perjalanan bisa dipenuhi dengan kesulitan dan tantangan, tanah kelahiran tetap menjadi titik referensi penting yang memberikan makna dan arah dalam kehidupan.

Puisi "Tanah Kelahiran" karya Idrus Tintin menawarkan refleksi mendalam tentang perjalanan hidup yang penuh tantangan dan ketidakpastian. Dengan penggunaan simbol kapal, laut, dan peran lelaki serta perempuan, puisi ini mengeksplorasi tema ketahanan, kesetiaan, dan pencarian makna. Meskipun perjalanan bisa melelahkan dan penuh kesulitan, makna dari tanah kelahiran dan identitas tetap menjadi bagian penting dari perjalanan tersebut. Puisi ini mengingatkan kita bahwa meskipun perjalanan hidup tidak pernah benar-benar selesai, ia adalah bagian tak terpisahkan dari identitas dan eksistensi kita.

Puisi Idrus Tintin
Puisi: Tanah Kelahiran
Karya: Idrus Tintin

Biodata Idrus Tintin:
  • Idrus Tintin (oleh sanak keluarga dan kawan-kawannya, biasa dipanggil Derus) lahir pada tanggal 10 November 1932 di Rengat, Riau.
  • Idrus Tintin meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2003 (usia 71 tahun) akibat penyakit stroke.

Anda mungkin menyukai postingan ini

  • Tektonik Makinlah rinduku pada laut manakala kauceritakan gesekan lempeng bumi dan ombak kasihmu saat itu aku terbiasa bermain buih di pa…
  • LautApa yang senantiasa bergoyangan di tengah lautanBuih yang berkejaran atau cuma ilusi yang terbentangAtau darah alam yang mengombak dan membuat pusaranSegalanya terlalu jauh dar…
  • Ke Laut Ia pergi ke laut Mencari ombak Mencari kabut Jutaan helai rambut Gugur dari angkasa Dari langit luka Menerpa wajahnya Ketika mengaduh Sebelum r…
  • Di Pucuk Laut ada yang tak bisa kaupungut segala sungut yang terebut bahkan saat kecipak ombak meresap lenyap terusir di pasir bayangan angin mimpi-mimpi remaj…
  • Keputusan LamaKuputuskan untuk mencintai lautdi manapun ia berada.Tapi aku lahir, besar,dan mungkin mati di gunung.Cuma dua tiga kalibertemu laut. Itupun tidak sengaja.Sekali, keti…
  • Sahabat Sepi di laut hanya ada lampu nelayan di langit ada bulan sabit malam pun semakin pekat apa tidurmu nyenyak atau tidak di sana pasti beda dengan kami …
© 2025 Sepenuhnya. All rights reserved.