Puisi: Tahun 2000 (Karya Sobron Aidit)

Puisi "Tahun 2000" karya Sobron Aidit menggambarkan perasaan penantian, harapan, dan refleksi terhadap masa lalu serta aspirasi terhadap masa depan.
Tahun 2000

Akhirnya sampai juga di Tahun Duaribu
kami berkumpul berdekatan sambil menunggu
pergantian abad lama ke abad baru
bukan main ramainya kami di rumah Oom Hay-djoen
walau begitu tetap saja ada yang segan
menyambut dekapan dan tangan-salaman
masih juga ada yang ragu-ragu
apakah ini masih sisa-sisa orde-lama?
Tapi aku tidak perduli
terobos terus
walau mata panahnya tak juga menembus
aku datang dengan hangat
karena ingin bersahabat
masih ada yang menganggapku sampar penyakit
padahal mungkin saja aku
sudah masuk kategori anak zaman baru
siapa tahu?

Oi kawan
oi teman
betapa dalam dan terpatri eratnya
apa yang dia sudah tanamkan di antara kita
warisan ketakutan, keraguan dan kebodohan
tapi marilah terus
agar anak panahnya sampai bisa menembus!

Cibubur, 2 Januari 2000

Analisis Puisi:

Puisi "Tahun 2000" karya Sobron Aidit adalah sebuah karya sastra yang mengangkat tema pergantian abad dari tahun 1900-an ke tahun 2000-an. Puisi ini menggambarkan perasaan penantian, harapan, dan refleksi terhadap masa lalu serta aspirasi terhadap masa depan.

Penantian dan Harapan di Pergantian Abad: Puisi ini menciptakan suasana perayaan dan keramaian dalam penantian pergantian abad, di mana banyak orang berkumpul dan menunggu pergantian dari abad lama ke abad baru. Penantian ini menciptakan perasaan antusiasme dan harapan akan masa yang akan datang.

Refleksi terhadap Masa Lalu: Penggunaan frasa "bukan main ramainya kami di rumah Oom Hay-djoen" mengacu pada suasana hangat dan penuh semangat di acara tersebut. Namun, puisi ini juga mengandung sentimen yang lebih dalam, menyoroti keraguan dan ketidakpastian yang ada dalam masyarakat terkait dengan masa lalu dan perubahan.

Aspirasi terhadap Masa Depan: Dalam puisi ini, terdapat keinginan untuk merubah pandangan dan persepsi masyarakat terhadap penulisnya ("masih ada yang menganggapku sampar penyakit"). Penulis ingin mengatasi stigma negatif yang mungkin melekat pada dirinya dan menyebut dirinya sebagai "anak zaman baru," mengisyaratkan bahwa perubahan dan kemajuan dapat terjadi.

Perlawanan terhadap Norma Sosial dan Pemikiran Masa Lalu: Baris "terobos terus, walau mata panahnya tak juga menembus" mencerminkan semangat untuk terus berjuang dan melangkah maju meskipun ada hambatan dan perlawanan dari norma sosial dan pemikiran masa lalu yang masih mempengaruhi masyarakat.

Pesan Revolusioner dan Perubahan: Puisi ini menciptakan nuansa revolusioner dengan ajakan untuk bergerak maju dan memperjuangkan perubahan. Pesan ini mengandung semangat perlawanan terhadap ketidakpastian masa lalu dan menggambarkan semangat untuk melangkah ke masa depan dengan keyakinan akan perubahan yang lebih baik.

Puisi "Tahun 2000" oleh Sobron Aidit adalah sebuah karya yang merangkum perasaan penantian, harapan, refleksi terhadap masa lalu, dan aspirasi terhadap masa depan dalam konteks pergantian abad. Dengan nada semangat dan revolusioner, puisi ini mengajak pembaca untuk berpikir tentang perubahan dan perjuangan dalam menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian.

"Puisi: Tahun 2000"
Puisi: Tahun 2000
Karya: Sobron Aidit
© Sepenuhnya. All rights reserved.