Puisi: Tahun Bertukar (Karya HR. Bandaharo)

Puisi "Tahun Bertukar" karya HR. Bandaharo menggambarkan momen pergantian tahun yang sarat makna, menjadi simbol transformasi kehidupan dari masa ...
Tahun Bertukar

Dalam detik-detik menanti
debarjantung terasa di ujungjari

Tahun lalu dan mati. Yang baru lahir lagi
bawa kehidupan didukung juang dan harapan

Semua hasrat sesuatu

Bungarumput di dinginembun nantikan sinar
Pasirpantai ingin berdiang di panassiang

Tahun bertukar

Janji bertebar sebanyak bintang
dan menjulang gantungi fajar

Yang yakin akan kehidupan menyambut pagi
hati terbuka bagi warna jingga cinta

Medan, malam tahun baru 1957

Sumber: Dari Bumi Merah (1963)

Analisis Puisi:

Puisi "Tahun Bertukar" karya HR. Bandaharo menggambarkan momen pergantian tahun yang sarat makna, menjadi simbol transformasi kehidupan dari masa lalu ke masa depan. Dalam puisi ini, Bandaharo mengajak pembaca merenungkan pentingnya setiap detik, harapan baru, dan perjuangan yang harus dijalani untuk mencapai masa depan yang lebih baik. Tema tentang waktu, perubahan, dan harapan menjadi inti dari puisi ini, dengan bahasa puitis yang mencerminkan kedalaman emosi.

Detik-Detik yang Penuh Ketegangan

Puisi ini dimulai dengan gambaran yang sederhana namun kuat: “Dalam detik-detik menanti, debarjantung terasa di ujungjari.” Kalimat ini menggambarkan ketegangan yang muncul ketika seseorang berada di ambang pergantian waktu. Menanti pergantian tahun diibaratkan sebagai momen krusial yang penuh dengan harapan sekaligus ketidakpastian. Debaran jantung menjadi simbol kecemasan sekaligus kegembiraan akan apa yang akan datang.

Penekanan pada detik-detik menanti ini menciptakan suasana kontemplatif, di mana kita menyadari bahwa pergantian waktu membawa transformasi yang tak terhindarkan. Ini adalah saat di mana kita merefleksikan apa yang telah terjadi di tahun sebelumnya dan mempersiapkan diri untuk tantangan dan harapan baru di tahun mendatang.

Tahun Lama yang Mati dan Kehidupan Baru

Frasa "Tahun lalu dan mati. Yang baru lahir lagi" menegaskan siklus kehidupan dan waktu. Tahun yang lalu, dengan segala peristiwa, telah berlalu dan tidak bisa diulang. Namun, setiap pergantian tahun membawa peluang baru, kehidupan baru, dan harapan baru yang didukung oleh perjuangan. Bandaharo mencerminkan optimisme dalam pergantian tahun ini, dengan keyakinan bahwa kehidupan terus berlanjut, dan setiap tantangan baru dapat dihadapi dengan semangat yang diperbarui.

Melalui ungkapan "bawa kehidupan didukung juang dan harapan", Bandaharo menekankan bahwa kehidupan bukan sekadar tentang apa yang terjadi, tetapi juga tentang bagaimana seseorang terus berjuang dan berharap. Harapan dan perjuangan menjadi dua elemen penting yang mendasari setiap langkah kita menuju masa depan yang lebih baik.

Hasrat dan Harapan Alam

Bandaharo juga menggunakan alam sebagai metafora untuk menggambarkan hasrat dan keinginan manusia. "Bungarumput di dinginembun nantikan sinar" dan "Pasirpantai ingin berdiang di panassiang" mencerminkan bagaimana alam, seperti halnya manusia, juga memiliki hasrat dan keinginan. Bunga rumput yang menunggu sinar matahari dan pasir pantai yang ingin merasakan panas siang adalah simbol keinginan alam untuk tumbuh dan berkembang. Ini menjadi analogi yang indah bagi manusia yang juga menantikan cahaya dan kehangatan harapan di tengah tantangan dan dinginnya kehidupan.

Janji dan Harapan di Tengah Pergantian

Di bagian terakhir puisi, Bandaharo menekankan pentingnya harapan dan janji. "Janji bertebar sebanyak bintang dan menjulang gantungi fajar" menggambarkan betapa banyaknya harapan yang muncul saat tahun baru tiba. Janji-janji ini bagaikan bintang yang bersinar di malam hari, memberi kita arah dan tujuan. Menjulangnya janji ini juga terkait dengan fajar, yang melambangkan awal yang baru dan cahaya di tengah kegelapan.

Frasa "Yang yakin akan kehidupan menyambut pagi" mencerminkan keyakinan bahwa mereka yang percaya pada kehidupan dan masa depan akan menyambut hari-hari baru dengan hati terbuka. Ini adalah ajakan bagi kita semua untuk selalu optimis dan percaya bahwa hari esok membawa peluang baru. "Hati terbuka bagi warna jingga cinta" menegaskan pentingnya membuka hati untuk cinta, kehangatan, dan harapan. Warna jingga yang digunakan Bandaharo melambangkan semangat dan kehangatan, yang sangat relevan dengan suasana tahun baru.

Harapan dan Perjuangan dalam Pergantian Tahun

Puisi "Tahun Bertukar" karya HR. Bandaharo mengajak kita merenungkan arti dari pergantian tahun sebagai simbol dari siklus kehidupan. Bandaharo menekankan bahwa meskipun tahun yang lalu telah mati, tahun yang baru membawa harapan dan kehidupan yang didukung oleh perjuangan. Alam, dengan segala keindahannya, menjadi metafora untuk mengungkapkan hasrat dan keinginan manusia, sementara janji dan harapan diibaratkan seperti bintang yang menghiasi fajar.

Melalui puisi ini, Bandaharo mengajarkan bahwa setiap detik yang berlalu adalah kesempatan untuk merenung, berjuang, dan berharap. Tahun baru bukan sekadar pergantian waktu, tetapi juga momen untuk memperbarui semangat dan menghadapi kehidupan dengan penuh optimisme. Dengan hati yang terbuka, cinta dan harapan akan menjadi cahaya yang membimbing kita menuju masa depan yang lebih baik.

HR. Bandaharo
Puisi: Tahun Bertukar
Karya: HR. Bandaharo

Biodata HR. Bandaharo:
  • HR. Bandaharo (nama lengkapnya Bandaharo Harahap) lahir di Medan pada tanggal 1 Mei 1917.
  • HR. Bandaharo meninggal dunia di Jakarta pada tanggal 1 April 1993.
  • HR. Bandaharo adalah salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.